Didera perasaan sedih dan rasa bersalah pasca kematian anak bulu, aku yakin semua pet owner pernah mengalaminya. Sebaik-baiknya usaha yang sudah dilakukan, tetap saja, ada rasa bersalah yang menyertai. Seikhlas-ikhlasnya menyadari kematian sebagai sebuah keniscayaan, rasa sedih tetap tak tertahankan. Hal ini baru kualami dalam seminggu ini, pasca kepergian Onye, anak meong yang menderita FIP.
Baca juga: Onye dan Cicin Meong menuju Usia 7 Tahun
Beberapa anak anggota keluarga Rumah Ronin pernah terinfeksi FIP, penyakit yang dulu kukatakan sebagai "diagnosis itu sudah berarti kontrak mati". Menghadapi kematian Onye, buatku relatif lebih mudah dibandingkan saat-saat lalu. Pertama, karena aku sudah --setidaknya-- berusaha untuk memberikan pengobatan terbaik. Kedua, aku sudah di masa yang lebih banyak berdamai dengan kondisi batin. Meski begitu, tetap saja, saat teringat masih sering sesenggukan sendiri.
Tentang Onye
Yang sudah kenal baik keluarga Rumah Ronin, pasti tahu riwayat Onye. Ia kutemukan tengah meringkuk di pinggir jalan besar, Jalan Lombok, Bandung. Saat itu sedang dalam perjalanan ke studio siaran, 21 Maret 2016. Masih sangat kecil, kurang dari dua bulan. Ringkih dengan mata merah. Kuduga sudah agak lama ia terpisah dari induknya. Besar kemungkinan dibuang oleh orang yang ketempatan emak dan anak-anaknya. Menurut tukang parkir di sekitar, hari sebelumnya ada dua anak kucing. Satunya sudah mati dan dikuburkan.
Bayi Onye |
Kubawa pulang. Mata merahnya ternyata disebabkan chlamydia. Dan sudah sangat terlambat. Sempat diobati. Obat itu berhasil menyelamatkan nyawanya, tapi tidak matanya. Onye kecil pun buta. Meski begitu ia tumbuh sehat. Pengenalannya akan lingkungan juga cepat. Di masa remajanya bisa jadi ia masih bisa melihat, meski samar. Tapi semakin dewasa, matanya makin merapat.
Pada umur sekitar 6 bulan, datang serangan panleuk atau distemper. Dua anak yang usianya lebih tua beberapa bulan, tak terselamatkan. Satu pergi saat masih dalam perawatan klinik, satunya saat perawatan lanjutan. Dua anak lain, Onye dan Cicin dengan gejala yang sama, bertahan. Bertahan dari gejala panleu, bagi pet pawrent adalah keajaiban, mengingatnya kejamnya itu virus.
Tahun lalu, Agustus 2022, kudapati gejala yang aneh. Badannya mengurus. Firasatku mengatakan itu bukan gejala mengurus biasa. Mencari waktu untuk periksa, dan akhirnya, ya, hasil lab menunjukkan Onye positif FIP kering. Lemas sungguh rasanya...
Baca juga: Hati-hati, Jangan Sepelekan Kutu pada Kucing
Onye dan Cicin |
FIP, Gejala dan Penanganan
IP atau Feline Infectious Peritonitis adalah penyakit kucing yang disebabkan oleh feline coronavirus (FCoV). Virus ini menyebabkan infeksi yang menyebar ke seluruh tubuh kucing, menyebabkan terjadinya peradangan ekstrem pada jaringan di sekitar perut, ginjal, atau otak. Disebutkan, FIP menyerang kucing yang berusia 3 bulan hingga 2 tahun. Namun, faktanya, kucing semua usia dapat terserang.
Penyebaran feline coronavirus adalah melalui kontak mulut dengan kotoran yang terinfeksi. VCA Animal Hospitals memperkirakan satu dari tiga kucing yang terinfeksi menyebarkan virus ini melalui kotorannya. Berikutnya terjadi perpindahan virus melalui air liur saat kucing saling menjilati bulu), makan dari mangkok makanan yang sama, bersin, dan melalui kontak dekat lainnya. Kucing yang tinggal dalam lingkungan yang populasinya rapat, memiliki risiko penularan lebih tinggi. Selain itu, penularan bisa terjadi dari plasenta induk kucing ke janinnya.
Gejala awal FIP pada kucing bervariasi. Secara umum hilangnya nafsu makan dan kondisi yang lesu. Ada yang mengalami demam yang naik-turun, ada yang tidak. Berikutnya akan terlihat, kucing terserang FIP jenis apa. Ada macam FIP, yakni kering dan basah.
Pada FIP kering, kucing mengalami infeksi dan peradangan di sekitar pembuluh darah yang berpengaruh pada otak, hati, ginjal, paru-paru, dan kulit. Gejalanya dapat berupa kejang dan gerakan tubuh yang tampak tak terkoordinasi. Gejala lain yang kemungkinan dialami adalah diare, buang air kecil berlebihan, berat badan turun drastis, dan penyakit kuning.
Pada FIP basah, infeksi menyerang pembuluh darah yang mengakibatkan terjadinya peradangan serta keluarnya cairan dari darah ke perut dan dada. Penumpukan cairan yang terus menerus menjadikan perut kucing membuncit, dan menyebabkan kucing mengalami sesak napas.
Baca juga: Ketika di Australia Kucing dianggap Hama
Pengobatan Onye
Beberapa waktu terakhir sudah ada obat yang bisa diberikan untuk penanganan FIP. Bahkan sudah ada pilihan obat yang harganya lebih murah dibandingkan generasi pertama. Itulah penanganan yang disarankan oleh drh. Ivan, Klinik Gloria yang memeriksa Onye dan setelah mendapati hasil tes darah yang menunjukkan Onye positif FIP kering.
Aku pernah beberapa kali mendapati anak meong yang terinfeksi FIP. FIP basah maupun kering. Saat itu belum ada obat. Tak ada yang bisa dilakukan selain upaya mempertahankan imunitas. Yang FIP basah, dengan melakukan penyedotan cairan. Pelan tapi pasti, mereka akan mati. Pada kasus Onye, ingin sekali mengusahakan pengobatan. Selain karena mengingat kasus-kasus terdahulu yang lebih banyak berpasrah, juga karena melihat Onye, anak istimewa ini tampak bersemangat untuk sehat. Maka, keputusannya ambil pengobatan injeksi yang disarankan dokter.
Aku ingin bagikan perihal pembiayaan dan tata laksana pengobatan.
Yang pertama, tentu saja dibutuhkan tes laboratorium lengkap untuk menegakkan diagnosis. Biaya labortarium untuk Onye saat itu lebih kurang 1,5 juta.
Pemberian obat injeksi dalam kasus FIP adalah setiap hari pada jam yang lebih kurang sama selama kurun waktu 84 hari berturut-turut. Dosis obat yang disarankan ada rumusannya, bergantung pada berat badan. Jadi, sebelum dilakuna pemberian obat, ada penimbangan badan dulu untuk memastikan jumlah cairan obat yang akan diinjeksi.
Untuk Onye, obat yang digunakan adalah remdac (remsidivir), obatnya berbentuk puyer, yang harus dicampur dengan cairan khusus. Harga satu botol 200ribuan sekian. Cairan yang bisa digunakan untuk campuran sebanyak 4 ml per botol puyer. Untuk Onye, sesuai berat badannya, 1 botol bisa untuk 2,5 kali injeksi. Dan makin meningkat dosisnya saat berat badannya naik. Maafkan, aku sudah membuang kwotansi pembayaran, tak ingat persis detail harga. Dengan berat badan Onye yang waktu itu dari 2,6 kg naik hingga 3,7 kg, lebih kurang biaya per injeksi adalah 90 ribu rupiah.
Dari gambaran kasar itu bisa dihitung berapa besar biaya yang dibutuhkan untuk pengobatan FIP. Bukan angka yang mudah buatku. Dengan kondisi keuangan yang repot sungguh, karena sudah tak ada pemasukan rutin dan hanya mengandalkan tabungan yang juga semakin menipis. Terlebih berbarengan dengan perbaikan beberapa bagian rumah yang memang betul-betul tak bisa ditunda lagi karena kerusakan yang cukup serius. Saat memasuki masa injeksi hari ke 30-an, obat tersendat. Ketersediaan terganggu. Ada beberapa kali penundaan. Tersambung kembali. Hingga ada di titik yang berbarengan, uang makin menipis, obat tak tersedia. Akhirnya, pengobatan terhenti persis di hari ke-45.
Baca juga: Kucing Penyebab Kemandulan?
Bagaimana kondisi Onye? Baik sekali. Sejak pengobatan hari ke sekian, aku lupa persisnya, kondisi Onye baik sekali. Makan banyak, sehari sampai beberapa kali hingga badannya kembali pulih. Menggendut. Aktif, nggak kuyu lagi.
Hidup berjalan terus. Kuriak aka perbaikan rumah berjalan. Beres, ganti Cicin sakit. Cukup serius. Cicin yang saat adopsinya hampir bersamaan dengan Onye juga membutuhkan perhatian dan biaya ekstra. Sungguh akhir tahun kemarin dan awal tahun ini menjadi saat-saat yang berat. Cicin membaik, dengan dukungan biaya dari teman-teman permeongan.
Lalu, begitu saja datang flu yang dengan cepat menggila. Nyaris semua kena. Termasuk Onye. Betul-betul membuat was-was, terutama Onye yang survivor FIP. Bahkan anak-anak yang hidup di blok komplek, beberapa menghilang setelah terlihat gejala flu yang aneh itu. Tak semua stray itu bisa dipegang, apalagi sekadar dikasih obat atau vitamin. Hingga hari itu datang juga.
Saat mengelus badan Onye, kurasakan ada penyusutan berat badan. Sebelumnya memang tak cukup memperhatikan secara khusus kondisi anak ini. Selain banyak yang menyita fokus, juga karena anaknya tak terlihat bermasalah dengan pola makan dan aktivitasnya. Masih tambak normal. Tiap hari minta wetfood, makanan yang khusus kubeli buat dia pasca terinfeksi FIP. Tapi ternyata berat badannya mulai turun. Setelah ini, kondisinya memburuk dengan sangat cepat.
Onye dan Ibu main ke rumah Tante Ruby |
"Ibu minta maaf ya, Onye, tak bisa bawa berobat ke dokter." Cuma itu yang bisa kusampaikan padanya soal ketidakberdayaanku saat itu. Bahkan biaya pengobatannya ke klinik sebelumnya saja masih belum terlunasi dan tak sanggup nyicil dalam beberapa bulan terakhir.
Baca juga: Casper, Kucing Hantunya Rumah Ronin
Berdamai dengan Rasa Sedih dan Bersalah
Aku beruntung --bisa kukatakan demikian, peristiwa kepergian Onye datang sekarang-sekarang, ketika aku lebih bisa berdamai dengan berbagai peristiwa dalam hidupku, termasuk kematian. Seandainya peristiwa ini datang lima tahun lalu, bisa kupastikan aku akan tenggelam dalam rasa bersalah.
Saat kita tak bisa betul-betul ikhlas menerima kenyataan, sering kali yang kita lakukan adalah memperparah keadaan dengan mengulik lagi rasa sedih dan bersalah, alih-alih menjadikannya pelajaran. Saat kepergian Onye, aku sempat melakukannya. Mengulik lagi pengandaian-pengandaian:
- seandainya aku aku memaksa ambil uang tersisa di tabungan, mungkin kesehatan Onye dapat tekejar
- seandainya aku tak terlewat, memberi suplemen yang dibutuhkan Onye secara rutin, dia masih bertahan
- seandainya perhatianku tak sedang terpecah kepada seseorang yang sedang bermasalah dan anak-anak meong lain yang juga sedang sakit, mungkin Onye masih bersamaku.
Apakah kalau semua pengandaian itu terjadi, apakah Onye betul-betul akan bertahan? Jawabannya bisa iya, bisa juga tidak. Karena kita memang tak tahu persis takdir Onye. Jadi, satu-satunya pilihan adalah menerima peristiwa terakhir yang aku dan kita hadapi sebagai takdir, hal yang semestinya terjadi.
Onye dan Casper |
Semoga pengalaman teman-teman, para pet owner, terutama yang sedang menghadapi masalah kesehatan berupa FIP, bisa menghadapi kenyataan dengan lebih. Semoga dimudahkan untuk yang mau berjuang memberikan pengobatan, diberikan rezeki, dan anak bulunya juga mau berjuang. Yang tidak, tak mampu secara finansial maupun pertimbangan lain, semoga juga terberkati dengan tetap melimpahkan kasih sayang pada hari-hari tersisa anak-anak bulunya.
Semoga semua makhluk berbahagia. Namaste.
Baca juga: Adora, dari Kitten Penuh Scabies menjadi Kucing Jelita
No comments