Tenun Sulam Jelujur Pesawaran, Bangkit dan Mendunia

Khasanah wastra di tanah air senantiasa hangat oleh munculnya produk-produk baru. Baik hasil karsa generasi terbaru maupun warisan leluhur yang baru menemukan momentumnya di masa kini. Seperti yang terjadi pada Tenun Sulam Jelujur Pesawaran, salah satu kain tradisional khas Lampung. Baru tahu? Sama! Saat diajak bicara soal tenun Lampung, yang terlintas adalah Tapis. Ternyata, ada wastra lain yang usianya lebih tua dan kini tengah bangkit dan berbenah, untuk bisa dikenal khalayak lebih luas, baik skala nasional maupun dunia. 


Baca juga:

Keberadaan Sulam Jelujur diketahui dalam sebuah kunjungan tim Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Pesawaran ke Desa Sungai Langka, Kecamatan Gedongtataan. Tim Dekranasda mendapati taplak dengan motif unik  yang tak lain adalah kain dengan motif yang dibuat dengan metode sulam jelujur. Taplak buatan warga yang sekaligus pelaku usaha kecil menengah (UKM) itu terlihat unik dan mempesona. Sebuah potensi yang belum tergali dengan baik. 

Kabupaten Pesawaran merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Lampung, yang terhitung muda. Awalnya, Pesawaran adalah bagian dari Kabupaten Lampung Selatan. Resmi sebagai kabupaten sendiri pada 2 November 2007.

Pesawaran dan Muasal Sulam Jelujur

Tenun Sulam Jelujur Pesawaran baru diluncurkan pada 25 Oktober 2021. Namun sejarah mencatat, sulam jelujur telah menjadi bagian dari tradisi masyarakat Lampung sejak tahun 1905, seiring dengan kolonisasi dari Jawa menuju ke ujung tepi Pulau Sumatra ini.

Pesawaran merupakan lokasi transmigrasi pertama yang dipilih Pemerintah Hindia Belanda. Gedong Tataan, kawasan 27 kilometer dari Telok Betong ini dipilih karena tanahnya yang subur dengan aliran sungai yang sangat mendukung. Pada 1905 kolonisasi ribuan warga Kedu di Pulau Jawa bergerak menuju Gedong Tataan, langsung dipimpin Resideng H.G. Heyting. 

Selain mengembangkan kawasan pertanian, sebagian warga, terutama perempuan menuturkan kisah transmigrasi dalam wujud sulaman. 

Baca juga: 


Makna di Balik Motif Sulam

Tenun Sulam Jelujur Pesawaran dibuat dengan teknik jelujur tangan. Tanpa dialasi pola terlebih dahulu, benang langsung dijahit di atas bahan kain dasar tenun yang terbuat dari bahan benang. Tangan-tangan terampil para pengrajin dengan luwes mengikatkan benang pada alat bantu jarum tangan lalu memadukannya di kain tenun dalam motif-motif yang khas. 

Selain menunjukkan ciri khas kekayaan khasanah Lampung, Sulam Jelujur Pesawaran secara khusus menampilkan makna filosofis dan kisah proses transmigrasi di masa lalu. Sebuah motif dimaknai sebagai pengingat dalam mencapai kesempurnaan tingkah laku dan tutur kata. Motif yang lain bicara tentang adat istiadat yang berlaku, perilaku sopan, lemah lembut, yang dapat menyenangkan orang lain.

Ada nuansa religi yang juga dapat ditemukan dalam motif sulam jelujur. Motif yang mengingatkan akan ketaatan terhadap jalan Tuhan. Pengingat agar senantiasa menyucikan hati sebelum memulai segala pekerjaan juga dituangkan dalam motif sulam jelujur ini. 

Proses Pembuatan Tenun Sulam Jelujur Pesawaran

Untuk mendapatkan selembar kain tenun berhias sulam jelujur khas Pesawaran, tak mudah. Dibutuhkan kesabaran, kejelian, dan tentu saja cita rasa seni yang memadai. 

1. Pemintalan, yakni proses memintal kapas hingga menjadi bentuk benang. 

2. Penggulungan adalah proses merapikan helaian benang hasil dari proses pemintalan dalam bentuk gulungan.

3. Pencelupan. Pada proses ini, benang yang sudah digulung dicelupkan ke dalam cairan pewarna. Dalam hal ini tenun Pesawaran menggunakan pewarna dari bahan alam. Setelah pencelupan, benang diangin-angin hingga kering. 

4. Penenunan. Proses tenun dilakukan setelah pemilahan benang sesuai dengan warna yang direncanakan. Pembuatan kain ini menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM). Rapikan hasil tenunan. 

5. Menyulam jelujur. Sulam jelujur khas Pesawaran tidak menggunakan pola. Benang langsung diaplikasikan ke atas kain tenun sesuai dengan motif yang diinginkan.

6. Penyelesaian. Tenun yang sudah disulam, digilas untuk merapikan dan mengukuhkan sulaman. Jika dibutuhkan, dijahit pada bagian pinggirnya. 

Itulah proses pembuatan tenun sulam jelujur yang membedakan tenun khas Lampung ini dengan tenun lainnya di berbagai daerah di tanah air.  Menyoal tenun ini so pasti menjadi tema menarik bagi lifestyle blogger. Di Sumatra saja, selain Lampung, ada Sumatra Utara, Sumatra Barat, dan Sumatra Selatan yang memiliki kain khas, lengkap dengan wisata menariknya.

Baca juga:


Dari Sekadar Pajangan ke Aneka Seni Kriya

Awalnya, sulam jelujur diaplikasikan ke atas kain sebagai pajangan untuk mempercantik ruangan. Seiring perkembangan zaman, kreativitas, serta adanya peluang bidang ekonomi kreatif, sulam jelujur pun mewujud dalam aneka bentuk seni kriya. 

Dalam beberapa tahun terakhir Tenun Sulam Jelujur Pesawaran telah telah merupa dalam berbagai produk fashion, interior, aksesoris, dan produk unggulan lainnya. Tak hanya di wilayah lokal, namun juga nasional, bahkan internasional.

Tenun Sulam Jelujur Pesawaran di Masa Depan 

Pada 2018 Tenun Sulam Jelujur Pesawaran  dipajang di Station Central Metrohal Nederlands dan Museum Textile Amsterdam. Kerjasama para seniman dengan dan Pemerintahan Negara Nederlands menjadikan produk kriya andalan negeri Andan Jejama ini dilirik pecinta wastra dunia. Setahun berikutnya, 2019, Sulam Jelujur mendapatkan kesempatan tampil dalam Fashion Show dan Pameran di South Afrika Selatan. 

Pada September 2022 kesempatan kembali datang dari kedutaan dan para agen perjalanan di New York. Keindahan sulam jelujur unjuk diri dalam New York Indonesia Fashion Week

Seiring dengan Pesawaran sebagai kabupaten baru yang terus berbenah, para pengrajin yang bergiat, teknologi digital yang makin memudahkan, pelan tapi pasti, Tenun Sulam Jelujur dengan keunikan dan ciri khasnya tersendiri itu bakal menjadi kecintaan penyuka wastra dunia.

Nah, sekarang tinggal duduk manis dan menunggu undangan dari Lampung untuk berkunjung 😍

No comments