Let It Be lagunya The Beatles? Apa hubungannya dengan peristiwa kebetulan? Begini.. Let It Be adalah judul lagu sekaligus judul album ke-12 The Beatles. Mereka memulai prosesnya pada Januari 1969, menjalani latihan di Twickenham Film Studios, sebagai agenda untuk melakukan pertunjukan kembali setelah sekian tahun berhenti menggelar konser. Penggarapan album ini mengalami banyak hambatan, hingga album yang digagas belakangan, Abbey Road malah rilis lebih dulu, pada September 1969. Album Let It Be sendiri akhirnya rilis pada 8 Mei 1970, sekitar sebulan setelah grup ini menyatakan bubar. Apakah sebuah peristiwa kebetulan kalau Let It Be lantas menjadi album terakhir yang menandai pamitnya mereka sebagai sebuah grup musik? Menurut saya, itu adalah ‘sebuah peristiwa kebetulan yang bukan kebetulan’.
Saya meyakini, tidak ada peristiwa kebetulan di dunia ini. Semesta mempunyai mekanismenya sendiri untuk menjadikan berbagai peristiwa saling bersinggungan, yang pada awalnya barangkali akan terasa sebagai kebetulan. Pada perjalanannya, peristiwa-peristiwa kebetulan itu pun terangkai menjadi sebuah peristiwa lain yang bisa jadi merupakan jawaban penting dari tanya yang pernah terucap. Itu pun bukan akhir. Tak akan menjadi akhir, saat kehidupan masih berjalan. Bahkan akan terus berproses saat sudah terjadi peristiwa kematian, bagi yang meyakini reinkarnasi.
Baca juga: Film Mafia Tontonan Saya
Berapa banyak yang pertanyaan yang muncul di benak kalian, kawans, terhadap apa yang terjadi sepanjang perjalanan hidup kalian? Pasti banyak. Buat saya sendiri, kalau mau disebutkan beberapa di antaranya adalah: mengapa saya terlahir di keluarga miskin, mengapa saya dibesarkan dengan tradisi kekerasan verbal, mengapa saya kudu mengalami beberapa kasus pelecehan? Ini beberapa hal yang cukup memenuhi benak saya di masa remaja hingga kuliah. Kalau pertanyaan tentang ‘mengapa miskin’ bukan karena sirik dengan kekayaan keluarga lain, melainkan karena kondisi miskin itu ga enak, dan banyak menerima ketidakadilan. Dan hal itu bukan sebuah kondisi tunggal ya, menjadi rumit dan kompleks. Itu baru beberapa hal di masa remaja dan dewasa muda. Pertanyaan-pertanyaan lain pun muncul dalam tahapan berikutnya. Bedanya, saya tak lagi frustasi dan bahkan depresi menyikapinya. Sudah bisa ikhlas dan legawa, kalau orang Jawa bilang.
Semesta memiliki mekanismenya sendiri. Namun saya juga percaya, semesta menghargai setiap orang yang berupaya selagi mereka juga menjalani hidup dengan ikhlas.
Bulan lalu, manajemen radio menyampaikan informasi, Sonora Bandung bakal meniadakan sejumlah program. Sebagian besar akan mengambil program Jakarta. Artinya, tak lagi dibutuhkan orang untuk menggawangi program. Artinya lagi, kami, para freelancer dibebastugaskan. Kaget? Engga terlalu. Kita, terutama orang-orang media, sudah tahu kan ya perkembangan media mainstream di tahun-tahun terakhir ini? Terlebih dengan serangan pamdemi pada tahun ini. Ya, saya sendiri tak terlalu kaget. Sedih? Hmmm.. ada nuansa sedih juga. Tak terlalu banyak, pada skala 3 saja. Bagaimanapun 7,5 tahun bukan waktu yang singkat. Pun, dengan kesadaran: “bisa jadi, saat ini adalah kali terakhir nyemplung ke dunia radio.” Sepuluh tahun menjadi kru (staf organik sekaligus penyiar) Radio Mara Bandung. Satu setengah tahun menjadi penyiar lepas Radio Maestro Bandung. Dan 7,5 tahun menjadi penyiar lepas Sonora Bandung. Bukankah ini waktu yang cukup untuk berkecimpung di dunia radio siaran? Apakah memang di sinikah ujungnya? Bisa iya, bisa tidak. Kita tak pernah tahu to? Beberapa kawan menunjukkan kekhawatiran mereka. Saudara-saudara memberikan aneka saran. Hai hai..saya baik-baik saja. Kalau dari soal pekerjaan, siaran radio hanyalah satu bagian pekerjaan, meski tentu saja mempengaruhi kondisi keuangan. Tapi, bukan segalanya. Kalau soal ‘feel’, iyes..saya mah orang radio bangeeet. Cumaaa..kan pengalaman dan pengetahuan tentang keradioan bisa diterapkan di bidang lain. Yuk, kita bisa saling berbagi dan berkolaborasi..😍
Baca juga: Persiapan Memiliki Rumah Sendiri
Kembali ke soal lagu, saat menutup siaran program The Beatles kemarin malam, ‘secara ‘kebetulan’ ada yang rikues Let It Be. Maka saya pun sekaligus berpamitan: “Let It Be digarap sebelum Abbey Road. Namun ada banyak konflik di antara mereka saat memproses album ini, sehingga tertunda lebih setahun. Barangkali memang Let It Be menjadi penanda pamitnya mereka sebagai sebuah grup. Pun, kalau di malam hari ini ada rikues Let It Be, saya rasa bukanlah kebetulan. Karena sekaligus menjadi penanda pula bagi saya untuk undur diri. Saya, Veronika Mumpuni Dhenok Hastuti pamit. Sampai ketemu di ruang-ruang perjumpaan yang lain.”
Sebetulnya rada mengada-ada juga sih itu haha! Yang penting, mari bergembira menyambut pergantian tahun ya, kawans. Semoga segala kebaikan masih terus bisa kita lakukan di tahun ini dan tahun-tahun yang akan datang. Dan, mari menyanyi…
Baca juga: Catatan Musik Saya
Let It Be
When I find myself in times of trouble
Mother Mary comes to me
Speaking words of wisdom, let it be
And in my hour of darkness
She is standing right in front of me
Speaking words of wisdom, let it be
Let it be, let it be
Let it be, let it be
Whisper words of wisdom, let it be
And when the broken-hearted people
Living in the world agree
There will be an answer, let it be
For though they may be parted
There is still a chance that they will see
There will be an answer, let it be
Let it be, let it be
Let it be, let it be
Yeah, there will be an answer, let it be
Let it be, let it be
Let it be, let it be
Whisper words of wisdom, let it be
Let it be, let it be
Let it be, yeah, let it be
Whisper words of wisdom, let it be
And when the night is cloudy
There is still a light that shines on me
Shine on 'til tomorrow, let it be
I wake up to the sound of music
Mother Mary comes to me
Speaking words of wisdom, let it be
Let it be, let it be
Let it be, yeah, let it be
There will be an answer, let it be
Let it be, let it be
Let it be, yeah, let it be
There will be an answer, let it be
Let it be, let it be
Let it be, yeah, let it be
Whisper words of wisdom, let it be
Masa sekarang banyak berubah ya mba. Saya dulu siaran juga sih mba di salah satu radio di Pekanbaru. Dengan ketatnya persaingan antar radio dan mulai beralihnya ke gadget membuat radio kami tutup. Sukses selalu ya mba
ReplyDeleteLet it be, let it be
Let it be, let it be
Ceritanya menarik untuk sebuah episode kehidupan...
ReplyDeleteiya mbak, saya pun kini meyakini bahwa tak ada yang kebetulan di dunia ini.
ReplyDeleteSaya juga pernah berada di fase mempertanyakan "Kenapa harus saya?". Sampai saat ini juga masih terus belajar untuk sampai pada fase "menerima"
Let it be, let it be
ReplyDeleteLet it be, yeah, let it be
Dan sayapun ikut berdendang
Betul, tak ada kejadian yang kebetulan , pasti ada tanda dan gejala
Bagaimana kita menyikapi pertanda, itu yang penting
Duh jadi ingat masa di Bandung tahun delapan puluh sampai sembilan puluhan
ReplyDeleteSuka dengerin radio, karena jaman itu emang blm ada internet atau gadget...
Let it be, Teh... Selamat tahun baru 2021
semangat mbak, mungkin dgn pengalamanbya yg banyak bisa memulai berkarir sbgt podcast creator atau bisa juga mulai mengajar ttg public speaking
ReplyDeleteSaya bukan penikmat lagu the beatles mbak denok, dengan seiiring waktu memang menyadarkan bahwa lagu-lagu pada jaman itu liriknya memang benar mengandung hal-hal yang terencana ya mbak. Beda dengan lagu sekarang, agak susah meskipun bisa mendapatkan lirik yang nendang. Di tulisan mbak denok ini mengajarkan bahwa " tidak ada yang kebetulan, semesta memiliki mekanismenya sendiri"
ReplyDeleteSaya suka lagu Let It Be lagunya The Beatles ini, sayangnya kalau saya nyanyiin semua nada dan iramanya jadi berantakan.
ReplyDeleteDan saya juga meyakini, tidak ada peristiwa yg terjadi secara kebetulan, sekecil apapun itu. Semua sesuai rencanaNYA, krn ketidaktahuan kita dan keterbatasan kita sehingga tak jarang menganggap sesuatu terjadi scr kebetulan.
Semangat Mbk Dhenok, akhir sesuatu sesungguhnya adalah awal hal baru selanjutnya. Jadi penyiar radio atau tidak, semoga semua bisa kita jalani dengan lebih baik.
Aku setuju nih gak ada kebetulan yg bener2 kebetulan di dunia ini. Semuanya udah ditulis dan digariskan. Yg penting kita udah melakukan yg terbaik. Karena jika kita sudah melakukan yg terbaik, yakin hasilnya akan kembali pada diri kita sdr. Pun begitu sebaliknya
ReplyDeleteKalo kita resapi liriknya, lagu ini memang dalam banget ya maknanya. Kita belajar untuk berbesar hati menerima apapun yang terjadi pada kita
ReplyDeleteAku kok seneng baca ini ya: semesta menghargai setiap orang yang berupaya selagi mereka juga menjalani hidup dengan ikhlas. ...wah setuju sekali, tetap semangat ya Mbak Dhenok, semoga ada banyak jalan pekerjaan lain yang membahagiakan . Amin
ReplyDeletestay safe and stay healthy ya kak :D
ReplyDelete