Sejak mendapat informasi berharga soal Ayam Dingin Segar, aku sementara waktu menghentikan pemberikan raw food alias daging
mentah untuk anak-anak meong. Mereka, kucing, biasanya suka raw food. Lalu
kenapa kuhentikan? Karena kurasa selama ini aku keliru. Karena raw food bukan
sekadar ‘mentah’.
Dalam beberapa tahun terakhir pilihan untuk
memberikan raw food bagi binatang peliharaan semakin meningkat. Seperti halnya
manusia yang ingin makin hidup sehat dengan pilihan makanan alami, demikian
pula halnya dengan kucing (atau binatang karnivora lainnya) yang tak semata
sebagai binatang peliharaan tapi juga bagian dari keluarga. Tak ada statistik
yang jelas memang, tapi tren ini tampaknya terus berkembang. Itulah kenapa, aku
pun ikut mencoba untuk memberikan makanan mentah buat anak-anak meong di rumah.
Tapi, sekali lagi raw food bukan sekedar daging mentah. Ada beberapa prasyarat.
Kalau pilihannya adalah ayam, maka ayam dingin segar yang sudah dibeli langsung
masuk proses pembekuan.
Yang kulakukan sebelumnya adalah memberikan gank
kucing di rumah kepala ayam ukuran kecil dicampur dengan irisan dagingnya.
Langsung, begitu saja, tanpa melewati proses pembekuan. Belanjanya pun bukan
daging ayam dingin segar yang terpantau prosesnya. Seperti yang kutulis di
catatan sebelumnya, ayam dingin segar diproses dengan rantai dingin,
menggunakan suhu di bawah 7แตC. Duta Program Kampanye Ayam Dingin Segar, Chef
Edwin Lau meningatkan, bakteri berkembang di bahan pangan dari hewan yang
tidak didinginkan. Bakteri memang akan mati saat proses memasak menggunakan
suhu tinggi, namun si toxin atau racun akan bertahan. Dalam jangka pendek,
dampak mungkin tak ditemukan. Tapi pada masanya, penumpukan makanan tak sehat
ini dapat memunculkan penyakit.
Nah, untuk raw food perlu dilakukan
pembekuan, selain untuk membunuh bakteri dan kuman yang ada di ayam juga agar
bertahan lebih lama. Tapi ingat, batas waktu penyimpanan tetap perlu
diperhatikan. Bisa dilihat di catatan sebelumnya di sini, terkait ayam
dingin segar dan penyimpanannya di lemari pendingin. Selain patokan waktu
penyimpanan, terkait juga proses pemanfaatannya. Ayam beku yang sudah dicairkan
sebaiknya tidak dimasukkan kembali ke dalam freezer. Makanya dalam
penyiapan raw food selalu disarankan untuk menyimpan porsi sejumlah
sekali konsumsi. Hal ini juga berlaku untuk konsumsi manusianya lho ya ๐
Ribet ya? So pasti, bagi yang selama ini
cukup menyediakan cat food (pet food) pabrikan. Tinggal ditaruh di
tempat makan, sediakan air minum di sebelah, dan cukup ditinggal tanpa perlu
menunggui mereka makan. Lebih lengkapnya tentang ke-ribet-an raw food:
1.
Porsi
raw food yang disarankan adalah 3% dari ukuran berat badan kucing
(anjing) untuk konsumsi 1 hari. Sebagai contoh, aa Naga yang memiliki berat
badan 3,5 kg, konsumsi raw food yang dibutuhkan lebih kurang 100 gr.
Jumlah ini dapat dibagi 2 jika diberikan dua kali sehari.
2.
Raw
food tidak boleh diberikan dalam kondisi
beku. Maka dibutuhkan waktu untuk mencairkan daging. Khusus raw untuk
konsumsi pet ini, jika diperlukan daging bisa direndam air mendidih sebelum
diberikan kepada binatang peliharaan. Bakteri dan kuman yang sempat ada di
daging akan mati, namun perendaman tidak membuat daging dan tulang matang.
3.
Komposisi
raw food idealnya adalah 80% daging, 10% tulang, 10% organ (hati,
ampela, jantung, ginjal, dsb). Apakah tulang boleh? Tulang selagi mentah lebih
mudah dikunyah.
4.
Awasi
anak-anak bulu saat makan raw food, terutama ketika baru
memulai. Pastikan tidak berebut dan tak terlalu cepat makannya agar
tak tersedak. Terbayang kan ribetnya kalau kucingnya banyak?
:)
5.
Usai
makan, bersihkan lantai dengan disinfektan. Cuci bersih tangan.
Bener ribet kan? Sudah ah, pabrikan aja..
Menyerah? Bagaimana pun ini pilihan. Memang, kelebihan dari makanan pabrikan
adalah praktis. Terutama buat kaum pekerja yang menghabiskan lebih banyak waktu
di luar rumah. Tapi kembali ke urusan ‘memberikan yang terbaik buat pet sebagai
anggota keluarga’, raw food buatku adalah pilihan yang baik. Aku sendiri
belum bisa berkomitmen untuk memberikan 100% raw food, tapi setidaknya
sudah berkomitmen untuk memulai kembali. Kebetulan vet langganan, drh. Sri
Rezeki sangat peduli dengan pemberian raw food, sehingga aku mendapatkan
cukup banyak masukan. Makanan pabrikan, utamanya dry food, yang
diberikan dalam porsi berlebih dan kurun waktu lama dapat mengganggu ginjal.
Sayangnya ini sudah terjadi pada salah satu anak meong di rumah, Naga Chan.
Untungnya belum buruk, dan vetnya menyarankan untuk konsumsi raw food.
Targetnya anak-anak bulu di rumah akan konsumsi raw food pada pagi hari
dan dry/wet food pabrikan pada malamnya. Saat ini baru terealisasi
memberi mereka raw 2-3 kali saja seminggu. Kecuali aa Naga yang memang
musti rutin daging mentah. Semoga secara bertahan bisa makin sering memberikan
mereka daging mentah untuk konsumsi sehari-hari.
Sebagai gambaran, ada pengalaman dari kawan yang memang
sudah nge-raw sejak tahun 2014. Sandy Darmowinoto.
Saat itu Sandy baru
memiliki dua kucing (sekarang 4) yaitu Dung Dung dan ZsaZsa. Kesulitan utama
yang dialami pada kali pertama berganti raw adalah Dung Dung yang
ogah-ogahan, karena sudah terbiasa makan dry food. Namun seiring
pembiasaan, akhirnya lancar. Manfaatnya? Mereka sehat, jarang ke dokter hewan
kecuali untuk checkup dan vaksin. Yang menarik adalah jumlah pup yang
kucing hasilkan tak banyak. Baunya juga tak menyengat tajam. Selain menarik ini
juga penting, terlebih buat Sandy yang ketika itu tinggal di apartemen.
Kesulitan lain yang dialami adalah ketika kesibukan kerja meningkat atau keluar
kota dan kucing terpaksa dititipkan. Biasanya penitipan tak mau memberikan raw food. Jadi dalam kurun
waktu Dung Dung cs mengkonsumsi makanan pabrikan. Tapi menurut Sandi manfaat raw
food jelas terasakan dalam dua tahun ini.
Bagaimana, tertarik mencoba? Untuk daging
ayam, jangan lupa pilih ayam dingin segar yang diproses dengan rantai dingin.
Jangan lupa juga untuk konsultasikan perkembangan anak-anak bulu kesayangan ke
vet langganan.
No comments