No great genius has ever
existed without some touch of madness. (Aristotle)
Tanggal 30 Maret tercatat sebagai hari lahir seniman besar Vincent Willem van Gogh. Seorang pelukis impresionist asal Belanda yang banyak mempengaruhi pelukis-pelukis generasi berikutnya. Persisnya ia lahir di Zundent, Belanda, 30 Maret 1853. Kutuliskan ulang dari blog terdahulu untuk merayakannya. Pengenalanku sendiri terhadap sosok pelukis ini adalah dari lagunya Don McLean: Vincent.
Yup, Don McLean
pernah memberiku imajinasi tentang kepedihan hidup yang dialami Vincent.
Tentang kesunyian dan kegilaan di dalamnya. Tapi melodi yang membius dari
penulis lagu dan penyanyi Amerika itu membuatku abai pada inti cerita dari lagu
tersebut. Kenyataannya, kehidupan Vincent lebih murung dari yang kubayangkan
sebelumnya. Aku menemukan detailnya dalam novel karya Irving Stone. Memang,
sebuah karya fiksi. Ada drama yang ditambahkan sang penulis. Tapi setidaknya
memberikan gambaran lebih detail.
Dibesarkan oleh keluarga terpandang, Vincent muda menjalani kehidupan yang normal. Karirnya sebagai tenaga penjualan di galeri seni Goupil, London, Inggris terbilang lancar. Meski tidak terlalu menyukai pekerjaannya, tapi paling tidak ia bisa memberikan masukan yang bagus soal lukisan kepada calon pembelinya. Rutinitas itu dijalaninya setiap hari dengan tidak terlalu banyak keluhan. Hingga suatu ketika ia menyadari kalau telah jatuh cinta pada Ursula, anak pengurus rumah ia tinggal. Perempuan itu menolaknya. Penolakan atas kasmaran yang kali pertama dialaminya itu membuatnya terguncang. Ia merasa terhina dan tercampakkan. Tiba-tiba saja ketidaknyamanan di alam bawah sadarnya bermunculan. Ia mulai berontak terhadap aturan-aturan tempat kerjanya. Terhadap kepalsuan para pembelinya, orang-orang kaya yang membeli lukisan sebagai prestige semata dan bukan karena mengerti seni. Ia merasa harus pergi. Dan ia memutuskan kembali ke Belanda.
Dibesarkan oleh keluarga terpandang, Vincent muda menjalani kehidupan yang normal. Karirnya sebagai tenaga penjualan di galeri seni Goupil, London, Inggris terbilang lancar. Meski tidak terlalu menyukai pekerjaannya, tapi paling tidak ia bisa memberikan masukan yang bagus soal lukisan kepada calon pembelinya. Rutinitas itu dijalaninya setiap hari dengan tidak terlalu banyak keluhan. Hingga suatu ketika ia menyadari kalau telah jatuh cinta pada Ursula, anak pengurus rumah ia tinggal. Perempuan itu menolaknya. Penolakan atas kasmaran yang kali pertama dialaminya itu membuatnya terguncang. Ia merasa terhina dan tercampakkan. Tiba-tiba saja ketidaknyamanan di alam bawah sadarnya bermunculan. Ia mulai berontak terhadap aturan-aturan tempat kerjanya. Terhadap kepalsuan para pembelinya, orang-orang kaya yang membeli lukisan sebagai prestige semata dan bukan karena mengerti seni. Ia merasa harus pergi. Dan ia memutuskan kembali ke Belanda.
Baca juga: Ian Flemming dan Casino Royale
Di Belanda, atas
rekomendasi orang tuanya, Vincent masuk sekolah pendeta. Ia tak butuh tidur,
tak butuh cinta, simpati, atau kesenangan. Ia hanya ingin menjadi pelayan
Tuhan. Namun rupanya ia pun tak cocok dengan pendidikan formal. Hingga
kemudian, setelah melewati proses yang berbelit-belit, ia menawarkan diri untuk
‘melayani’ di kawasan tambang batubara, Borinage. Hal ideal yang selama ini di
benaknya dan berlaku pada pengalaman empirisnya terhadap kehidupan menggereja,
sama sekali berbeda dengan yang didapatinya dari lingkungan miskin tersebut.
Barangkali ada kemiripan, ketika mereka datang ke gereja dengan patuh. Dan
mematuhi pula apa pun yang disampaikan sang pendeta. Mereka datang ke gereja
seolah perjumpaan dengan Tuhan adalah satu-satunya hiburan.
Tapi ada yang salah di sini, katanya. Nuraninya tergugah. Mereka bukan butuh ayat-ayat kitab suci. Mereka butuh kehidupan yang layak. Vincent pun terjun langsung. Ikut melihat dari dekat kondisi tambang. Pindah ke rumah sewa semata untuk merasakan kehidupan kaum papa. Keadaan semakin mengenaskan ketika bencana terjadi. Kawasan pertambangan mengalami longsor. Korban berjatuhan. Vincent membantu sejauh yang ia mampu. Bahkan bisa dikatakan melebihi batas kemampuannya. Ia pun sakit. Ambruk. Adiknya, Theo yang datang mengunjungi kaget bukan kepalang. Ia berniat membawa Vincent. Pada akhirnya Vincent mengiyakan. Padahal sebelumnya ia bersikeras menolak pada kelompok penginjilan tempat ia bernaung yang menyebutnya memalukan karena keterlibatannya dalam kehidupan masyarakat tambang tersebut. Bukan semata karena menyayangi adiknya, melainkan juga karena dia menyadari apa yang diinginkannya dalam hidupnya: melukis! Ya, tampaknya Borinage merupakan salah satu fase penting dalam kehidupan Vincent. Borinage adalah tempat ia tersadar untuk menolong orang miskin dengan sepenuh hatinya. Di Borinage pula ia mengenali passion-nya dalam melukis.
Tapi ada yang salah di sini, katanya. Nuraninya tergugah. Mereka bukan butuh ayat-ayat kitab suci. Mereka butuh kehidupan yang layak. Vincent pun terjun langsung. Ikut melihat dari dekat kondisi tambang. Pindah ke rumah sewa semata untuk merasakan kehidupan kaum papa. Keadaan semakin mengenaskan ketika bencana terjadi. Kawasan pertambangan mengalami longsor. Korban berjatuhan. Vincent membantu sejauh yang ia mampu. Bahkan bisa dikatakan melebihi batas kemampuannya. Ia pun sakit. Ambruk. Adiknya, Theo yang datang mengunjungi kaget bukan kepalang. Ia berniat membawa Vincent. Pada akhirnya Vincent mengiyakan. Padahal sebelumnya ia bersikeras menolak pada kelompok penginjilan tempat ia bernaung yang menyebutnya memalukan karena keterlibatannya dalam kehidupan masyarakat tambang tersebut. Bukan semata karena menyayangi adiknya, melainkan juga karena dia menyadari apa yang diinginkannya dalam hidupnya: melukis! Ya, tampaknya Borinage merupakan salah satu fase penting dalam kehidupan Vincent. Borinage adalah tempat ia tersadar untuk menolong orang miskin dengan sepenuh hatinya. Di Borinage pula ia mengenali passion-nya dalam melukis.
Baca juga: NH Dini di Google Doodle
Kembali ke kota
tidak menjadikan segala sesuatunya mudah. Kehidupan Vincent disokong sepenuhnya
oleh Theo. Tempat ia tinggal, apa pun yang ia butuhkan, Theo senantiasa
mencukupi. Bahkan saat Vincent berada dalam kondisi paling menyebalkan pun,
Theo selalu mendampinginya. Bertahun-tahun. Hingga ia mulai mempertanyakan soal
kemampuannya melukis karena tak kunjung bisa menyejajarkan diri dengan para
pelukis yang karya-karyanya sudah dipajang di galeri. Theo pun tak berdiam
diri. Ia mengenalkan Vincent pada sejumlah pelukis, di antaranya yang kemudian
menjadi karibnya, Paul Gauguin. Pada masa itu Vincent mulai mengenal lukisan
dari pelukis-pelukis tenar yang telah mendahuluinya, seperti Monet, Manet,
Sisley, Pissarro, Degas, Guillaumin, Delacroix. Dan dari sekian perjumpaan
dengan kawan-kawan pelukisnya, ia juga makin paham tentang pengetahuan dan
ragam teknik melukis. Misalnya Cezanne melukis dengan mata, Lautrec melukis
dengan amarahnya, Seurat melukis dengan otaknya, Rousseau melukis dengan
imajinasinya, Gauguin melukis dengan hasrat seksualnya, dan ia sendiri melukis
dengan hatinya.
Tapi tragedi demi
tragedi terus saja mengikutinya. Bukan hanya di Borinage, tapi juga kota-kota
lain yang disinggahinya. Masyarakat menyebutnya aneh, bahkan gila. Pun
kehidupan percintaannya yang kerap gagal. Namun di antara kegelisahan yang
terus berkutat dalam jiwanya, Vincent terus melukis. Merekam keindahan yang
tertangkap penglihatannya, lalu menuangkan jejak-jejak ingatan itu pada kanvas.
Arles menjadi kota
terakhir persinggahan Vincent. Tempat yang membuatnya begitu bersemangat dalam
perjumpaannya dengan matahari emas yang menyilaukan. Tempat yang sekaligus juga
menggali kegilaannya. Seperti diingatkan seorang wartawan yang dijumpainya pada
kali pertama tiba di kota itu: Arles adalah kota epileptoid, yang sewaktu-waktu
bisa meledakkan warganya dalam kegilaan. Di kota ini juga ia menyerahkan irisan
kupingnya kepada Rachel, gadis muda penghuni rumah bordil Maison de Tolerance
di Rue des Ricolettes. Aneka peristiwa mengguncangkan yang ia alami di kota ini
mengantarkannya ke rumah sakit jiwa. Tapi justru di tempat inilah, di tengah
orang-orang yang mengalami kegilaan yang sesungguh-sungguhnya, Vincent bisa
menghayati dirinya. Termasuk memahami saat-saat serangan jiwanya muncul.
Pada akhirnya
Vincent tiba pada satu titik. Ketika ia merasa telah melukis segala yang ingin
ia lukis. Gairah kreatifnya tak lagi bisa tergali. Ia merasa bagian terbaiknya
telah mati. Lalu pada sebuah siang yang terik, ia menengadahkan kepala
menantang matahari. Menekan sepucuk revolver ke pinggangnya. Kematian
menjemputnya tak lama setelah peristiwa itu. Vincent van Gogh meninggal dunia
dalam usia 37 tahun (29 Juli 1890). Ia belum sempat menyaksikan apresiasi orang
terhadap karya-karyanya.
Salah satu karya Vincent: The Starry Night |
Lust for Life
ditulis oleh penulis biografis, Irving Stone. Ini merupakan karya pertama
sekaligus masterpiece-nya. Irving menulis novelnya dengan mengambil sumber tiga
jilid surat Vincent van Gogh untuk adik semata wayangnya, Theo. Bagian terbesar
materinya digali dari perjalanan Van Gogh ke Belanda, Belgia, dan Prancis.
Selain teliti menggali data, Irving Stone juga piawai dalam merangkaikannya
dengan kalimat dan narasi yang imajinatif. Penuturannya pun mengalir dan enak
dibaca. Tentu saja ini tak lepas dari peran penerjemah tim Serambi yang menerbitkan
Lust for Life edisi Bahasa Indonesia. Dari novel ini kita diajak menyelami
kehidupan pribadi Van Gogh. Tentang jiwa sepi yang diriuhi gelisah.
Novel ini sempat ditolak 16 penerbit di Amerika Serikat, hingga berhasil tembus dan menjadi buku laris yang mendapat sambutan hangat para kritikus dan penikmat buku fiksi. Lust for Life diterbitkan pertama kali pada 1934. Tahun 1956 MGM merilis filmnya dengan judul yang sama. Dua pemeran utamanya Kirk Douglas (Vincent) dan Anthony Quinn (Gauguin). Sedangkan sang adik tercinta, Theo diperankan James Donald.
Novel ini sempat ditolak 16 penerbit di Amerika Serikat, hingga berhasil tembus dan menjadi buku laris yang mendapat sambutan hangat para kritikus dan penikmat buku fiksi. Lust for Life diterbitkan pertama kali pada 1934. Tahun 1956 MGM merilis filmnya dengan judul yang sama. Dua pemeran utamanya Kirk Douglas (Vincent) dan Anthony Quinn (Gauguin). Sedangkan sang adik tercinta, Theo diperankan James Donald.
Judul : Lust for Life
Penulis : Irving Stone
Penerbit: Serambi Ilmu Semesta
Cetak : Juli 2012
Tebal buku: 574 halaman
Dan ini dia lirik lengkap Vincent karya Don McLean..
Vincent
Starry, starry night
Paint your palette blue and grey
Look out on a summer's day
With eyes that know the darkness in my soul
Shadows on the hills
Sketch the trees and the daffodils
Catch the breeze and the winter chills
In colors on the snowy linen land
Now I understand
What you tried to say to me
And how you suffered for your sanity
How you tried to set them free
They would not listen, they did not know how
Perhaps they'll listen now
Starry, starry night
Flaming flowers that brightly blaze
Swirling clouds in violet haze
Reflect in Vincent's eyes of china blue
Colors changing hue
Morning fields of amber grain
Weathered faces lined in pain
Are soothed beneath the artist's loving hand
Now I understand
What you tried to say to me
How you suffered for your sanity
How you tried to set them free
They would not listen, they did not know how
Perhaps they'll listen now
For they could not love you
But still your love was true
And when no hope was left in sight
On that starry, starry night
You took your life, as lovers often do
But I could've told you, Vincent
This world was never meant for one as beautiful as you
Starry, starry night
Portraits hung in empty halls
Frameless heads on nameless walls
With eyes that watch the world and can't forget
Like the strangers that you've met
The ragged men in their ragged clothes
The silver thorn of the bloody rose
Lie crushed and broken on the virgin snow
Now I think I know
What you tried to say to me
And how you suffered for your sanity
How you tried to set them free
They would not listen, they're not listening still
Perhaps they never will
Sayang sekali beliau tewas di umur 37 ya Mba Dhenok. Seandainya ia tinggal lebih lama, mungkin ketika menyaksikan karyanya diapresiasi, ia lebih bersemangat menghadapi hidup..
ReplyDeleteSayang banget Vincent harus mengakhiri hidupnya sebelum mengetahui karya-karyanya diapresiasi banyak orang. Ini pelajaran berharga bagi pembaca bahwa jangan patah semangat atau putus asa sebelum tahu hasil dari usaha kita.
ReplyDeleteSuka ngelukis, Kak? Saya nggak kenal banyak pelukis walau circel pekerjaan dan aktivitas saya berkaitan sama dunia nulis dan ilustrasi bacaan anak, hehehe
ReplyDeleteWahhh aku speechless
ReplyDeleteKadang seniman memang lekat dengan kata gila, seolah olah memang karya mereka menggambarkan diri mereka,
Dan aku selalu berpikir kenapa orang orang merasa kesepian sampai akhirnya nekat menghabisi dirinya sendiri, apa karena tidak dekat dengan Tuhan? Entahlah hanya dirinya dan Tuhan yang tahu
wah kemarin berarti ultahnya Vincent Van Gogh ya...
ReplyDeleteSetuju dengan ungkapannya, banyak jenius yang "gila". Bisa jadi itulah caranya mengekspresikan karya
Dan lewat novel Lust for Life kita jadi tahu cerita Van Gogh
Thanks sudah menuliskannya Mbak, saya jadi lebih tahu
Aku baru tahuuuuu Van Gogh kisah hidupnya setragis ini mba. Huhuhu. Aku cuma tahu lukisannya yang salah satunya paling terkenal, The Starry Night yg mba posting di atas. Sisanya aku gak hapal.
ReplyDeleteItulah seniman, meluapkan semua yang mereka rasakan melalui goresan-goresan tinta yang akhirnya menjadi karya yang memukau.
ReplyDeletePertama denger lagu Vincent dinyanyikan Josh Groban .Aku langsung suka,sampe hapal segala wkkk.Kesedihan teramat sangat karena tidak bisa menolong membuktikan Vincent hatinya baik
ReplyDeleteSaya malah ingetnya lagu yang Living Proof Camilla Cabello yang kata-kata paint me like Van Gogh mb, hihi apa itu orang yang sama ya. Ternyata ada novelnya ya mba kayanya pernah denger ini judul novelnya, harus dibaca nih kayanya bagus ya
ReplyDeleteaku tahu lagu starry starry night ini.
ReplyDeletepernah jadi lagu pendukung di serial Ally McBeal dinyanyiin sama penyanyi Vonda Shepard, yang kebetulan waktu itu aku punya kasetnya.
Tapi aku ndak tau kalo ternyata Vincent yang dimaksud itu Vincent Van Gogh.
Ya ampun aku udah lama banget gak baca novel, dulu pas SMA lumayan suka, tp saat ini lebih suka baca berita lewat internet.
ReplyDeleteAku memang belum mengenal tentang sosok legenda musik yang satu ini, tapi dari beberapa cerita di atas, membuat aku penasaran bagaimana jalan hidup yang sebenanrnya.
ReplyDeleteSetelah jatuh bangun yang dialami, sayang sekali ya kalau Vincent lebih memilih mengakhiri hidupnya seperti itu. Padahal, ada yang namanya proses dalam kehidupan. Kalau Vincent saja menilai dirinya gagal, aku penasaran alasan Irving Stone mau menuliskan kisah hidupnya Vincent itu.
ReplyDeleteMungkin bisa diketahui kalau kita sudah membaca Lust for Life ini, ya.
Aduh tragis banget hidupnya padahal dia disokong oleh keluarga yang mencintainya. Siapa nyana awalnya dipicu oleh asmara yang ditolak. Ursula oh Ursula . Hahahah
ReplyDeleteSejujurnya saya tidak tahu siapa Vincent Williem ini. Tapi perjalanan hidupnya memberi banyak pelajaran. salah satunya, hidup ini tidak ada yang sempurna. Juga lika-liku menemukan passionnya ya, Mbak.
ReplyDeleteSaya terpesona dengan lukisannya itu. Permainan warnanya sangat pas.
Ternyata perjalanan hidupnya tragis ya. Kadang kesepian memang yang sejatinya membunuh manusia pelan2. Gak jaman dulu, gak jaman sekarang, perasaan kesepian dan merasa tidak dimengerti itu yang menggerakkan orang untuk bunuh diri.
ReplyDeleteYa ampiuun Vincent van Gogh sayang banget ya bundir alias bunuh diri, huhuuu... padahal dia terkenal banget lohh dengan lukisan Starry Night nya... OMG semoga gak ditiru seniman Indonesia yaa... kl mati gaya, santuy aja dulu ga usah terlalu cepet ambil keputusan fatal
ReplyDeletebaguuusss banget yaa lukisan starry night.
ReplyDeleteaku baca ini malah jadi pengen baca bukunya deh, bagus kayaknya.
catet ah trus cari di google books :))
Wah dramatis banget ya kisah hidup Vincent Van Gogh ini. Aku juga suka baca buku biografi dan berusaha mengambil hikmah dari kisah hidup orang lain.
ReplyDeleteWah ceritanya penuh dng pencarian jati diri yg tak kunjung didapat ..hingga harus berakhir tragis seperti itu . Sepertinya bnyk tipikal orang spti ini yg butuh pertolongan masalahnya org 2 seperti Vincent Van Gogh merasa Tdk butuh ditolong dan memilih menyelesaikan dengan caranya.
ReplyDeleteItu lagu nya vincent yg d nyanyiin sm george groban bukan yak. Tragis bgt ya ternyta perjalanan hidup nya.
ReplyDeleteThe Starry Night itu memang sering banget dilihat dan muncul di beberapa film. Dan, aku baru tahu kalau kisah hidupnya ada di novel Lust for Life. Langsung cek di goodreads, ah. TFS.
ReplyDeleteDaku menyoroti buku yang sudah ditolak banyak penerbit bakal melahirkan kesuksesan luar biasa saat bertemu dengan penerbit yang tepat, seperti bukunya JK Rowling ya. Jadi nggak perlu putus asa mengirimkan tulisan ke penerbit.. Jadi SemangatCiee daku bacanya.
ReplyDeleteMengharukan ya jalan kehidupan Vincent. Tidak bisa membayangkan kalau difilmkan, terus saya nonton. Pasti gak kuat deh. Tapi ia kini memang jadi bagian dari sejarah dunia ya...
ReplyDeleteSediihhh, why oh why, para jenius di bidang art kok banyak yang memutuskan buat suicide.
ReplyDeletePadahal, karya2, mereka luar biasa ya...
kenapa hidup harus berakhir tragis seperti itu.
Kalo masa kini, banyak kan seniman KorSel yg memutuskan BunDir juga. Sedih banget
Seniman karyannya akan melekat antar generasi jika bagus. Banyak seniman karya diapresiasi dunia bahkan penikmat seni Indoneaia
ReplyDeleteBanyak orang yang karyanya bersinar justru setelah ia tiada ya... kalau mendengar kisah orang-orang seperti itu jadi makin semangat berkarya. Dengan harapan, meski enggak diapresiasi hari ini, semoga tetap bisa jadi amal di kemuadian hari.
ReplyDeleteKehidupannya ternyata penuh lika-liku, ya. Saya juga baru tau kalau ternyata usianya hanya sampai 37 tahun. Rasa sunyi di dalam diri kita, kadang-kadang bisa jadi silent killer juga, ya
ReplyDeleteSaya suka salah satu kutipan Van Gogh, "I would rather die of passion than of boredom." Super banget dedikasinya dia ke seni lukis.
ReplyDeleteKeren ya novel Lust for Life ini. walau pernah ditolak 16 penerbit akhirnya bisa menjadi salah satu best seller.
mayoritas pelukis besar kelakuannya nyleneh ya?
ReplyDeleteTermasuk Vincent Willem van Gogh
Ada yang bilang, mereka tuh "nyeni"
Tapi saya memaknai sebagai cara keluar dari belenggu sehingga bisa menghasilkan lukisan sesuai yang dia inginkan
Wah dapat rekomendasi novel keceh. Memang kalau saya lebih suka buku ataupun film yang ada sentuhan dramanya Mom apalagi kalau mellow-mellow gitu, heheheee.
ReplyDeleteAku tau tuh karyanya yang starry night, well sedih juga kalo jaman dulu mungkin orang belum banyak aware tentang kesehatan mental ya sehingga depresi dianggap aneh dan justru dikucilkan
ReplyDeleteWahh kupikir lagi baca novel fiksi nyatanya real life 🙈 tapi tetep yaa seniman itu sperti apapun kisah hidupnya tapi karyanya selalu dilihat dan dikenang orang
ReplyDeleteAku pernah dengar lagu Starry, Strary Night ini. Lukisannya beneran ini bagus banget, Vincent juara banget deh. Baca cerita di blog ini sekayak baca seluruh isi novel Lust for Life
ReplyDeleteDramatis banget ya Mbak Dhenok. Membaca ulasan di atas pedih juga hati. Membayangkan seseorang yang bolak balik terpuruk secara kejiwaan hingga mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. Tragis.
ReplyDeletePengen beli bukunya dan nonton filmnya ah.
novelnya pernah ditolak 16 penerbit. Dan saat ada penerbit yang mau menerbitkan, mendapat apresiasi yang tinggi.
ReplyDeleteVan Gogh ternyata masih muda ya mbak, meninggal di usia 37 tahun. Kirain, karena dia ini pelukis terkenal, sampai usia lanjut gitu. Dan sedihnya, saat meninggal belum ada yang menghargai karyanya
Masih muda banget untuk mengakhiri hidupnya. Sekarang karya-karyanya banyak yang mengapresiasi.
ReplyDeletePenulisnya juga keren bertahan untuk bisa menerbitkan meski ditolak berkali-kali.
Seniman kondang ya beliau ini?
ReplyDeleteTapi, saya belum pernah dengar namanya, mungkin karena beda genre ya.
Btw nice review, thanks.
Saya cukup tertarik dengan sebuah biografi yang dikonsep dengan tulisan seperti novel
ReplyDeleteKehidupan yang tidak mudah bagi seorang Vincent, dari sini kita bisa memahami untuk tidak mudah pantang menyerah karena kesulitan dalam hidup toh akan ada masa 'mentari bersinar cerah'
Sayang nya sang pelukis wafat tanpa tau karya2 nya sudah mendapatkan banyak apresiasi
Iya dia belum sempat melihat karyanya diapresiasi orang2 secara langsung ya. sedih rasanya hampir semua karya seni harus berakhir tragis untuk sampai di notice.
ReplyDeleteTragedi demi tragedi yang dialami Vincent Van Gogh ternyata membuatnya memiliki intuisi yang mendalam ya Mbak... jd bs menghasilkan masterpiece kayak Almond Blossoms yaa
ReplyDeleteAku pernah dengar sekilas tentang Van Gogh ini mba..tapi gak tahu kalau kisah hidup nya tragis begitu. Sampai gak tahu yah karyanya diapresiasi.. hmmm
ReplyDelete