Pasca berbagi postingan di facebook, sebuah pertanyaan masuk lewat inbox FB: “Loh, kok Mbak Dhenok berkegiatan bareng Dompet Dhuafa?” Pertanyaan ini seolah menjawab ‘kekhawatiranku’ tempo hari saat seorang kawan menanyakan kesediaanku bergabung bersama para blogger Bandung untuk acara Dompet Dhuafa. Menggantikannya, karena sebuah keperluan mendesak. Kutanya pada sang kawan: “Gapapa aku gabung acara Dompet Dhuafa?” Jawabnya: “Gapapa, ada juga kok yang ga berjilbab..” Sebetulnya bukan soal jilbab atau tak berjilbab, tapi terkait adanya bahasan tentang hukum Islam yang aku tak paham. Wakaf saja juga tak paham persis. Tapi seperti kata ‘khawatir’ yang kuberi tanda kutip, ya sesungguhnya aku tak betul-betul khawatir. Zaman sekarang segala sesuatunya serba terbuka. Sebuah tindakan baik dengan mudah dapat dibaca dan disaksikan banyak orang. Dan hal baik bisa datang dari mana saja, serta bisa disebarluaskan oleh siapa saja. Pun aku. Jika diperlukan untuk mengisahkan hal baik dan bermanfaat seperti yang sudah dilakukan Dompet Dhuafa, mengapa tidak? Maka demikianlah, aku menyanggupi menggantikan sang kawan. Kamis, 17 Oktober 2019 pukul 7 pagi, bersama kawan-kawan blogger Bandung mulai bergerak meninggalkan kantor Dompet Dhuafa di Jl. Martanegara No. 22A, Bandung.
Penat dari perjalanan panjang dengan waktu yang lebih lama
karena terjebak macet di sejumlah area akibat perbaikan jalan, tertuntaskan
oleh pemandangan hijau nun sejauh mata memandang. Tonggak-tonggak beton ramping
setinggi 2 meteran menjadi keunikan tersendiri. Ya, tonggak beton dengan gurita
pohon naga di atasnya adalah tanaman andalan dari Kebun Indonesia Berdaya
Terpadu, Subang. Di area inilah aku menyimak pemaparan menarik terkait wakaf
produktif.
Wakaf
Produktif Dompet Dhuafa
“Wakaf itu hakikatnya adalah menyisihkan sebagian harta atau
kemampuan kita. Sayangnya di kita, di Indonesia ini orang masih terbatas pada 3
M: masjid, makam, madrasah. Bikin masjid itu cepat sekali terkumpul uangnya.
Gampang. Tapi buat apa masjid banyak-banyak?” ujar General Manager Wakaf Dompet
Dhuafa, Boby P Manulang.
Sebuah pernyataan yang menarik buatku. Beribadah bisa di
masjid mana saja. Kasarnya, dengan kondisi masjid yang butut-pun, orang
akan tetap mendatanginya sebagai bagian dari ibadah dan relasi yang khusu’
dengan Tuhan. Namun ketersediaan sumber penghasilan yang berkelanjutan, apakah
bisa didapatkan dengan mudah? Tentu tidak. Perlu direncanakan dengan baik dan
berkelanjutan pula. Maka menarik menyimak perihal wakaf produktif Dompet Dhuafa
ini.
Obrolan berlangsung dalam saung, di tengah area perkebunan.
Di atas meja panjang tersaji aneka penganan dan minuman berupa sari nanas
olahan hasil panen kebun. Para blogger duduk mengelilingi meja. Di bagian
depan, selain Boby P Manulang hadir pula Manajer Bidang Ekonomi Dompet Dhuafa,
Kamaludin, dan Eman, salah seorang petani lokal sekaligus pengurus Koperasi
Indonesia Berdaya.
Dompet Dhuafa sendiri sejak didirikan tahun 1993 telah
mengembangkan banyak program berbasis wakaf produktif, seperti RS
Rumah Sehat Terpadu di Parung, Bogor, yang setiap bulannya telah melayani lebih
dari 15 ribu dhuafa. Untuk bidang pendidikan, di antaranya ada SMART Ekselensia
di Parung dan Pesantren Hafidz Village di Lido. Untuk bidang agronomi, ada
Kampung Agroindustri di Kebun Indonesia Berdaya di Subang, yang telah
memberdayakan petani, peternak, pekebun, dan UKM setempat.
Sayangnya, seperti dituturkan Boby, wakaf
produktif masih belum banyak dikenal. Masyarakat masih cenderung
menyalurkan wakaf sosial, yakni melalui aset tidak bergerak. Padahal, wakaf
produktif memungkinkan surplus investasi. Dapat dilihat dari hasil lahan
perkebunan, pasar swalayan, penginapan, dan sebagainya. Karenanya dibutuhkan
upaya yang lebih baik terkait sosialisasi dan edukasi tentang wakaf produktif
ini. Salah satunya gerakan yang baru-baru ini dicanangkan: WakeUp! Wakaf.
Bagaimana cara berwakaf dan utamanya terkait Kebun Indonesia
Berdaya di Subang?
Ada 2 cara:
- Wakaf uang tunai sesuai dengan gerakan 1.000.000 wakif dari Dompet Dhuafa. Kita hanya perlu menyisihkan uang dengan batas minimal Rp10.000.
- Wakaf dengan membeli satu kapling tanah. Ini bisa dilakukan perorangan atau bersama kelompok/komunitas. Harga satu kapling seluas 1.000 meter persegi adalah Rp125.000.000. Angka tersebut dengan perincian: Rp50 juta dialokasikan untuk pembebasan tanah, Rp50 juta untuk pengelolaan atau ongkos produksi yang meliputi pembangunan beton tegak, pembibitan, pemeliharaan hingga pohon berbuah. Sisa Rp25 juta digunakan untuk pembangunan sarana berupa saung atau bungalow dan sebagainya yang dapat dimanfaatkan oleh wakif jika ingin mengunjungi kaplingnya. Selain itu, uang Rp50 juta untuk biaya pembebasan lahan bisa dikembalikan dalam jangka waktu 15 tahun, jika wakif menghendakinya.
Kebun Indonesia Berdaya, Subang
Perkebunan Dompet Dhuafa di Subang ini berlokasi persis di
Desa Cirangkong Kecamatan Cijambe, Subang, Jawa Barat. Perkebunan ini diawali
dengan lahan seluas 2 hektar, yang lalu bertambah menjadi 5 hektar, kemudian 8
hektar, hingga terakhir 10 hektar. Namun, dari total 10 hektar lahan garapan
tersebut, lahan produktifnya baru 5 hektar. Dari lahan produktif, telah
berhasil memanen nanas 100kg/hari dan buah naga 2-3/ton per 3 bulan.
Mengapa dipilih buah naga dan nanas? Potensi buah naga
sangat bagus. Lahannya juga pas. Sedangkan nanas, selama ini Subang memang
telah dikenal sebagai penghasil nanas. Perkebunan Indonesia Berdaya masih ingin
mempertahankan hal tersebut. Menurut Kamaludin, permintaan nanas sudah banyak
dan sejauh ini pihaknya belum bisa memenuhi. "Ada 60 ton permintaan nanas
per tahun. Hasil kami masih jauh dari kebutuhan yang diminta industri,"
ungkap Kamaludin.
Target Dompet Dhuafa adalah mengejar kapasitas produksi untuk memenuhi
permintaan tersebut. Lahan garapan sendiri ditargetkan hingga 22 hektar. “Kalau
Rumah Industri Nanas (RISIN) sudah jadi, kami akan bekerja sama dengan banyak
petani dari 12 desa di sini,” tambahnya.
RISIN dibangun di atas lahan seluas 4.000 meter persegi. Luas bangunan 2.000 meter persegi dengan ruangan-ruangan yang memiliki fungsi untuk penampungan, pengolahan, pengepakan, dan pengiriman. Proses pembangunan RISIN telah mencapai 80%. Targetnya, tuntas pada akhir tahun ini atau Januari 2010. Diharapkan rumah produksi ini telah dapat memenuhi pesanan produk pada Februari 2020.
Adapun produk yang nantinya dihasilkan RISIN adalah ekstraksi
dan selai nanas. Pada proses awal, kelompok masyarakat yang terdiri dari
ibu-ibu akan dilibatkan. Yakni pada proses pengupasan buah dengan standar yang
telah ditentukan. Nanas dalam kondisi bersih inilah yang berikutnya diproses
dengan mesin di RISIN.
Dompet Dhuafa berusaha melibatkan sebanyak mungkin
masyarakat untuk mendapatkan manfaat. Sehingga hadirnya Kebun Indonesia Berdaya
tersebut bukan sebagai tamu melainkan bagian dari warga setempat. Tak heran
jika petani seperti Pak Eman sangat terbantu. “Dulu juga sudah ada kebunnya,
tapi sering susah pemasaran. Sekarang sangat terbantu. Untuk modal, saya kebantu
pisan,” tutur Eman. Selain modal dan pemasaran, Eman juga terbantu dalam
penyediaan bibit. Dompet Dhuafa telah menyiapkan bibit yang tentunya
terstandardisasi. Dengan bantuan pemasaran dari Dompet Dhuafa, harga jual
terhitung stabil. Jika sebelumnya para petani nanas Subang hanya bisa menjual
nanasnya di kisaran harga Rp1.000 hingga Rp1.500 per buah, kini relatif stabil
dengan kisaran harga Rp2.500. Penerima manfaat ini bukan hanya Eman seorang,
melainkan 30 kepala keluarga lainnya juga. Baik sebagai penerima manfaat
langsung maupun tak langsung. Selain itu, sebanyak tak kurang 100 pekerja terlibat dalam pekerjaan baik di kebun maupun peternakan.
Usai perbincangan dalam saung, kami diundang untuk melihat
dari dekat tanaman buah naga dan nanas, serta peternakan domba. Sayangnya
Oktober belum menjadi saat pohon naga berbuah. Beberapa tampak menunjukkan
bakal buah, tapi baru sedikit. Panen buah naga baru Desember.
Di kandang domba, aku menyempatkan waktu untuk ‘bercakap’
dengan mereka. Ada sekitar 100 domba yang terbagi dalam 3 kandang sesuai dengan
jenis dan usianya. Agak sulit buatku berada di tengah binatang yang memang
disiapkan untuk disembelih. Jadi aku tak sanggup berlama-lama. Tapi yang sempat
kupastikan, mereka sejahtera. Makanan dan minuman selalu tersedia. Selain
rumput, ada varian daun jagung yang diolah terlebih dahulu dan bisa disimpan.
Saat kemarau panjang datang, mereka tak mengalami kesulitan dalam penyediaan
makanan. Peternakan Indonesia Berdaya Subang ini menjadi salah satu penyuplai
kebutuhan hewan qurban di wilayah Jawa Barat.
Yuk berwakaf!
Mengutip
data dari Badan Wakaf Indonesia (BWI) yang dirilis harian Republika
(28/09/2019), potensi aset wakaf per tahun mencapai Rp2.000 triliun dengan luas
tanah wakaf mencapai 420 ribu hektar. Sedangkan potensi wakaf uang bisa
mencapai kisaran Rp188 triliun per tahun. Realisasinya sendiri saat ini baru
mencapai Rp400 miliar. Bayangkan jika potensi-potensi tersebut tereleasi dengan
tepat, masyarakat yang sejahtera akan lebih merata!
Bulan
September hingga November mendatang disebutkan sebagai bulan wakaf. Sudah
berwakafkah Anda? Dompet Dhuafa melalui gerakan WakeUp! Wakaf
mengingatkan tentang mudahnya berwakaf. Mudah, siapa saja bisa berwakaf. Tak
perlu menunggu kaya untuk bisa berwakaf. S e p u l u h r i b u
rupiah saja juga sudah bisa. Terlebih saat ini dimudahkan dengan wadah
digital, yakni tabungwakaf.com,
wakaf bisa dilakukan kapan saja dan di mana saja.
So, tak ada alasan lagi untuk tak
melakukannya bukan? Mari berwakaf, dan bantu orang sekitar lebih sejahtera,
yang pada skala lebih besarnya nanti, masyarakat Indonesia yang lebih
sejahtera. Gimana menurut Anda? Aku sih iyes!
Dapat oleh-oleh nanas, yang langsung disambut heboh anak-anak meong 😀 |
Gerakan Wake up! Wakaf ini jadi menyadarkan aku kalau wakaf itu enggak cuma urusannya tanah. Tapi dari uang dengan nominal minimal 10rb juga bisa memulai wakaf.
ReplyDeleteTfs:)
Progam wakaf dari dompet dhuafa ini sangat menarik sekali diulas mba. Saya pernah baca ada wakaf perkebunan dan juga wakaf rumah sakit. Betul2 berdaya guna untuk kemaslahatan umat
ReplyDeleteWakaf lebih banyak pemanfaatannya ketika kita menyampaikan ke tangan yang tepat, salah satunya lembaga zakat dompet dhuafa.
ReplyDeleteMemang benar, Mbak. Selama ini wakaf itu pemahamannya langsung tanah yang akan dibangun masjid dan madrasah atau nanti tanah makam.
ReplyDeleteDan kini bagus semakin fleksibel. Wakaf bisa siapa saja dan bisa berupa uang. Nanti uang terkumpul dibelikan tanah dan dibangun sesuatu bermanfaat. keren ini Dompet Dhuafa.
MasyaAllah, semoga dengan adanya gerakan wake up semakin banyak yang sadar wakaf itu gak cuma tanah aja, tapi bisa dengan uang. Jadi lebih ringan ya mbak, karena bersama-sama bergeraknya.
ReplyDeleteAlhamdulilah, lengkap banget informasinya. Makasih ya mbak. Saya ijin share ya artikelnya.
ReplyDeleteEdukasinya mengenai wakaf ini sangat mengena banget, emang sih dulu taunya wakaf itu ya untuk kepentingan umat, tenryata belum tentu buat berdayakan umat, jadi penting juga ya wakaf sesuatu yang dapat memberdayakan orang lain agar lebih produktif
ReplyDeleteWah, pengetahuan baru tentang wakaf nih. Btw apakah di Malang juga ada dompet dhuafa ya mbak?
ReplyDeleteWah mantap ya lembaga2 zakat sekarang ini.
ReplyDeleteBanyak program yg dapat membantu masyarakat di setiap daerah.
Bergabung dengan komunitas yang memiliki kegiatan positif, itu keren banget.
ReplyDeleteSelain lebih mengetahui wakaf itu sendiri apa, Dompet Dhuafa melibatkan langsung masyarakat dengan 'Kebun Indonesia Berdaya'
Semoga kedepannya banyak hal positif yang dapat kita contoh
Pas baca paragraf pak Eman dan 30 keluarga lain terbantu, aku mewek mbak,
ReplyDeleteMemang kalau zakat dan wakaf diberdayakan, InsyaAllah pelan-pelan kesejahteraan akan menghampiri lapisan masyarakat ekonomi ke bawah, dan smeoga terjadi pemerataan suatu hari nanti, aamiin
Keren sekarang wakaf kita bisa jadi modal kerja yang berputar terus dan memberi manfaat pada banyak orang
ReplyDeleteKalau wakafnya jadi kyk kebun gini lebih berkelanjutan manfaatnya buat umat ya mbak. Saya pribadi juga memilih wakaf via Dompet Dhuafa karena kemudahannya, gak mesti nunggu kaya berapapun bisa kita wakafkan asal niatnya ikhlas
ReplyDeleteSalut sih sama dompet Dhuafa. Concern banget ngurusin perkara wakaf, zakat infak dan sedekah. Dan inovasinya selalu keren. Mantap deh.lanjutkan perjuangan
ReplyDeleteWah bagus bgt ini acaranya. Segala rejeki yang kita dapet sebaiknya kita keluarkan untuk yang membutuhkan ya
ReplyDeleteDompet Dhuafa selalu memberikan siklus berbagi dengan baik, ngaa ngerti lagi, kagum saya :')
ReplyDeletesaya salfok sama Mpusnya, wkwk
ReplyDeleteitu granaaat buat ngerujaaaak.
Saya juga kagum sama Dompet Dhuafa, terdepan untuk mengedukasi masyarakat Indonesia seputar zakat, wakaf dan sedekah pada yang tepat sasaran