Memang, Selera Ngopi Tidak Dapat Diperdebatkan

Bagi penikmat kopi, membaca aneka referensi terkait kopi menjadi hal yang seru dan menarik. Bahkan wajib. Karena, sepertiku, yang menjadi pengopi sepanjang waktu, banyak hal yang sesungguhnya belum tergali dari urusan perkopian. Selalu ada hal baru. Nah, buku Coffee, Karena Selera Tidak Dapat Diperdebatkan yang ditulis Dani Hamdan dan Aries Sontani merupakan sebuah buku tentang kopi yang sangat recomended. Apa pasal?


Baca juga: Gemulung, Kisah Pelarian dan Kegetiran Hidup

Pilihan desain 

Buku dicetak dalam format bujur sangkar. Unik, tak biasa. Kerja yang digunakan pun art paper yang memberikan kesan wah. Tata letak foto dan pemilihan jenis font juga terlihat berkelas. 

Penyajian

Materi tentang kopi disajikan dengan menarik, tidak membosankan. Selain foto-foto yang mendukung tema, pemilihan variasi huruf, juga penyajian tulisan yang tak melulu bicara tentang data namun juga tips dan aneka quote yang pas. 

Lengkap dan sistematis

Sebagai pengopi, entah sejak kapan, ada banyak hal baru yang kutemukan di buku ini. Lengkap. Mulai dari pengenalan jenis kopi, proses pengolahan bean, hingga proses penyajian. Penyusunannya pun sistematis, cukup memudahkan untuk orang mencari lebih dulu bagian yang ingin dibaca. Ini adalah buku referensi yang tak harus langsung dibaca habis. Bisa dibuka dan dibaca ulang sesuai kebutuhan. 

Setidaknya tiga hal standar itu dapat dijadikan patokan untuk membaca buku ini. Selebihnya bisa jadi sangat personal, seperti halnya pilihan kopi kita. Kalau ditanya soal, 'apa pilihan kopi terbaikmu?', jawabannya bisa jadi bakal beragam. Buatku misalnya, aku akan dengan mantap menjawab: black, always black.. Buatmu, sangat mungkin beda. Sama-sama black, tapi apakah tubruk, espresso, americano, long black? Lebih menyukai yang legit ala latte, atau pilihan gurihnya cappuccino? Atau berdingin-dingin dengan es kopi susu?

Baca juga: Gong Smash! dan Safari Literasi Duta Baca Indonesia

Alasan yang cukup personal buatku membaca buku ini adalah karena ditulis oleh kawan sendiri, Dani Hamdan. Karena tulisan kawan sendiri, lantas kudu dibaca bukunya? Tentu tidak. Bukan begitu. Tapi karena si kawan, yang lumayan sering ketemu, memang memiliki kapasitas memadai untuk menulis tentang kopi. Pengalamannya terjun langsung ke tengah petani kopi, bicara langsung dengan para penggiat dan pebisnis, terlibat sebagai konsultan dalam pengelolan perusahaannya, di berbagai wilayah di tanah air, memang sangat layak untuk dibagikan dan dijadikan pembelajaran.  

Aries Sontani sendiri adalah petani kopi Garut, yang mengusung bendera D'Arffi Coffee. Ia membeli kopi dari etani dengan harga yang layak. Aries juga membina kelompok petani di Pasirwangi, Garut. 

Ini dia beberapa detail dari buku ini. 

Aneka informasi umum soal kopi, mulai dari arabika dan robusta, yang paling banyak dikenal hingga kopi-kopi unik lainnya di aneka negara.



Prinsip dan teknik brewing, mulai dari dasar sekali sampai yang rumit. Penjelasan detail dari masing-masingnya juga kita bisa pelajari.

Biasanya seduh kopi dengan suhu berapa? Nah kaaan..nggak tepat ituuuu..

Baca juga: Pseudonim, Kisah Pertarungan Idealisme Dunia Penulisan

Yang suka membuat aneka sajian, ada bagian resep. Buatku sih terlalu rumit haha.. Sudahlah, aku sih menyerah kepada kopi tubruk saja. Atau oiya, kemarin baru belajar membuat espresso paaki rok presso. Selebihnya, untuk sementara, menyerah. Buat yang senang ngulik, cocok banget dah mencoba resep-resep di buku ini. Salah satu yang kutemukan, kopi mentega, yang aku tahu menjadi salah satu minuman pelaku diet keto.


Itu saja beberapa detailnya. Selebihnya, baca sendiri. Pokoknya, seru! Nggak akan rugi punya buku ini. Silakan cari di toko buku ya..


Judul: Coffee, Karena Selera Tidak Dapat Diperdebatkan

Penulis: Dani Hamdan & Aries Sontani

Penerbit: Agromedia

Jumlah halaman: 174


Baca juga: Tetangga kok Gitu, Serba-serbi Kisah Tetangga Ala Annie Nugraha



17 comments

  1. Hihi jangan sampai berdebat cuma gara-gara kopi ya, btw buku nya bagus nih ada segala tentang informasi kopi

    ReplyDelete
  2. kopi ini memang ibaratnya kaya seni karena memang teknik brewingnya tuh beda-beda style setiap baristanya yaa

    ReplyDelete
  3. dari judul bukunya saja saya tertarik : Coffee, Karena Selera Tidak Dapat Diperdebatkan. Sebagai orang yang suka kongkow di kedai kopi, saya harua baca ini hehe

    ReplyDelete
  4. kayanya saya harus baca juga

    kemarin saya diaajak ke cafe baru seorang teman, dan dia bilang ada coffee ini itu
    dannn.....saya blank dong!

    terlalu ya? :D

    ReplyDelete
  5. Saya selalu suka dengan buku-buku yang membahas tentang kopi. Selain karena memang peminum kopi tubruk/hitam dengan sedikit gula sedari kecil, kopi sudah jadi bagian hidup sehari-hari. Sehari gak ngopi tuh rasanya kurang lengkap.

    Lihat foto-foto isinya buku sekilas, tampaknya visual buku ini menarik banget ya Mbak Dhenok. Apalagi ditulis oleh orang yang memiliki pengalaman langsung di dunia per-kopi-an. Buku yang pantas untuk dimiliki dan dibaca. BTW, belinya dimana Mbak? Infokan saya via WA ya.

    ReplyDelete
  6. Coffe, karena selera tidak dapat diperdebatkan! Setuju, kopi itu personal, kalau lagi ngopi bareng aja -berempat- beda selera, suamiku americano, aku cappuccino, anak bujang es kopi, adiknya belum ngopi hihi..
    Buku yang ditulis oleh orang yang tahu tentang kopi pasti menarik sekali!

    ReplyDelete
  7. Ini bisa dibilang semacam buku ensiklopedia tentang kopi ya mbak.
    Eh saya biasanya bikinin kopi suami, air mendidih langsung tuang aja ke gelas yang sudah diisi kopi dan gula. Jadi emang sebaiknya didiamkan dulu beberapa saat ya, nggak langsung main tuang aja

    ReplyDelete
  8. Menjawab penyuka kopi, buku ini bisa memberikan penjelasan kopi dan dinamikanya. Keren

    ReplyDelete
  9. Selera orang memang beda-beda yaa termasuk juga dalam menyukai kopi. Para penyuka kopi juga punya cara beda-beda dalam menikmati kopi mereka

    ReplyDelete
  10. Untungnya sekarang ada banyak cara bisa tetap menikmati sensasi kopi meski tidak bisa menyeruput kopinya langsung ya. Bisa aroma, rasa, dan campuran bahan lain dengan tetap tidak mengurangi kekuatan rasa kopinya

    ReplyDelete
  11. bagi penikmat kopi mungkin buku ini menjadi hal wajib ya mbak. yg menjadi pertanyaan bagaimana agar orang lain juga menikmati meski dari jauh dan bahkan bukan penikmat kopi untuk tahu hal ini. dengan membaca reviewnya malah bikin penasaran deh mbak, dalemnya .intinya salut dg penikmat kopi ,pecinta kopi dan sebutan lainnya

    ReplyDelete
  12. Kalau lihat bukunya yang terbayangkan sama daku itu langsung aroma kopi hihi.
    Buat pecinta kopi mah gak terbantahkan memang

    ReplyDelete
  13. Iya, kopi memang personal dan bisa ditebak deh perasaan apa yang dominan saat memilih kopi yang diminum.
    Kayak saya aja nih, ada masa cuma mau satu merk saja. Lalu tiba-tiba cuma suka kopi tubruk lokal, lalu cuma suka kopi dengan krimer. Dalam satu waktu satu jenis saja.

    ReplyDelete
  14. Yups, setuju karena saya sendiri sebagai cowok penyuka kopi yang bisa bikin plong dan ide2 bermunculan saat ngeblog. Juga bikin nyaman aja kalo udah minum kopi hehe. Buku ini kayaknya bagus ya untuk dibaca....

    ReplyDelete
  15. Bagian dari mengapresiasi dan memberikan semangat kepada kawan ya, Kak. Kita beli karyanya agar dia semangat untuk terus berkarya lagi

    ReplyDelete
  16. Dulu saya bingung ketika lihat kakaek suka minum kopi engga pake gula ..ternyata itu soal selera ya.. jadi setiap orang akan berbeda kesukaannya

    ReplyDelete
  17. Iya soal selera gak perlu di debat. Itu sama aja kaya debat kusir. Mpo suka es kopi yang ada rasanya.

    ReplyDelete