Kopilatory, Cafe dengan Nuansa Laboratorium

Kopi menjadi salah satu jenis minuman yang akrab dengan masyarakat kita. Dari kalangan kelas bawah hingga atas. Dari usia bocah hingga kakek-nenek. Dari kalangan berpendidikan hingga masyarakat awam. Bukan hanya saat kopi booming sebagai minuman ‘gaul’ dengan aneka varian barunya. Pendek kata, kopi telah menjadi bagian dari hampir keseluruhan masyarakat kita. Namun, masing-masing orang memiliki sentuhan khusus pada tiap kopi yang dinikmatinya. Sentuhan untuk menciptakan cita rasa personal inilah yang coba dihadirkan oleh Kopilatory, kedai kopi di Jalan Cihampelas 124, Bandung.

Kopilatory sudah hadir di Kota Bandung sejak tahun lalu. Terkendala masa pandemi dengan segala pembatasannya, beberapa program utama cafe dengan konsep laboratorium ini belum dijalankan. Tahun ini, diagendakan sudah bisa menerima pengunjung yang ingin terlibat dalam pembelajaran meracik kopi; meracik dengan cita rasa personal maupun aneka varian kopi yang lagi ngehits

Btw cita rasa personal kopi saya gimana ya? Nah kan, perlu dipertanyakan hehe..

Baca juga: Hidup Sehat Cegah Diabetes

Saya sendiri mengenal kopi sejak bocah, entah umur berapa. Karena menjadi kebiasaan orang tua memberikan kopi ke bocah-bocahnya untuk menghindari kejang demam karena panas tinggi atau yang dikenal dengan step. Yang masih teringat sih adalah ketika sudah usia lima tahunan, sering ikut minum kopi bareng bapak. Bapak akan menuangkan kopi ke lepek atau pisin, ditiup agar dingin, lalu srupuuuuut… Enaaaaak 😋

Kopi di masa kecil juga punya makna 'tugas'. Saya terhitung sering kebagian tugas ini. Tugas pertama membeli biji kopi di warung. Setelah dicuci bersih dan dikeringkan, kopi disangrai bersama beras yang telah direndam sejam sebelumnya. Saya tak tahu persis teknik sangrai ala ibu. Yang pasti disangrai di kuali gerabah, di atas perapian kayu. Tak cukup memperhatikan. Paling, kalau tuntas penyangraian, campuran kopi-beras sudah didinginkan, saya kembali kembali dipanggil untuk melakukan tugas kedua: pergi ke penggilingan di ujung pasar. Begitulah, ada potongan kenangan tentang kopi di masa kecil dan remaja. 

Usia remaja, ngopi masih ikut-ikutan saja, ngopi bareng bapak. Barulah saat kuliah sambil mulai kerja, kopi menjadi kebutuhan. Bahkan sedikit terobsesi haha. Tahun 1996, saya mulai nyemplung di dunia radio. Masih berstatus mahasiswa. Setiap hari bisa menghabiskan 6 cangkir. Tak bisa tak ngopi. Masa itu masih kopi dengan sedikit gula. Lalu mulai mengenal kopi dengan aneka sumber dan pengolahannya. Dan mulai memilih kopi tanpa gula. Apakah dengan merunut pengalaman ini lantas bisa menyimpulkan cita rasa kopi masing-masing kita? Saya pribadi sih, kalau dirunut-runut dari pengalaman, menyukai kopi dengan asam yang masih menempel di lidah saat menyesapnya. Nah, lewat aneka ujicoba sendiri di Kopilatory, nantinya pengunjung dapat dikuatkan dengan cita rasa kopi yang diinginkan atau paling disukai.

Yang perlu kita kenali dari kopi adalah bahwa proses saat memanen, mengolah, hingga menyajikan sangat menentukan cita rasa kopi. Proses untuk mendapatkan karakteristik yang pas bukan hal yang instan. Okke Gania, fotografer, pegiat vespa, dan penggila kopi yang menjadi tim riset dan pengembangan di Kopilatory mencontohkan tentang pericarp. Apa itu pericarp?

“Rasa pada kopi sebenarnya didapat dari lapisan pericarp, saat lapisan ini dibersihkan. Kopi itu memiliki dua struktur, kulit daging terluar yang disebut pericarp, dan biji kopi. Kenapa pericarp mempengaruhi rasa pada kopi? Karena dia memiliki beberapa lapisan, seperti kulit, daging kulit, dan layer getah. Di layer inilah terdapat gula alami dan semacam kandungan alkohol. Lapisan berikutnya adalah perkamen. Tak hanya bahan dasarnya yang mempengaruhi rasa kopi nantinya. Proses pengolahannya pun pastinya mempengaruhi rasa dan prosesnya bermacam-macam.”

Tentang prosesnya sendiri, menurut Okke, terdiri dari natural process atau dikenal juga dry process. Proses ini menghasilkan profil rasa buah-buahan seperti strawberry dan buah-buahan tropis pada umumnya, dengan tingkat keasaman rendah. Lalu ada washed process atau wet process dengan rasa light namun sesungguhnya memiliki kadar asam yang lebih tinggi. Berkutnya ada hybrid process, honey atau miel process. Pada proses ini yang dilakukan adalah semi-washed process, yang pada umumnya menghasilkan rasa yang manis, body lebih penuh, tingkat keasaman rendah, dan yang unik. Rasanya dapat dibilang beragam. Pengetahuan-pengetahuan seperti ini juga bisa didapatkan sambil ngopi di Kopilatory. 

Selain nuansa laboratorium, suasana Kopilatory dibuat cozzy dengan perangkat serba kayu dan dinding berwarna gelap. Pada coffee bar tersaji perangkat pengolah kopi dan aneka roasted bean yang berada dalam gelas bening. Secara keseluruhan kopi yang ditampilkan adalah kopi Jawa Barat. Ada 13 kopi Jawa Barat yang nantinya akan dijadikan bahan utama racikan kopi di cafe ini, di antaranya kopi Gunung Puntang, Manglayang, Halu, Tilu, Wayang, Malabar, Patuha, Burangrang, Gunung Papandayan, Lembang, Parongpong, Arjasari, dan Ibun. Tak tertutup kemungkinan akan ada penambahan jumlah, mengingat perkebunan kopi Jawa Barat tengah menggeliat. Pemilihan kopi Jawa Barat, selain pertimbangan distribusi, hal lebih mendasarnya adalah upaya Kopilatory untuk mendukung perkembangan kopi Jawa Barat. 

Baca juga: Laki-laki dan Andil Pentingnya Dalam Penghapusan Kekerasan Berbasis Gender

Mau berbagi kenangan tentang ngopi di masa kecil, mari kita obrolkan di Kopilatory. Atau mau coba-coba meracik kopi cita rasa sendiri, atau mau belajar menjadi barista? Boleeeeeh.. tapi untuk yang dua terakhir ini, sabar dulu ya. Catat saja dulu untuk jadi agenda. Tak akan lama lagi.

Kopilatory

Jl. Cihampelas 124

IG @kopilatory



29 comments

  1. Kreatif-kreatif euy sekarang para enterpreneur mencari nama brand, program, atau acara televisi. KOPILATORY. Saya suka banget namanya. UNIK.

    ReplyDelete
  2. Kayaknya kalau saya ajak suami ke sini, dia bakal seneng, deh. Soalnya dia kalau ngopi tuh suka gak sekadar menikmati rasanya. Dia senang kalau ke coffee shop bisa ngobrol tentang kopi

    ReplyDelete
    Replies
    1. iyaaa.. lalu di bagian lain bangunan, ada beautylatory loh. biarin bapak2nya ngopi. mamak2nya liat2 proses bikin kosmetik sekaligus belanjabelanji. masih on process sih.

      Delete
  3. wah hahahha... kopi dituang di lepek trus tiup, dan sruputtt....
    Saya juga pernah ngalamin
    Trus nggak tau gimana tiba-tiba terobsesi kopi panas legi kentel :D :D

    Eniwei baswei, kopi Jawa Barat emang terkenal ya? Dan saya baru tahu kenapa ada kopi yang rasanya asam/tidak asam setelah baca penjellasan mbak Dhenok

    ReplyDelete
    Replies
    1. yg kmrn sempat booming dan harganya melonjak itu kopi puntang. melejit sampe ke luar negeri, harganya juga tinggi.

      Delete
  4. Parahhh kudu melipir ini mah 😄 cihampelas yaa deket lah 45 menit doank.. barubtau c aku ini coffee shopnya.. thanks infonya kaka

    ReplyDelete
  5. Liat gelas kopinya mbak Dhenok kok berasa puas ya hehe. Kalo papaku ngopinya biasanya kopi item di cangkir keramik. Airnya pun harus yang baru mendidih. Tapi karena kondisi nggak selalu air mendidih ada, akhirnya beliau mau nrimo dengan air panas dari dispenser. Kalo aku ngopi yang kopi mix dan biasanya 2x sehari. Rutin pula. Susah ngilangin kebiasaan ngopi euy.

    ReplyDelete
    Replies
    1. naah buatku, ngopi itu ya ngopi item, tanpa gula. kl macam latte ato cappucino itu kopi main2 buatku, selingan 😃

      Delete
  6. Kopi itu bisa menginspirasi meretas karya ide. Salah satu tempat ngopi di Bandung jl cihampelas ini perlu dicoba jika perlu dicicipi citarasa berbagai kopi di dalamnya. Semoga

    ReplyDelete
  7. Menarik banget ini tempatnya. Ngopi sekaligus bisa belajar banyak hal tentang kopi. Duh jadi gemes pengen cepat² bisa traveling bebas tanpa ada virus yang menghantui

    ReplyDelete
    Replies
    1. kalo kapan2 berkelana, titip cerita tradisi ngopinya ya, mbak.

      Delete
    2. kalo kapan2 berkelana, titip cerita tradisi ngopinya ya, mbak.

      Delete
  8. Keliatan banget ya ada nuansa laboratorium di Kopilatory. Aku langsung kebayang barista berkostum ala orang di lab, tapi sepertinya enggak ya.

    Oh ternyata cangkir-cangkirnya sudah berbentuk botol lab vektor sebagai gelas minum ya :D
    Unik sih. Jadi pingin datang, sayang ini jauh di Cihampelas sana.

    ReplyDelete
  9. Ya ampuunn Bandung nih orang²nya pada kreatif amattt yak

    Asik banget kalo bisa ikut mendalami serba/i kopi kayak gini... Kalo di Surabaya ada apa kagak yaa kafe konsep ciamik seperti ini?

    Whoaa jadi pingin cuss k Banduunggg

    ReplyDelete
    Replies
    1. yuuuk main banduuung. duh lama banget nget aku ga ke surabaya

      Delete
  10. Keren banget ini konsep cafenya, kaya di laboratorium ya, cakep banget sih hehe.. Pasti seru nongki di sana.

    ReplyDelete
  11. Berarti di Kopilatory bisa sekalian ngeracik kopi sendiri ya mba?
    Aku juga mau mba, sekalian tanya2 sama barista sana hehe
    Cuma ya jauh, semoga ada kesempatan mampir dan menikmati kenangan masa kecil di sana

    ReplyDelete
  12. Cihampelas, aku suka banget daerah ini. Wah tempat kopinya seru nih selain tempatnya cozzy. Apalagi bisa meracik kopi sendiri.

    ReplyDelete
  13. Aku sendiri bukan termasuk pencinta kopi mba, tapi baca artikel ini rasanya rugi deh kalau tak mencicipi. Ah semoga suatu saat bisa mampir ke Kopilatory

    ReplyDelete
    Replies
    1. kalo seneng belajar, pasti asik mempelajari hal baru.

      Delete
  14. Seru banget yah kak di kopilatory , ada banyak jenis racikan kopi pulak. Ada 13 jenis yah. Bisa ngobrol tentang kopi..bisa happy deh..aku juga penggemar kopi nih. Kayakna asik suatu saat nanti kalau bisa berkunjung ke kopilatory

    ReplyDelete