Nunuk Nuraini dan Kenangan Pada Indomie

Mie instan merek Indomie, siapa sih tak kenal? Biarpun ada yang menghindari konsumsi makanan instan, saya hampir yakin, paling tidak sekali seumur hidup pernah mencicipi Indomie dalam varian rasa apa pun. Atau kalaupun memang betul-betul tak pernah konsumsi, pasti pernah melihat penampakannya di aneka media. Baik berbentuk iklan, pengalaman orang lain, maupun meme-meme lucu. Pendek kata, dapat dikatakan: semua orang kenal Indomie. Ya, semua orang kenal Indomie, tapi tak semua tahu siapa sosok di balik bumbu mie instan yang melegenda. Sosok tersebut, Nunuk Nuraini dikabarkan berpulang pada Rabu lalu (27/01/2021)

Sungguh selayaknya, kalau ibu Nunuk mendapatkan apresiasi. Ya, tentu saja sebagai perusahaan Indofood punya peran dalam memproduksi dan mendistribusikannya ke berbagai pelosok tanah air bahkan mancanegara. Hal yang wajar bukan sebagai perusahaan yang mengambil keuntungan? Tapi mengapa orang demikian terikat dengan rasa yang diperkenalkan oleh Indomie, tak lain orang yang pantas disebut adalah Ibu Nunuk. 

Baca juga: Sosok Pemeran Mak Lampir Berpulang

Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil dalam postingan instagramnya @ridwankamil pernah berujar: 

"Coba anak-anak mahasiswa, ucapkan terima kasih dan doa yang baik untuk ibu Nunuk, sosok pahlawan bagi anak-anak kos, terutama jika akhir bulan. Hidup UNPAD." 

Lalu saya pun ikut bangga, karena satu almamater dengan almarhumah 😍.

Nunuk Nuraini memang alumni UNPAD. Persisnya dari Jurusan Teknologi Pangan. Hampir 30 tahun ia mengabdikan diri sebagai Flavor Development Manager Indofood. Dalam kurun waktu tersebut ia sibuk di 'dapur' Indofood untuk meracik bumbu. Nunuk banyak memanfaatkan bumbu lokal dan tradisional, seperti bawang merah, bawang putih, dan aneka rempah. Ada pula ia tambahkan santan untuk memunculkan citarasa tertentu. Untuk ujicoba, racikan bumbu dibuat dalam jumlah sedikit. Setelah melewati percobaan berkali-kali hingga ditemukan rasa yang khas, barulah varian bumbu baru diproduksi massal dan dilempar ke pasaran. 

Baca juga: Sugeng Tindak, Pak Jakob Oetama

Mengapa tak banyak orang yang mengenal nama Nunuk? Sepertinya Ibu Nunuk tak suka tampil, atau sistem di tempat kerja memang tak memungkinkannya tampil. Namanya baru muncul di media saat seorang jurnalis bernama Syahar Banu mewawancarainya. Saat acara peluncuran varian baru Indomie, alih-alih mencari pejabat dan pemimpin perusahaan, Syahar malah mlipir dan mencari tahu sosok di balik bumbu Indomie. Salut dah buat Kang Syahar. Sesungguhnya demikianlah jurnalis yang ketje, mengabarkan sesuatu yang belum diketahui umum, mencari tahu yang unik-unik dan bukan hal standar yang terungkap lewat konferensi pers. Tapi ya tetap saja, nama Bu Nunuk hanya diingat tak banyak gelintir orang. Tetap, Indomie-nya yang berjaya. 

Seperti yang telah banyak kita tahu, Indomie telah melintasi batas-batas kota dan negara dan benua. Produk mie instan dari Indonesia ini telah dipasarkan di 80 negara di seluruh dunia seperti AS, Kanada, Australia, Selandia Baru, di negara-negara Eropa, Afrika, dan Timur Tengah, dan tentu saja di seluruh Asia. Pada November 201, harian Amerika Serikat, Los Angles Times menobatkan Indomie di posisi pertama dalam 25 daftar ramen instan terbaik. Varian rasa yang dimenangkannya adalah Indomie goreng rasa ayam panggang. Hal yang sempat menuai komentar kolumnis makanan, Lucas Kwan Peterson. Disebutkannya memasukkan Indomie ke dalam daftar tersebut adalah tidak tepat, karena harusnya masuknya ke kategori mie instan, bukan ramen instan 😂

Baca juga: Fat Oppa Kopo, Tempat Nongkrong Baru Penggemar Menu Korea

Buat saya sendiri, mie instan Indomie adalah kawan baik sepanjang masa. Bukan hanya saat menjadi anak kost, seperti kata Kang Emil. Tapi bicara soal saat kost, jadi ingin mengenang.

Sebagai mahasiswa dengan keuangan pas-pasan, pilihan dan frekuensi makan saya sangat terbatas. Buat yang kuliahnya sepantaran saya, angkatan 1993, tahu kan nilai uang seribu? Nah jatah makan saya itu seribu rupiah sehari. Untunglah memang dari sononya, pola konsumsi makananan saya tak banyak, dan tak neko-neko. Jadi tak masalah juga menjalani hidup prihatin. Masa itu masih bisa mendapatkan nasi rames 500 perak. Kalau porsi orang lain, dengan menu yang sama kisaran 750-1.000 rupiah. Untuk variasi, ya itu tadi..mie instan! Kalau tak sedang buru-buru, bisa masak sendiri di tempat kost. Kalu sedang tergesa atau ingin nuansa yang berbeda, biasanya mlipir ke warung Indomie-burjo. Ada tambahan telor dan sayur, 700 perak seporsi. 

Sampai sekarang, stok Indomie selalu tersedia di dapur. Tapi saya sih penggemar rasa standar, cukup dua varian saja: mie kuah ayam bawah dan mie goreng yang original. Paling dipantes-pantesin dengan pernik tambahan. Bagaimana dengan kalian?

Ah, jadi mengenang-ngenang yaaa.. Selamat jalan, Ibu Nunuk. Terimakasih untuk bumbu ciptaanmu. Selamat beristirahat dalam keabadian.


15 comments

  1. Nunuk Nuraini dan Kenangan Pada Indomie sebuah kisah menginspirasi....semoga kebaikannya mengalir...

    ReplyDelete
  2. Indomie... siapa yang nggak kenal ya. Tapi sosok sang peracik bumbu baru diketahui khalayak setelah beliau tutup usia. Semoga Allah memberinya tempat terbaik. Aamiin...

    ReplyDelete
  3. Gak hanya pahlawan buat anak kos, nih. Karena banyak masyarakat, termasuk di berbagai negara, juga menyukai rasa Indomie. Khususnya yang mie goreng. Semoga ibu Nunuk husnul khotimah. aamiin

    ReplyDelete
  4. Indomie bener2 penyelamat waktu mahasiswa, udah enak, kenyang, murah hehe mantap!

    ReplyDelete
  5. Indomie bener2 penyelamat waktu mahasiswa, udah enak, kenyang, murah hehe mantap!

    ReplyDelete
  6. Selamat jalan ibu Nunuk Nuraini

    Berkatmu anak kost bisa makan bermacam rasa dengan ngirit

    ReplyDelete
  7. Saya baru tahu sosok Bu Nunuk ini. Luar biasa jasanya bagi kita semua.
    Btw, saat kuliah saya juga budget sehari hanya 1000 rupiah. Sebulan dapat uang saku 50 ribu dari semester 1 sampai 8. hihihi

    ReplyDelete
  8. Ah iya, al Fatiha buat beliau ya mbak
    banyak yg bilang almarhumah ini pahlawan anak kos
    hehe, memang saat ngekos indomie jadi makanan penyelamat yg enak ya mbak
    buat aku sampai sekarang klo mau makan mie goreng ya tetap harus indomie

    ReplyDelete
  9. Jadi mengenang jaman jadi anak kost juga nih. Dan yang sampai sekarang belum ketemu jawabannya adalah, kenapa klo makan indomie di warung burjo rasanya lebih enak dibanding kalau masak sendiri? Padahal sama-sama saya tambahi telur dan juga sawi lho

    ReplyDelete
  10. Saya juga pecinta indomie khususnya mie goreng dan mie kari kuahnya, dan baru tau juga tentang sosok ibu Nunuk pas disaat beliau wafat. terima kasih ya ibu Nunuk sudah meracik bumbu mie goreng instan yang sangat lezat dan banyak di gemari

    ReplyDelete
  11. Aku sempet baca beritanya,
    Ibu Nunuk Nuraini memang memiliki berjasa banget atas kesuksesan cita rasa mie Instan Indomie
    Aku malah pas denger berita nya, apa nanti citarasanya akan berubah. Semoga ga ya..

    ReplyDelete
  12. MashaAllah. Saya baru tau sosok Ibu Nunuk Nuraini ini. Seseorang yang begitu berjasa untuk kepopuleran jenama INDOMIE. Semoga beliau husnul khotimah dan meninggalkan legacy yang bermanfaat bagi banyak orang

    ReplyDelete
  13. Indomie seleraku banget kak.
    Innalilahi wa innailaihi Raji'un. Semoga Bu Nunuk Husnul khatimah ❤️

    ReplyDelete
  14. Aku pecinta indomie bgt. Bahkan sampai detik ini. Tapi baru tadi saat baca tulisan ini tentang sisik Ibu Nunuk, yg sudah buat cita rasa enak indomie. Nice info mbak. Thanks ya. Semoga ibu Nunuk tenang dan bahagia di tempat peristirahatannya.

    ReplyDelete
  15. Ya ampun, thanks for this article, Mba, akutu sama sekali ga tau siapa sosok di balik racikan bumbu indomie yang demikian mendunia. Masyaallah, langsung bangga deh rasanya dengan putri bangsa yang satu ini. Slmt jalan, Bu Nunuk, semoga husnul khatimah ya, Bu. Trimakasih untuk kepiawaianmu dalam meracik bumbu indomie yang memang tiada duanya.

    ReplyDelete