Peluncuran Album #2 Mukti-Mukti

Pada dekade 90 awal, kalangan pencinta musik dan seni Bandung serta lingkaran aktivis dan penggiat sosial akrab dengan rekaman suara Mukti-Mukti. Lagu-lagu dibuat dari lirik yang ditulis Mukti sendiri maupun musikalisasi puisi milik para penyair Bandung. Melihat antusiasme kawan-kawan, digagaslah konser yang dinamai Konser Cinta Mukti-Mukti. Rekamannya pun dibuat dalam kualitas yang lebih bagus. Dari bentuk kaset, lalu berikutnya dalam keping CD. Konser berlangsung hampir satu kali dalam setahun. Mukti telah berpulang pada Agustus 2022 lalu. Konsernya tak lagi kita jumpai. Demi menjaga karya-karyanya untuk terus hidup, Kitsch Records mengumpulkan lagu-lagu Mukti dan menerbitkannya sebagai album. Album #1 sudah rilis tahun lalu. Hari ini, 6 Juli 2024 menyusul album keduanya.



Baca juga: Mukti-Mukti, Pemusik Balada Bandung Berpulang

Peluncuran album #2 Mukti-Mukti dilangsungkan di studio Kitsch Records, di kawasan Sukajadi, Bandung, dalam format talkshow berkolaborasi dengan Radio NBS. 


Album #2 Mukti-Mukti dan Para Penampil 


Terdapat 9 lagu yang kali ini dipilih untuk tampil dalam album kedua Mukti-Mukti, yakni:

  • Menitip Mati (syair: Mukti-Mukti)
  • Hanya Tinggal Jiwa (syair: Mukti-Mukti)
  • Surat kepada D (syair: Budi Godot Supriatna) 
  • Senantiasa Ada (syair: Budi Godot Supriatna)
  • Kisah Sepasang Burung Dara (syair: Miranda Risang Ayu)
  • Summon Your Grace (syair: Angie Seah, seniman Singapura)
  • Menjadi Laut (syair: Sonny Soeng)
  • Surat untuk Partai-Partai (syair: Kartawi)
  • Jaringao (syair: Mukti-Mukti dan Paiman, seorang petani penggarap)

Dengan diluncurkannya album #2 ini, hingga kini sudah tersedia 18 lagu Mukti-Mukti yang bisa dinikmati melalui berbagai platform musik digital, seperti, Spotify, Instagram, Tik-Tok, Facebook, Apple Music, Deezer, Youtube Music, iHeart Radio, Joox, Line Music, dan SoundCloud. 

Acara launching 9 lagu Mukti-Mukti ini juga dibarengi dengan peluncuran Buku Lagu Mukti-Mukti #2 berupa not balok, chord, dan lirik yang ditulis violinis Bandung, Ammy Kurniawan.

Pada 8 Juli mendatang rencananya akan dirilis "Cintamu, Cintaku" dari syair Budhi Godot Supriatna. Berikutnya, publikasi karya-karya Mukti-Mukti akan dilakukan tiga bulan sekali hingga dianggap cukup. 

Pada acara peluncuran di studio Kitsch TV, Sabtu, 6 Juli 2024 ini hadir sejumlah penampil. Mereka adalah: 

Dimas Dinar Wijaksana

Musisi muda ini cukup dikenal di kalangan komunitas musik Indie Bandung. Dimas yang mengaku fans berat Mukti-Mukti ini punya grup musik yang dinamai Mr. Sonjaya, Syarikat Idola Remaja, dan Bendi Harmoni. Ia pernah ikut tampil dalam Konser Cinta Mukti-Mukti pada 2015. 

Ayu Kuke Wulandari

Perempuan yang akrab dipanggil Kuke ini bergabung dalam Konser Cinta Mukti-Mukti pada 2012. Kuke juga dikenal sebagai panembang/pelantun Suluk Pesisir dalam pagelaran wayang/drama tari bersama Perkumpulan Seni Tari dan Karawitan Jawa ITB. 

Panji Sakti

Panji Sakti pernah berjaya bersama grup yang dibentuk bersama teman-temannya di Malaysia. Setelah kembali ke negeri sendiri, ia kerap membuat musikalisasi puisi para penyair Bandung, seperti Sangen (Sony Farid Maulana) dan Sang Guru (Puji Jagad). Pun karya pujangga dunia, seperti pada lagu Wahai Air Mata Yang Berlinang (Mawlana Jalaluddin Rumi). Pertautannya dengan Mukti-Mukti tak lain karena kepedulian terhadap musik dan seni pertunjukan di Bandung dan tanah air. 

Ramdhan Ramses

Ramdhan Ramses lebih dulu dikenal sebagai personel Keroncong Rindu Order (1995), lalu sebagai pemantik komunitas musik Rannisakustik Yogyakarta (2008), dan terakhir sebagai pencetus lahirnya Surobuldog Begal Cinta (2020). Ramdhan dan Mukti berada dalam ruang yang sama sejak 1991, yakni Gelanggang Seni Sastra Teater Film (GSSTF) Unpad. 

Robi Rusdiana

Robi adalah pendiri Ensemble Tikoro dengan teknik eksplorasi vokal yang unik serta penampilan teatrikal, dan telah membuat kerja sama dalam komposisi musik untuk seniman Indonesia dan internasional. Sebagai pribadi, Robi adalah pemain piano, dan Mukti-Mukti merupakan salah seorang guru bermusiknya.

Baca juga: Sawung Jabo dan Sirkus Barock


Perihal Kitsch


Kitsch TV selama ini dikenal sebagai TV alternatif yang memberikan panggung bagi musisi nonindustri. Program yang telah cukup dikenal adalah Musik Senja, yang hingga kini sudah mencapai tak kurang dari 50 episode. 

Menurut pendiri sekaligus produser Kitsch TV, Ginanjar Kartasasmita, TV bentukannya ini adalah model platform baru seni pertunjukan. Kitsch TV didedikasikan pagi para musisi yang terutama karena masa itu berada dalam kondisi tak menentu akibat pandemi.

Saat didirikan (2019), dunia -termasuk Indonesia- dilanda pandemi COVID-19. Kondisi ini berdampak terhadap berbagai lini kehidupan. Bukan hanya perkara finansial dan kesehatan fisik, namun juga kebutuhan batin yang tak terjabani. Menyadari adanya kebutuhan panggung hiburan, para pegiat musik tanah air menciptakan panggung-panggung digital. Tak terkecuali, ide tersebut memicu Ginanjar yang juga seorang pemusik. 

Nama Kitsch sendiri diambil Ginanjar dari diskusi orang post-modern mengenai "nilai" sebuah karya seni. Bahwa seni masuk dalamarena perjuangan kelas, dan Kitsch adalah lawan dari seni tinggi. Kitsch dimaknakan sebacah recehan. Receh tersebut bukan dalam arti sekadarnya. Karena justru melalui Kitsch, Ginanjar berharap para pemusik berkarya dengan "sentuhan ideologis" untuk kemudian ditampilkan di platform bentukannya. Dalam perjalanannya, Kitsch TV berusaha menjadi pendorong gerakan sosial melalui seni musik dan sastra. 

Selain menjadi panggung dan ruang tayang, Kitsch juga membuat dokumentasi karya-karya para musisi yang kelak dapat dimanfaatkan oleh mereka sebagai portofolio. 

Baca juga: LCLR Plus, Pesona Musik 70-an


referensi: naratime, senidotco, porosmedia

No comments