Jangan Pipis Sembarangan, Peduli Liyan

Orang Bandung sudah pasti hafal istilah cimol. Bukan cimol seperti yang kita kenal belakangan hari, makanan yang terbuat dari aci dengan padu padan bumbu bervariasi. Cimol yang ini plesetan dari cimall a.k.a cingogo di mall. Lapak yang penjual dan pembelinya cingogo. Cingongo adalah Bahasa Sunda yang artinya jongkok. Yup, di Cimol orang-orang memilih aneka produk baju bekas sambal berjongkok. Tapi versi lain menyebut Cimol singkatan dari Cibadak Mall. Ya ya, masih plesetan juga. Saya tidak mengajak bernostalgia. Mungkin lain waktu kita obrolkan tentang kenangan belanja cingogo ini. Kali ini mau ngobrolin soal pipis sembarangan. Memang apa hubungannya dengan Cimol?

Tahun 90 jelang akhir, selagi masih kuliah dan bekerja di sebuah stasiun radio, saya mendengar keluhan dari pemilik rumah di Jalan Cibadak. Keluhannya tentang para pedagang Cimol ini. Kondisinya tak seperti sekarang tentu saja. Yang pernah mendatangi kawasan Otto Iskandar Dinata dan Cibadak, tahu betul betapa sesaknya kawasan tersebut. Toko aslinya nyaris tak kebagian ruang. Terlebih di Cibadak yang jalannya lebih sempit. Nah, terbayang kan, dengan fasilitas umum yang terbatas, sangat terbatas jika dibandingkan dengan jumlah pemilik lapak, di mana mereka buang hajat? Untuk keperluan BAB mungkin mereka masih bisa memaksakan diri mencari masjid atau mushola terdekat yang menyediakan toilet umum. Tapi BAK? Ga yakin kan? Dan memang itulah yang terjadi. Ketika lapak sudah sepi, dan hembusan angin lebih leluasa, maka ngahililiwirlah itu aroma-aroma yang sudah pasti mengganggu. Pagi, buka toko, selain bau pesing, tak jarang botol-botol berisi air kencing ditinggalkan begitu saja. Hari demi hari itu yang dialami para pemilik toko. Maka sungguh dapat dipahami, pada satu titik mereka marah. Tapi tak tahu marah pada siapa. Karena sudah coba dilaporkan ke pamong setempat, tak ada kebijakan yang mengubah adab para PKL itu. Yang bisa dilakukan hanya mengeluhkan ke stasiun radio. Dan saat itu saya pun hanya berusaha menjadi pendengar yang baik, bagi ibu yang bercerita dengan dibarengi sesenggukan tanpa henti.

sumber foto: info bandung

Di kemudian hari ada kebijakan dari Pemerintah Kota Bandung untuk merelokasi Cimol. Ke Pasar Kebon Kalapa, dan terakhir ke Pasar Gede Bage. 

Persoalan pipis sembarangan di Cimol ini hanya satu dari sekian banyak kasus di sekitar kita. Barangkali tak sekental persoalan Cimol di Bandung, tapi bisa jadi merupakan persoalan menahun yang tak kelar-kelar. 


Mengapa sih orang suka pipis sembarangan? Ada beberapa alasan:

1. Tak ada fasilitas toilet. Seperti cerita tentang Cimol di atas, para pedagang kaki lima tersebut beralasan tak ada toilet. Di area publik lain banyak terjadi hal serupa. Tak heran kalau kita temui bau pesing di taman yang notabene dibuat untuk memperindah kota.

2. Tak mau keluar uang. Toilet ada tapi tak mau mengeluarkan seribu-dua ribu perak. Sebagai contoh di terminal. Begitu bebasnya para punggawa perusahaan otomotif dan para pencari rejeki di kawasan ini  yang begitu saja buang hajat di area-area yang agak tertutup dari pandangan. Di stasiun KA kini sudah tak ada pungutan di toilet. Sepertinya perkara rupiah ini cukup berdampak.

3. Sudah menjadi kebiasaan. Saat ‘pipis sembarangan’ ditolerir, tanpa sanksi,  maka lahirlah kebiasaan. “Ah sudah biasa..” Begitu katanya. Terlebih para orang tua yang juga abai terhadap kebiasaan buruk ini. Alih-alih mengajari, mereka malah mengajak anak-anaknya untuk pipis di mana saja.


Padahal, pipis sembarangan bukan perilaku sehat dan melanggar aturan. Beberapa fakta:

1. Perpindahan kuman. Pipis bukan di tempat yang peruntukannya, berpotensi mengundang penyakit. Betul, tak semua MCK yang jadi fasilitas umum teruji kebersihannya. Namun risiko pipis di lokasi yang bukan peruntukannya bisa lebih besar. Kuman yang bisa saja menempel di alat vital dan berkembang menjadi penyakit. Dan sebaliknya, jika dalam urinnya terkandung bibit penyakit, maka orang yang pipis sembarangan punya andil menyebarkan penyakit.

2. Mencemari lingkungan. Pencemaran terhadap air, tanah, dan udara. Pencemaran terhadap tanah dan air mungkin tak berdampak langsung. Namun sedikit banyak akan memberikan pengaruh, terutama jika bertemu dengan senyawa kimia yang lain. Para ahli menyebutkan, urin adalah senyawa kimia yang rumit. Ada 3.000 senyawa dalam urin. Dan senyawa tersebut muncul dari pertumbuhan bakteri, sedikitnya ada 72. Ditambah dari tubuh yang jumlahnya hampir 1.500, dan dari luar lebih dari 2 ribu. Komposisi urin sendiri berasal segala yang dikonsumsi manusia seperti makanan, obat-obatan, kosmetika, ditambah lagi paparan lingkungan seperti polusi. Yang jelas, urin meninggalkan jejak aroma yang tak menyenangkan.

3. Menyalahi aturan. Di berbagai kota di tanah air sudah memiliki payung hukum. Di DKI Jakarta, ada Pergub DKI Jakarta 221/2009 yang melarang warga membuang air besar dan/atau kecil di jalan, jalur hijau, taman, sungai dan saluran air. Pelaku yang melanggar terancam pidana kurungan paling singkat 10 hari dan paling lama 60 hari,  atau denda paling sedikit Rp 100 ribu dan paling banyak Rp 20 juta. Di Kota Bandung, ada Perda K3 (Keamanan, Ketertiban, dan Keindahan) yang diundangkan pada 2005 lalu. Pelanggar terancam denda Rp 250.000.


sumber foto: solo pos


Lalu apa solusinya?

1. Pemerintah lebih serius penerapan sanki. Aturan sudah ada, mengapa implementasinya tak jalan? Seandainya penerapan sanksi lebih tegas, barangkali tak akan kita jumpai para pelaku pipis sembarangan ini.

2. Pemerintah lebih serius menyiapkan fasum terkait kebutuhan buang air. Mengacu ke poin pertama, prasyarat aturan diberlakukan adalah kondisi sudah harus ideal. Dalam hal ini memang pemerintah kudu terkebih dahulu menyiapkan fasilitas umum berupa toilet di lokasi-lokasi strategis.

3. Menjadikan ‘jangan pipis sembarangan’ sebagai bagian dari pembelajaran di institusi pendidikan dan agama, yang seharusnya masih menjadi lembaga yang dihormati.

4. Setiap orang mau menjadi pelaku kampanye. Seandainya orang mau lebih berempati, memikirkan orang kain dan tak semata kebutuhan sendiri, bisa jadi perilaku ‘pipis sembarangan’ ini tak berkembang. Namun tentu saja tak bisa menyerah pada kondisi tersebut, karena setiap orang juga dimampukan untuk membawa pengaruh positif terhadap orang lain di wilayah geraknya masing-masing.


Komunitas Jangan Pipis Sembarangan


Sebuah komunitas yang peduli urusan pipis sembarangan ini dibentuk pada pertengahan 2020 lalu. Namanya Komunitas Jangan Pipis Sembarangan (JPS). Tujuannya tak lain untuk mengajak semua orang lebih peduli pada lingkungan sekitar. Mendapatkan udara segar dan lingkungan yang bersih dan sehat adalah hak semua orang. 

Pada 18 September lalu, sang founder komunitas, Ivan Nisero, merilis single yang sekaligus dapat menjadi jingle dari komunitas ini. Lagu bertajuk 'Jangan Pipis Sembarangan’ yang dikemas dalam irama reggae ini diharapkan jadi pengingat untuk tak berlaku seenaknya dan merugikan orang lain. Liriknya sederhana dan mudah untuk diikuti.  

Untuk yang tertarik bergabung dengan komunitas dan ingin terlibat kampanye Jangan Pipis Sembarangan, bisa cus langsung ke akun-akun Media Sosial Komunitas JPS:

IG: @janganpipissembarangan_

twitter: @KomunitasJPS

fanspage: komunitasJPG

Jangan lupa dengerin lagunya: https://youtu.be/i1nFBBp1UO0


11 comments

  1. Ya ampun mbaaa, ternyata itu cimall adalah akronim dari cingongo Mall ya

    Hihi aq baca nya sambil ketawa loh tadi

    Orang Bandung suka banget ya pake singkatan gitu. kreatif bangettt

    Oh iya, mengenai pipis sembarangan itu kadang ya, itu kayak udah jadi habbit sejak kecil. Jadi kebawa-bawa

    ReplyDelete
  2. Begitu baca judul langsung kebayang mas Ivan. Lah ternyata bener.. mas Ivan. Nisero. Di IG pun beliau selalu update masalah pipis ya kak Dhenok. Konsisten.

    ReplyDelete
  3. Memang kalau bepergian ke tempat umum, tempat fasilitas umum seperti toilet sangat penting agar pengunjung tak sembarang BAK maupun BAB.
    Tapi dari pengalamanku sering kali ini terjadi fasilitas umum seperti toliet tak bisa digunakan lagi karena ulah kita sendiri yang tak menjaga nya. Jangankan membangun fasilitas umum, menjaga nya aja malas banget. Disinilah kita perlu banyak belajar tata krama saat berada ditempat umum terutama saat ingin BAK maupun BAB.

    ReplyDelete
  4. Seketika ingat bau pesing yang tercium sangat tajam di bawah jembatan penyebrangan, tepat di depan Stasiun Bogor. Duh, aku tuh sangat suka jalan kaki makanya lewat situ sebelum naik angkot berikutnya yang berjarak sekitar 80 meter dari sana. Tapi betul-betul harus menutup hidung karena bau pesing itu. Sedih deh, padahal itu betul-betul ada di kota.

    Indonesia sepertinya memang butuh membangun toilet-toilet umum ya di lokasi strategis. Tentunya saat sudah tersedia nanti, siapapun wajib menjaga kebersihannya.

    ReplyDelete
  5. Saya jadi emmbayangkan kawasan Cimol itu Mbak. 1 orang pipis saja, itu sudah baunya. Apalagi banyak pedagang. belum yang ditinggal di botol. Padahal solusinya bisa dibangun WC umum. Tapi walaua da WC umum, eh.. ada masalah abru lagi, mereka ga mau bayar. Padahal bayar toilet untuk menunjang kebersihan toilet juga.

    Intinya memang kesadaran dari diri sendiri. karena selain tidak sehat, pastinya merugikan banyak orang.

    ReplyDelete
  6. Bagus banget ada gerakan JPS ini ya Mbak... menyadarkan orang2 agar tidak pipis sembarangan. Gak nyaman banget pas pergi atau melewati suatu area eh bau pesing, OMG buru2 cabut deh dari situ

    ReplyDelete
  7. Saya suka bingung dengan orang yang sering pipis sembarangan tapi berpakaian lengkap..karena itu artinya dia orang waras bukan orang gila ...karena hanya orang hilang akal alias gila yang bisa pipis sembarangan atau hewan sekalian... nah berarti orang2 yg terlihat waras tapi masih pipis sembarangan berarti sejajar donk ya sama orang gila dan hewan hihihi...

    ReplyDelete
  8. Jadi sedikit belajar bahasa sunda dan baru tau daerah cimall itu dimana. Dan agak surprise dikit nih setelah mendengar nama komunitas yang tak biasa didengar, sepertinya bagus juga perkumpulan seperti itu agar dpaat mengingatkan pentingnya utk tidak pipis sembarangan.

    ReplyDelete
  9. Wah mba ngomongin cimol aku jadinya inget cimol yang di gedebage. Rumah aku deketttttttt banget ama gede bage. Jadi kangen pulang. Udah berbulan-bulan belum pulang lihat mama dan rumah karena pandemi hiks. Terus baca ini jadi kangen pulang huhuhu 😭. Maafkan ya mba aku malah jadinya curcol di sini hahaha 😂. Tapi memang dulu di pasar gede bage itu bauuuuuuu pesing banget. Tapi sekarang agak mendinglah ya sejak cimol gedebage di renovasi. Walau tetep ya orang masih suka pipis sembarangan.

    ReplyDelete
  10. Keren idenya bikin komunitas Jangan Pipis Sembarangan. Beneran nih masalah pipis sembarangan sering digampangkan...padahal bahayanya banyak ternyata ga cuma bau pesingnya saja
    Pelu digaungkan ajakan baik begini sehingga makin banyak yang peduli

    ReplyDelete
  11. Ini masalah serius banget ya, sampai ada komunitas buat menggencarka edukasi. Aku dukung sih, emang kesel kalau liat ada yng pipis sembarangan gitu.

    ReplyDelete