Berkenalan dengan Laku Spiritual melalui Buku Tantra

Banyak ajaran kuno di Nusantara yang nyaris punah, karena sejumlah faktor. Di antaranya adalah hadirnya ajaran-ajaran baru yang dibawa ke tanah air, disebarkan serta dianut secara masif oleh masyarakat. Salah satu ajaran kuno tersebut, Tantra. Ajaran yang berkembang di Bali ini telah banyak membaur dengan Hindu, yang datang belakangan. Meski demikian, fakta ini menjadi hal yang menggembirakan bagi para pelaku Tantra.




Aku mengenal buku ini dua tahun lalu. Direkomendasikan oleh seorang kawan, saat tahu aku meminati kajian tentang spiritualitas. Aku sendiri, entah, lupa kapan mulai meminati tema tentang dunia spirit ini. Suatu saat teringat, akan kubagikan lewat tulisan yang lain. Maka Tantra ini menjadi buku pertamaku mengenal ajaran yang bertujuan mencapai puncak kesadaran diri yang membebaskan tersebut. Lucunya, saat beberapa kawan tahu buku yang sedang kubaca itu, mereka nyengir. Bahkan ada yang langsung terbahak, dibarengi dengan komentar yang merujuk kepada aktivitas seksual. 

Tantra Kiri dan Tantra Kanan  

Seperti dituangkan penulis, I Ketut Sandika, dalam pendahuluannya, banyak yang memandang dan memahami Tantra sebagai 'jalan rendah' yang dipenuhi praktik-praktik menyesatkan dan hal-hal yang irasional. 

Memang, Tantra merupakan laku spiritual yang dalam praktiknya identik dengan hal-hal yang gaib dan mistik. Hal yang oleh sebagian kaum beragama dianggap sebagai kepercayaan primitif yang menyesatkan. Senyatanya, kegaiban dan mistisisme merupakan salah satu dari sekian banyak cara para leluhur dalam kerangka hidup yang harmonis bersama bhuwana agung (jagad raya, makro-kosmos). Penyatuan bhuwana agung dan buwana alit (diri sendiri, mikro-kosmos).

Sementara terkait aktivitas seksual yang diprasangkakan, di buku ini dibahas soal Tantra Kiri dan Tantra Kanan. Barangkali inilah, yang dicatat oleh sebagian orang yang melihat ajaran Tantra semata soal seks. 

Pendekatan Tantra Kiri memang ekstrem. Laku spiritual jalur ini menempuh jalan pembebasan yang erotis dan berupaya menakhlukkan hal-hal yang sensual secara radikal. Ritual Tantra Kiri lazim dilakukan di kuburan, meliputi Pancamakal Puja, yakni lima cara untuk mencapai sensasi rohani dan menuju puncak penyatuan mistik. Lima cara tersebut adalah:

Mada: meminum minuman keras sepuasnya

Matsya: memakan ikan sepuasnya

Mudra: melakukan gerakan tangan mistik sepuasnya

Mamsa: memakan daging sepuasnya

Maithuna: berhubungan seksual sepuasnya


Buku Aa Naga diskon 50%

Tantra Kiri dipilih sebagai upaya untuk menghancurkan segala sifat raksasa dalam diri. Disebutkan, Tantra Kiri banyak dianut oleh raja-raja era Kediri. Inilah yang memunculkan dugaan, Tantra Kiri dilakoni agar mendapatkan kekuatan dan kesaktian. Demikianlah, konon, dalam praktiknya, para pelaku Tantra Kiri berusaha mendapatkan kesaktian lalu menggunakannya untuk tujuan-tujuan yang jahat, yang intinya mencelakai orang lain. Padahal, menurut penulis, tak satu pun catatan dari lontar yang menunjukkan tujuan penyimpangan. Laku yang ekstrem ini sepertinya memang berpotensi besar melahirkan penyimpangan.

Baca juga: Gemulung, Kisah Kegetiran dan Pelarian Hidup

Berbeda halnya dengan Tantra Kanan, yang memang mensyaratkan berlaku halus. Tantra Kanan mencari kebebasan dengan menggunakan pendekatan tapa, brata, yoga,dan semadi.Tujuannya adalah mencari pembebasan melalui pengekangan atau pengendalian diri secara ketat. Mengekang dan mengendalikan bukan berarti menghancurkan. Perangkat indrawi masih menjalankan fungsinya. Yang dilakukan hanyalah melakukan pengekangan dengan mengarahkan indra-indra ke dalam diri agar reaksi dari tiap indra dapat dikenali dengan baik.

Penekun Tantra Kanan melakoni praktik Pancamakara Puja yang lebih mengarah kepada hal-hal yang bersifat filosofis. Lima sadhana yang oleh pelaku Tantra Kiri diterjemahkan secara harfiah, oleh pelaku Tantra Kanan dilakukan internalisasi ke dalam bentuk yang kebalikannya.

Mada: bukan minum minuman keras sepuasnya, namun dimaknai sebagai haus akan inti pengetahuan

Matsya: bukan makan ikan sepuasnya, namun dimaknai sebagai cara mencari kesejatian diri hingga kedalaman tak terhingga

Mudra: melakukan gerakan tangan dan tubuh yang dibarengi dengan pengendalian gerak pikiran

Mamsa: bukan makan daging sepuasnya, namun merupakan cara ketat melakukan pengendalian terhadap sifat hewani dalam diri

Maithuna: bukanlah persenggamaan antara dua tubuh melainkan senggama antara jiwa individual dengan jiwa kosmik



Ajaran Tantra sangat luas, dengan berbagai cara untuk dipraktikkan. Meski demikian, jalan yang banyak tersebut tak terpisah satu sama lain.

Baca juga: Memang, Selera Kopi Tak Dapat Diperdebatkan


Tantra, laku spiritual terkait aksara

Konsentrasi Tantra adalah aksara. Segala sesuatu di dunia terkait aksara, baik kelahiran, kehidupan, maupun kematian. Tubuh adalah aksara sesungguhnya. Semua aksara -Wrehastra ada di setiap bagian tubuh, Swalalita di setiap persendian, dan Modre bergelayutan pada setiap organ-organ vital- lebur menjadi bijaksara Ong, yang terdiri dari Nadha, Windu, Ardachandra, dan hamsa Okara. Nadha berada di atas ubun-ubun, Windu di bagian kepala, Ardhacandra di tubuh dari bawah kepala hingga atas kemaluan, dan hamsa Okara berada bagian bawah tubuh, yakni suku kaki. Dalam Bhuwana Agung semua itu melambangkan susunan kosmologis, yakni surya, bulan, matahari, bintang, dan susunan planet.

Dasaksara, yang menempati organ-organ vital dalam tubuh manusia tersebut, secara langsung terkoneksi dengan Dasaksara di jagat raya melalui Matriks (Akasa). Nah, jika manusia mampu mengakses dan mendayagunakan kekuatan Dasaksara dalam tubuhnya, dia akan menjadi berkesadaran. Bukan untuk menjadi seorang yang sakti, namun lebih kepada kesadaran atau menemukan jati diri. 



Dalam praktiknya, untuk dapat memfungsikan aksara-aksara tersebut sebagai energi, aksara mesti digetarkan atau didengungkan kembali. Caranya adalah dengan melalui meditasi, atau beberapa teknik lain seperti pranayama (mekek angkian), pasuk wetu aksara (keluar masuk aksara), ngelukun aksara (memutar aksara), ngeringkes (meringkas aksara), serta teknik Tantra Kuno lainnya. Saat aksara digetarkan, kekeruhan batin yang mengendap akan dicairkan dan dilarutkan oleh panas pusaran energi hingga luruh. 

Pada prinsipnya, jalan Tantra merupakan jalan holistik atau menyeluruh, yang di dalamnya ada meditasi, tradisi spiritual berkesadaran, dan penyembuhan. Jika tubuh tidak seimbang, tidak stabil, dan ada gangguan, bagaimana bisa menumbuhkan kesadaran? Demikianlah, konsep Tantra adalah keseimbangan.

Baca juga: Pseudonim, Kisah Pertarungan Idealisme Dunia Penulisan

Masih banyak hal lain yang dibahas buku setebal 367 halaman ini. Buku terbagi dalam 7 bab, mulai dari bahasan umum tentang Tantra, hingga penjelasan aksara dalam Tantra. I Ketut Sandika menerjemahkan 30 lontar berbahasa Kawi yang merupakan warisan leluhur, ke dalam bahasa yang relatif mudah dipahami. Alumnus Institut Hindu Dharma Negeri (IHDN) Denpasar menuntaskan Tantra dalam kurun satu tahun.

Bagaimana aku memahami buku ini? Sebagai pengetahuan, menarik. Menarik juga untuk menyelami laku Tantra, mulai soal menyayangi semua makhluk, cara mengelola keinginan, tentang pengetahuan diri dan ketuhanan, dan masih banyak lainnya. Hanya, bagian tentang simbol dan aksara, saiyah pusiang 😂 Masih belum sampai pemahamanku. Semoga ada kesempatan berjumpa langsung dengan Bli Ketut Sandika, dan minta diajari dengan melakukan praktik langsung.


Judul: Tantra Ilmu Kuno Nusantara

Penulis: I Ketut Sandika

Penerbit: Javanica 

Tanggal terbit: Januari, 2019

Jumlah halaman: 372


 

7 comments

  1. Sebagai ilmu pengetahuan dan nambah wawasan saya sangat berterima kasih banyak atas review-nya bikin ini. Kalau saja tidak baca review ini mana bisa tahu saya pengertian, dan kandungan ajaran ini seperti yang dibeberkan penulis. Terlepas dari apapun keyakinannya, ilmu dan wawasan tidak ada salahnya kita ketahui.

    ReplyDelete
  2. Jadi pingin beli bukunya dan belajar tentang tantra
    Bikin penasaran karena sangat eksotis, dan punya arti yang dalam

    ReplyDelete
  3. Pekerjaan buku yang gak kaleng-kaleng ini sih. Selain penatnya menterjemahkan lontar, memahami berbagai filosofi yang yang tersurat dan tersirat untuk buku TANTRA ini pastinya tidak gampang. Salut untuk Bli Ketut Sandika yang sudah mampu merangkai diksi yang begitu istimewa

    ReplyDelete
  4. Terima kasih infonya, ternyata berisi juga banyak ilmu nusantara ya.

    ReplyDelete
  5. Dennise SihombingMay 21, 2022 at 9:20 PM

    Hai kak Dhenok, aku juga penikmat buku. Namun terkadang ada beberapa buku yang harus berulangkali dibaca baru bisa paham maksudnya. Penasaran juga dengan isi bacaan buku Tantra ini ya kak

    ReplyDelete
  6. Untuk daku pribadi sepertinya perlu banyak referensi lagi yang terkait dengan buku Tantra ini, sehingga bisa menangkap dengan baik. Karena pasti ada manfaat positifnya

    ReplyDelete
  7. Ini pengetahuan baru sih untuk saya, jadi tahu bahwa Tantra juga adalah keseimbangan, semacam mindfulness gitu ya Mba?

    ReplyDelete