Kenanga, Novel Oka Rusmini tentang Tradisi dan Cinta Rahasia

Bagaimana rasanya seumur hidup menyimpan rahasia? Entah, itulah yang menjadi pertanyaan utamaku setelah menuntaskan novel bertajuk Kenanga, karya penulis Bali, Oka Rusmini ini. Betul, novel ini mengambil latar belakang budaya dan tradisi di Bali dengan segala dilemanya. Namun, soal "rahasia" itu yang ternyata lebih banyak menarik perhatianku. Atau, jangan-jangan, menyimpan rahasia ini pada akhirnya memang banyak terjadi di kalangan masyarakat yang kental dengan pembedaan strata sosial melalui kasta ini? 



Baca juga: Perjalanan Menuliskan Kisah Perempuan

Baru beberapa waktu terakhir aku menjalin komunikasi yang cukup intens dengan seorang kawan dari Bali. Di antaranya yang menjadi bahasan adalah tradisi yang memang mengikat kuat orang Bali, terutama Bali Hindu. Jadilah, apa yang dituturkan Oka dan bahan obrolan itu saling menjelaskan.


Sinopsis

Adalah Kenanga, sulung dari dua bersaudara yang datang dari kalangan kasta Brahmana. Dua kakak adik yang adalah Ida Ayu. 

Kenanga adalah perempuan cerdas, berpendidikan, mandiri. Berbeda dengan adiknya, Kencana. Si bungsu ini dikaruniai wajah yang lebih cantik, perilaku yang lebih manis, namun bergantung, tidak mandiri. Itulah yang menjadikan Kenanga berusaha menjaga adiknya. Pun ketika ia melihat kekasih si adik, Bhuana, seolah tak serius dalam menjalin hubungan, ia berusaha untuk mengingatkan. Yang menjadi soal, Bhuana mencintainya. Ia mencari cara untuk mendapatkan cinta Kenanga. 

Kenanga sendiri tak pernah menunjukkan ketertarikannya terhadap laki-laki. Ia perempuan Bali yang dipenuhi ambisi, dan bisa dibilang ingin menjauhkan diri dari ikatan tradisi. Di kampus, namanya dihubung-hubungkan dengan Rahyuda, seorang profesor di fakultas ia bernaung. Tapi ia tak memiliki hubungan romansa dengan Rahyuda kecuali urusan akademis. Laki-laki itu memang menyayanginya, sebagai murid. 

Pada akhirnya, memang Bhuanalah lelaki yang singgah dalam hidupnya. Lelaki yang sangat dicintai adiknya, yang membuatnya merasa bersalah. Seolah telah mencurangi sang adik, karena menjalin hubungan dengan lelakinya. Kisah yang pernah mereka jalin meninggalkan jejak, seorang bocah. Kelak, si bocah yang dinamai Luh Intan itu, hadir dalam kehidupan mereka, tanpa diketahui muasalnya oleh Kenanga. Kisah itu tetap tertutup rapat, meski kemudian ia mengetahui fakta bahwa Intan adalah darah dagingnya. Buah perpaduan hasrat pada suatu malam, antara Bhuana dan dirinya. 

Intan yang sejak lahir dianggap sebagai bagian dari kasta Sudra, akhirnya tumbuh menjadi gadis yang yang cerdas dan mandiri dalam pengasuhan Kenanga dan keluarga Brahmananya. Sayangnya, dalam hirarki sosial ia tetap harus menerima perlakuan diskriminatif dari masyarakat. 

Persoalan tradisi ditambah dengan rahasia yang terpelihara, menjadikan kisah para tokoh di novel ini menjadi rumit. Termasuk dengan munculnya sosok Mahendra, yang disayangi Kenanga dan dicintai Intan. 

Oka menutup ceritanya dengan sebuah adegan yang menyisakan pertanyaan. 

Baca juga: Perempuan-perempuan dalam Karya Pramoedya Ananta Toer


Mengapa Harus Kenanga?

Ini menjadi pertanyaan keduaku setelah menuntaskan novel ini. Ya, kenapa Kenanga, karena sebetulnya sosok Kenanga tak terlalu menjadi sentral. Tokoh Luh Intan, pada penghujung cerita juga mengambil porsi cukup besar. Aku bahkan terpaku pada kisah Rahyuda dan Jero Kemuning. Kisah cinta yang miris, yang bisa menjadi kisah tersendiri.

Tapi, secara umum kisah yang dituliskan Oka Rusmini ini memberikan gambaran yang cukup jelas tentang tradisi di Bali. Bagaimana dampak patriaki dan sistem kasta, hal yang mempengaruhi keputusan-keputusan penting, yang tak hanya menyulitkan kaum perempuan namun juga lelakinya. Misalnya dalam keterbatasan mereka soal menentukan pasangan. Atau posisi seseorang di tengah kewajiban adatnya. 

Oka menggunakan alur mundur-maju dalam ceritanya. Dan tanpa pemisahan antarbab! Jadi, yang punya kebiasaan baca dengan lompat bab, tak bisa dilakukan di novel ini 😀


Judul: Kenanga

Penulis: Oka Rusmini

Penerbit: PT Grasindo, 2003

Tebal: 293 halaman


Baca juga: Tetangga kok Gitu, Serba-serbi Kisah Tetangga ala Annie Nugraha

Novel Kenanga ini cocok untuk penyuka tema tradisi dan budaya, yang ada kaitannya dengan feminisme. Cocok pula buat yang sedang berencana jalan-jalan ke Bali, menginap di hotel-hotel yang unik dan menarik. Seperti saiyah, yang belum dapat kesempatan saja, dan sebatas baca-baca reviunya kawan-kawan travel blogger.


No comments