Kamu Tim Mana, Perjalanan dengan atau Tanpa Rencana?

Wahai, kalian para pengelana, apa yang menjadi kebiasaan kalian saat melakukan perjalanan atau traveling? Apakah berbekal itinerary detail dan lengkap ataukah suka-suka alias tanpa rencana? Aku sendiri sih dasarnya bukan orang yang tertib dalam perencanaan. Tapi tak terlalu gambling atau impulsif juga. Cuma ya "begitu saja", rencana secukupnya, selebihnya mengalir. 


Baca juga: Melihat Sesar Lembang dari Dekat, Usia Bukan Halangan

Kebetulan bulan kemarin melakukan perjalanan yang sebagian besarnya tak terencana. Jangan bayangkan itu perjalanan yang menantang dan membutuhkan keberanian, karena medannya ya memang sudah kukenali. Hanya tak terencana saja. Namun, suatu kali aku ingin melakukannya. Sebuah perjalanan tanpa rencana ke kawasan yang tak kukenal sebelumnya. Seru kayaknya. 

Nah, aku coba kumpulkan catatan dari beberapa sumber soal perjalanan positif-negatifnya perjalanan dengan dan tanpa rencana.


Perjalanan dengan Rencana (Detail)

Dalam banyak kasus, hal-hal yang terorganisir dengan baik memang memudahkan. Kita langsung tahu mau ke mana, mau melakukan apa, begitu tiba di tempat tujuan. Paling tidak itu yang bisa kupelajari dari beberapa kali melakukan perjalanan bersama biro travel.  

Di dunia traveling dikenal istilah itinerary, yakni rencana kegiatan yang akan dilakukan selama perjalanan atau waktu yang ditentukan untuk liburan. 

Berikut beberapa kemudahan dengan membuat rencana yang detail.

1. Pemanfaatan waktu secara optimal. Dengan membuat itinerary, perencanaan waktu lebih tertata. Tentu saja tetap memperhitungkan hal-hal di luar prediksi seperti kemacetan lalu lintas. Dan tetap perlu disiapkan plan B. Meski demikian dengan itinerary mengurangi risiko molornya waktu. 

2. Dengan ketepatan waktu, jam berapa menuju ke mana, berapa lama perjalanan, durasi kunjungan, dsb. maka titik-titik kunjungan yang telah direncanakan pun dapat terpenuhi. Tidak ada destinasi yang terlewatkan.   

3. Itinerary mempermudah dalam budgeting. Pengeluaran yang terencana masih sering bikin kita kebobolan, apalagi yang tanpa perencanaan sama sekali. Di sini kita butuh survei terkait biaya perjalanan, harga tiket jika melakukan kunjungan wisata, tarif hotel jika perlu menginap, biaya konsumsi, tarif guide person jika dibutuhkan, serta biaya akomodasi lainnya. 

4. Perencanaan yang baik juga dibutuhkan untuk membantu kita menyiapkan barang bawaan. Jangan sampai kejadian kita kelebihan berat untuk bagasi pesawat. Atau bikin kita kelelahan menanggung beban bawaan. Liburan bukannya gembira, jadinya malah seluruh otot pegal, linu, nyeri, dsb. Pun sebaliknya, jangan sampai karena ingin berhemat bawaan, barang-barang yang penting terlewatkan karena kurang persiapan. 

5. Persiapan matang mengurangi risiko dipalak. Siapa yang malak? Siapa pun yang bermaksud mengambil keuntungan dari orang yang tak kenal medan. Riset awal bisa membantu kita mengetahui harga yang sesungguhnya. 

Menyiapkan itinerary membutuhkan upaya ekstra. Mulai dari menyiapkan daftar, membuat perbandingan, bikin riset--meski sederhana tetap saja butuh upaya, dan lain-lain yang bagi sebagian orang pasti terasa ribet. Namun, ketika itenerary sudah disiapkan secara detail, proses di lapangannya jadi lebih lancar. 

Baca juga: Bertandang ke Gunung Padang


Perjalanan Tanpa Rencana (Detail)

Tanpa rencana itu bukan berarti impulsif, loh, ya. Jika impulsif, kita mudah berubah pikiran, berubah rencana karena mendapatkan pengaruh dari luar, atau sedang gabut, tidak punya agenda . Misalnya tiba-tiba menemukan brosur destinasi baru yang menarik, atau mendapatkan cerita dari orang yang ditemui dalam perjalanan, atau alasan lainnya. 

Atau, nggak soal jika awalnya impulsif, tapi dalam perkembangannya dibarengi dengan perencanaan, meski tidak secara detail. 

Nah, mengapa, sih, orang melakukan perjalanan tanpa rencana detail? 

Ada beberapa alasan yang membuat orang memilih untuk melakukan perjalanan santai, tanpa rencana. 

1. Melepaskan diri dari rutinitas. Kadang, rutinitas terasa membosankan. Jika pekerja kantoran dengan jam reguler, tiap hari memiliki aktivitas rutin berangkat kerja, istirahat, pulang, hingga 5-6 hari kerja. Aktivitas lain pun akhirnya mengikuti; olahraga yang terjadwal, berjumpa teman pun terjadwal, begitu pula masa liburan. Nah, mengapa tidak, di luar soal "waktu", liburannya dibuat bebas saja?

Dalam liburan tanpa rencana dapat memunculkan spontanitas yang menyenangkan. 

2. Tersedianya berbagai fasilitas berbasis teknologi. Selagi teknologi tersedia, ada cukup banyak hal yang bisa diakses cepat. Mencari lokasi tinggal cari map online. Mencari hotel dan penginapan tinggal pesan online. Kendaraan bisa pesan online kapan saja. Dunia dalam genggaman.  

3. Keinginan untuk lebih santai, tanpa terpenjara oleh jadwal ketat yang membuat liburan jadi serba terburu-buru. Bisa memilih sendiri tujuan dengan leluasa, berhenti saat lelah, jeda saat bosan, mencari hiburan ketika kehilangan mood. Pendek kata, perjalanan tanpa rencana ini dapat memunculkan potensi diri yang sebelumnya tak muncul ke permukaan. 

4. Menemukan kejutan menyenangkan. Tanpa rencana detail sangat mungkin kita akan terbawa ke dalam kondisi yang tak biasa. Tersesat dalam perjalanan, menjumpai orang asing yang menarik, menemukan tempat nongkrong yang unik, dsb. 

Tentu saja hal ini terjadi jika kita memilih untuk tidak bermain ke wilayah-wilayah mainstream

5. Biaya dapat lebih fleksibel. Perjalanan tanpa rencana biasanya dadakan dan pilihannya adalah destinasi yang tak jauh-jauh amat. Bisa pula dadakannya karena menemukan promo atau diskon sarana transportasi, tempat menginap, dll. yang memungkinkan kita mendapatkan harga yang "bagus". 

Seru, kan? Yup, perjalanan tanpa rencana bisa jadi sangat seru. Yang perlu jadi catatan adalah risiko; mesti siap dengan segala kemungkinan. 

Baca juga: Berkunjung ke Kota Atlas Semarang


Dengan atau Tanpa Rencana Detail, yang Penting Jalan!

Nah, ini kesimpulan pentingnya: yang penting jalan! Lakukan, bukan hanya rencanakan. Jalan-jalan dapat menjadi hiburan bagi kita di tengah rutinitas. Jeda dari kegiatan atau pekerjaan yang mematok kita pada hal yang itu-itu saja. Memilih waktu untuk menyenangkan diri sendiri. Me time. Selain jalan-jalan, sebetulnya banyak aktivitas me time lainnya. Seperti yang biasa dilakukan kawan blogger yang dapat dilihat di Sunglowmama Blog. Ada bahasan soal journaling bagi yang tertarik, journaling untuk ibu sibuk

Aku sendiri, tahun ini mennyemangati diri untuk menjadi sesesorang yang lebih spontan, tak terlalu banyak rencana, tak overthinking. Dan tentu saja salah satunya adalah dalam konteks jalan-jalan. Sudah membuat daftar pendek kota tujuan, dengan rencana yang tak terlalu kental. 

Ada yang tahun ini juga punya agenda yang sama? Melakukan traveling atau perjalanan secara berkala? Yuk, kita lakukan perjalanan, baik dengan itinerary detail maupun dengan spontan. Atau membuat kombinasi di antara keduanya. 

Bulan lalu aku sudah melakukannya. Rencana yang awalnya hanya ke Wonosobo, lantas, begitu saja berlanjut ke 2 destinasi lainnya, yaitu ke Bali dan ke kampung halaman di Jatim. Ada beberapa tulisan yang nanti aku akan bagikan di blog.

Selamat menyiapkan perjalanan, ya. Happy traveling!


Baca juga: Jelajah Taman Buru Masigit-Kareumbi

No comments