Sharkmove Bakal Guncang Bandung, Are You Ready?

Membayangkan Sharkmove menemui Anda dengan hits mereka: My Life, Evil War, Butterfly? Tak lama lagi Anda bisa menjumpai mereka. Yup, grup legenda tanah air dekade 70-an ini bakal hadir di Bumi Sangkuriang, Bandung, pada 29 Maret mendatang. Sharkmove juga akan menyajikan lagu-lagu Giant Step dan dua lagu baru yang rencananya bakal diproduksi pada Ramadhan mendatang. 


Baca aneka artikel musik di Musik Asik

Apa yang mengalasi Sharkmove muncul kembali ke hadapan publik?

“Saya prihatin melihat lesunya musik rock di tanah air. Banyak sekali musisi muda yang potensial tapi tidak ada kesempatan untuk tampil. Berharap dengan munculnya kembali Sharkmove dapat menjadi sumber inspirasi buat yang lain,” ujar pendiri Sharkmove, Benny Soebarja. 

Benny tak sendiri. Komunitas anak muda dekade 70-an memberinya dukungan. Tahun 2015 lalu menjadi kali pertama Sharkmove tampil kembali di depan publik. Mereka manggung di sebuah cafe di bilangan Kemang, Jakarta, atas undangan komunitas tersebut. Tentu saja dengan formasi baru. Personel Sharkmove teranyar adalah Tiwi Shakuhachi (keyboard & vokal) yang adalah putri bassist Sharkmove’74, Jordan (gitar), Audi Adhikara (bass), dan Rhama Nalendra (drum). Penampilan perdana Sharkmove formasi baru disambut antusiasme penonton. Buntutnya, Sharkmove mendapat tawaran tampil di beberapa televisi nasional. 

Setelah Bandung, rencananya Sharkmove bakal menjumpai pecinta rock di Surabaya, Malang, Yogyakarta, dan Jakarta. Grup ini diagendakan juga akan masuk studio untuk rekaman ‘Sharkmove 2nd Life’. Mereka juga bakal dikontrak BandView Autralia untuk sebuah program streaming.

Long live, Sharkmove.. Long live, rock Indonesia!

Apa perlu berkenalan lagi dengan Benny Soebardja?

Bagi yang menjadi bagian dari flower generation, nama Benny Soebardja sudah tentu tak asing. Pun buat generasi berikutnya yang mengikuti perkembangan musik tanah air. 

Kiprah bermusik Benny sudah dimulai sejak pertengahan 60-an. Saat itu ia mendirikan grup bernama The Peels. Meski tak berumur panjang, namun grup ini mampu menembus pasar negeri tetangga, Singapura dan Malaysia. Tambahan personil pada tahun 1967, Soman Loebis, menambah warna baru bagi The Peels. Tak hanya pop, namun juga rock dan psychedelic. Mereka membawakan lagu-lagu milik The Beatles, John Mayall and Bluesbreaker, Jimi Hendrix, dan lagu-lagu dari grup pengusung psychedelic. Bersama Soman Loebis ini Benny kemudian mendirikan grup baru, Sharkmove, setelah mereka bosan bertualang dan memutuskan kembali ke tanah air. 




Tahun 1970 Sharkmove merilis album pertama, Ghede Chokras, mengusung konsep rock progressive. Selain Benny Soebardja (vokal, gitar) dan Soman Loebis (keyboard), personel Sharkmove lainnya adalah Bhagu Ramchand (vokal), Sammy Zakaria (drum), dan Janto Diablo (bass). Grup ini tak lama bertahan, karena Soman ditarik Ahmad Albar bergabung dengan God Bless. 

Benny tak mau surut. Pria kelahiran Tasikmalaya 1949 ini sudah langsung membentuk grup baru, Giant Step. Ia mengajak penabuh drum Sharkmove, Sammy Zakaria. Terbentuklah formasi awal Giant Step: Benny Soebardja (gitar), Deddy Stanzah (bass), Sammy Zakaria (drum), dan Jocky Soerjoprajogo (keyboard). Formasi ini kemudian hari mengalami perubahan; Janto Diablo menggantikan Sammy, Adhy Sibolangit menggantikan Stansah, dan Deddy Dorres menggantikan posisi Jocky. Bersama Giant Step, Benny produktif produksi album dan menggelar konser. Giant Step terakhir membuat rekaman tahun 1985. Tapi selama kurun waktu tersebut, Benny juga merilis album solo. Ia juga membawa lagu LCLR, Apatis dan Sesaat, melegenda dan masih disuka hingga sekarang. Kini, ketika kesempatan masih terbuka, ia akan bersikukuh untuk terus mengibarkan karya anak negri.   
Benny memang keras kepala dalam urusan musik. Begitu kata orang. Namun sesungguhnya, buat Benny bermusik adalah ibadah untuk membuat orang lain bahagia dan terhibur.

No comments