Pada akhirnya, hari-hari ini kita semua belajar berdamai dengan pandemi. Sejak World Health Organization (WHO) mengumumkan penyakit akibat virus corona (COVID-19) sebagai wabah pada Januari 2020 dan pandemi pada Maret sebulan berikutnya, masyarakat dunia menghadapinya dengan berbagai sikap. Kebijakan masing-masing negara pun terus menyesuaikan perkembangan. Sementara dampaknya di tengah masyarakat juga berkelanjutan. Bukan hanya yang menjadi korban meninggal dunia, namun juga yang terdampak secara finansial. Tak terhitung lagi jumlah perusahaan yang tumbang, dari skala global hingga lokal. Yang uniknya, bisnis kuliner terutama skala menengah ke bawah malah terbilang stabil. Kalau begitu, amankah berbisnis kopi di masa pandemi?
Bicara tentang kuliner, bagaimana pun, kita membutuhkan asupan makanan setiap hari. Omzet bisa jadi mengalami penurunan. Namun penjualan terus mengalir. Begitu pun dengan bisnis kopi. Memang siapa sih yang berhenti ngopi di masa pandemi? Mungkin ada, tapi sepertinya kok tak signifikan secara angka ya. Faktanya, kebijakan pemerintah terkait pembatasan sosial juga tak menyurutkan minat belanja, karena kemudahan yang ditawarkan kurir online. Tak heran jika kemudian para pakar finansial menyebutkan, bisnis food and beverage dapat dijadikan pilihan untuk bernisnis di masa pandemi ini. Setidaknya sampingan bagi yang ingin memulai bisnis. Inilah yang menjadi salah satu pertimbangan hadirnya brand kopi KOPROCK.
Berkenalan dengan KOPROCK
Digagas pada akhir tahun lalu, Koprock hadir untuk memberikan alternatif bisnis di masa pandemi. Karena ngopi sudah menjadi kebiasaan, tradisi, dan tren pada akhir-akhir ini. Gerai kopi telah menjamur sejak sebelum pandemi. Banyak memang yang bertumbangan, baik terimbas pandemi maupun oleh penyebab lain. KOPROCK menawarkan kepada para mitra untuk bersama-sama membangun bisnis, saling mendukung dan membesarkan usaha.
Candil yang memiliki nama lahir Dian Dipa Chandra dikenal dengan lengkingan suaranya yang tinggi, style yang unik dengan rambut ikal panjang lengkap dengan bandana dan kacamata yang bertengger di dahi. Pembawaannya yang santai sekaligus kocak, tampak kontras dengan rekannya, Dinar Hidayat. Gitaris Seurieus ini tampil lebih kalem. Namun perbedaan keduanya tersinergi menjadi satu hal menarik saat sama-sama menggarap KOPROCK.
Baca juga: Mengenal Vincent Van Gogh Lewat Novel Lush for Life
KOPROCK dengan Varian Brownstone dan Blackmore
Candil bukan pengopi kental. Ia menyukai kopi yang relatif ringan. Hal ini terwakilkan ke varian KOPROCK, Brownstone, es kopi susu gula aren yang tidak terlalu berat, dan cocok diminum kapan pun. Sebaliknya, Dinar memang penyuka kopi. Varian yang mewakili Dinar adalah Blackmore. Varian ini merupakan campuran kopi tubruk dan gula aren. Masing-masing menggunakan kopi arabika. Sedangkan proses peracikan memakai perangkat modern, aeropress yang memunculkan rasa kopi yang berbeda
Bicara soal KOPROCK, tak semata bicara produk kopi. Karena semangatnya adalah memberikan andil dalam meningkatkan perekonomian di tanah air, di tengah krisis akibat pandemi. Diambil dari dua kata, ‘Kopi dan Rock’, racikan kopi yang digunakan memang ditujukan untuk masyarakat umum. Arabika 100% tapi dengan harga terjangkau. KOPROCK dapat dinikmati penyuka kopi dengan kocek terbatas, tapi ingin mendapatkan kopi dengan kualitas prima.
Candil berharap KOPROCK dapat memberikan sumbangsih bagi warga Bandung, untuk keluar dari keterpurukan finansial di masa pandemi ini. “Kita semua ini kan terdampak pandemi. Kami menyodorkan KOPROCK ini sebagai solusi. Di sisi lain, kebutuhan untuk menikmati kopi enak tetap terpenuhi. Bagaimana orang bisa ngopi enak dengan harga yang terjangkau.” Satu cup KOPROCK, baik Brownstone maupun Blackmore dihargai Rp10.000 saja.
Baca juga: Kopilatory, Cafe Dengan Nuansa Laboratorium
KOPROCK dan Kopi Jawa Barat
Penggunaan kopi arabika Jawa Barat sebagai bahan utama bukan tanpa pertimbangan. Sebagai orang yang lahir dan tumbuh di Bandung, baik Candil maupun Dinar ingin terlibat dalam ikut memasyarakatkan kopi Jawa Barat. Begitu pun dengan pemilihan campuran kopi, gula aren, yang mengambil langsung dari petani Jawa Barat. Itulah yang menjadikan harga KOPROCK masih terjangkau meski menggunakan bahan prima.
Secara bisnis, Koprock menerapkan konsep kemitraan, bukan waralaba yang ketat seperti bisnis kopi lain yang tengah marak di tanah air. Dalam hal ini tak ada royalty fee yang harus dibayarkan. Baik Candil maupun Dinar bercita-cita membangun usaha yang mampu membangkitkan perekonomian masyarakat Indonesia, terutama kalangan ekonomi menengah ke bawah.
“Semoga yang kami mulai ini bisa memberikan andil bagi bergeraknya perekonomian di tanah air,” harap Dinar.
Baca juga: Film Mafia Yang Perlu Ditonton Sambil Ngopi
KOPROCK di Ciporeat, Bandung
Nah, KOPROCK pada Minggu kemarin (14 Februari 2021) meluncurkan gerai gerobak perdananya di Bandung. Penyerahan gerobak kepada mitra ini menandai beroperasinya KOPROCK di tengah warga Bandung.
Gerobak pertama KOPROCK di Bandung adalah kerjasama kemitraan dengan keluarga Wahyu di Jl. Ciporeat, Ujungberung. Pasca mengundurkan diri dari pekerjaan sebelumnya, Wahyu memilih untuk berwirausaha. Ia membangun bisnis kosmetik bersama istrinya. Kini ia melengkapi bisnisnya dengan kedai kopi. Wahyu mengaku belum punya target khusus terkait bisnis barunya ini. Namun ia meyakini setiap upaya untuk kebaikan akan mendatangkan berkah.
Ada yang mau menyusul Kang Wahyu membuka kedai kopi KOPROCK? Sila DM ke akun media sosial IG, FB, Twitter @koprockofficial. Atau boleh hubungi Ibu Meong dulu via wa: 08515-781-9338.
Terimakasih sudah berkunjung ke blog Ibu Meong 😻