Letting Go, Sistem Pragmatis untuk Membebaskan Diri dari Hambatan dan Keterikatan

Dalam pengantarnya, David R Hawkins menyebutkan LETTING GO sebagai sebuah teknik pelepasan adalah sistem pragmatis untuk melepaskan banyak hambatan dan keterikatan. Dalam termonologi 'kita' barangkali yang mendekati adalah pasrah atau ikhlas. Hawkins yang juga seorang ilmuwan ini menyebutkan, riset yang sudah dilakukannya menunjukkan bahwa teknik ini lebih efektif dibandingkan banyak pendekatan lain dalam menghilangkan respons fisiologis terhadap stres. Seorang kawan mengenalkan buku ini, pada suatu kali mengetahui aku sedang berusaha melepaskan diri dari dampak akan trauma masa kanak.


Baca juga: Berkenalan dengan Laku Spiritual Melalui Buku Tantra

Saat mengawali baca buku ini, ada bagian yang membuatku terkekeh-kekeh. Yakni bagian tentang bagaimana orang berupaya membebaskan diri dari tekanan akibat berbagai alasan, dan mencoba bahagia dengan menemukan diri melalui berbagai cara. Cara-cara yang sebagiannya sudah pernah kulakukan. Berasa Hawkins langsung bicara padaku secara personal. Padahal, ya, lebih kurang hal ini dialami oleh banyak orang lain. Mereka yang ingin menjalani hidupnya dengan lebih baik secara spiritual. 

Singkat kata, ini buku sangat menarik buatku. Langsung menyentuh ke persoalan yang dialami oleh banyak orang. Ada keterhubungan di situ. Pun dilengkapi dengan contoh-contoh sederhana yang dapat langsung dipraktekkan, selain banyak hal mendasar perihal spiritualitas yang membutuhkan kesadaran dan ketelitian ekstra dalam mengejanya.

Misalnya, dalam bab 2 tentang Mekanisme Pelepasan, diberikan contoh sederhana tentang orang yang tengah adu argumen. Ketika intensi makin meningkat, sudah muncul perasaan kesal dan marah, si orang ini ambil sikap tertawa. Dengan sekadar tertawa, rasa marah, takut, perasaan diserang bisa lenyap dengan seketika. Bahkan sangat mungkin digantikan perasaan lega dan bahagia. Teknik ini dapat dilakukan kapan pun, di mana pun, dan dalam situasi apa pun. Intinya: melepaskan apa saja secara sadar dan sesering mungkin sesuai kehendak kita.

Perasaan negatif sebagai sumber masalah

Pada dasarnya, hidup manusia adalah perjuangan panjang dan rumit untuk bebas dari ketakutan dan harapan batin yang telah diproyeksikan ke dunia. Pasalnya, kita tak memiliki mekanisme sadar untuk mengatasi rasa takut tersebut. Alih-alih mengatasi, yang terjadi malah menekannya karena tak ingin rasa takut itu muncul ke permukaan. Alhasil, tumpukan ketakutan bersarang di dalam tubuh yang berikutnya melahirkan banyak pikiran. 

Yang umum kita jumpai, ada tiga cara utama menangani perasaan:

1. Penekanan dan penahanan. Dalam penahanan perasaan, terjadi tanpa sadar. Sedangkan penekanan dilakukan dengan sadar. Saat di satu sisi ada ketidaksanggupan menghadapi tekanan perasaan, pada sisi lain ingin terbebas karena kebutuhan untuk melakukan hal yang tak ingin terganggu oleh si perasaan. Mekanisme tubuh lantas memilah berdasarkan alam sadar dan bawah sadar yang sudah terbentuk sebelumnya di lingkungan keluarga dan masyarakat. Penahanan dan penekanan ini pada akhirnya memunculkan sikap-sikap yang tak bersahabat hingga terjadinya penyakit-penyakit psikosomatis.

2. Ekspresi. Sebagian dari masyarakat kita meyakini bahwa mengekspresikan perasaan bakal menghindarkan kita dari tekanan. Fakta yang terjadi adalah sebaliknya. Ada energi besar yang butuh disuntikkan untuk mengekspresikan perasaan. Namun, tetap, ada bagian perasaan yang masih tersembunyikan. Di lain pihak, ekpresi tersebut memiliki kecenderungan untuk menyakiti orang lain dan memunculkan masalah baru.

3. Pelarian. Pelarian diri menjadi pilihan bagi yang butuh pengalihan akan perasaan yang menekannya. Inilah yang disebut-sebut sebagai sumber pemasukan utama dari bisnis hiburan, ketika orang berbondong-bondong mencari pengalihan dengan menghibur diri. Yang terjadi kemudian malah menghilangkan kewaspadaan, kepedulian terhadap orang lain, dan kreativitas.

Semua upaya menekan perasaan tersebut memunculkan aneka masalah sosial, gangguan kejiwaan, peningkatan sikap mementingkan diri sendiri, dan hilangnya kepekaan. Lebih buruknya, ketidakmampuan mencintai dan mempercayai orang lain, yang berujung pada kebencian terhadap diri sendiri.


Baca juga: Alaya, Kisah tentang Mimpi yang Mewujud, Takdir, dan Cinta


Mekanisme Pelepasan

Pada intinya pelepasan adalah sebuah tindakan sadar dalam menyikapi sebuah perasaan; membiarkannya muncul, bertahan menghadapinya, lalu membiarkannya pergi dengan sendirinya tanpa keinginan untuk mengubah atau melakukan apa pun terhadapnya. Yang menjadi fokus adalah melepaskan energi di balik perasaan tersebut.

Langkah-langkah yang dilakukan:

1. Biarkan kita memiliki perasaan tersebut. Terima seapa-adanya. Tanpa menolak, mengutuk, menghakimi. Penolakan adalah perlawanan yang membuat perasaan itu terus bekerja.

Saat berproses, kita akan dihadapkan pada ketakutan dan rasa bersalah. Lepaskan rasa takut dan bersalah terhadap perasaan itu terlebih dahulu, baru masuk ke dalamnya. 

2. Saat pelepasan, abaikan semua pikiran. Berfokus kepada perasaan, bukan pikiran. Pikiran tidak akan ada habisnya dan bisa menggandakan diri. Saat kita mulai terbiasa dengan proses pelepasan, kita akan sadari bahwa perasaan negatif terkait erat dengan ketakutan dasar kita akan keberlangsungan hidup. Teknik pelepasan akan membatalkan program-program yang terbangun sepanjang hidup kita sebelumnya itu secara progresif. 

3. Proses pelepasan perlu dilakukan secara terus menerus selama dibutuhkan. Perasaan akan selalu datang dan pergi seumur hidup kita. Dengan melakukan pelepasan, pada akhirnya kita hanya akan menjadi penyaksi. Kita akan menyadari bahwa perasaan-perasaan itu semata ciptaan ego, kolektor program yang secara keliru dimaknai pikiran sebagai yang dibutuhkan untuk bertahan hidup. 

Upaya pelepasan mungkin akan berjalan lambat dan halus. Bersabarlah, dan tak terburu-buru menyebut teknik itu sebagai tidak efektif. Terlebih jika kita tergoda untuk tetap berada dalam 'zona nyaman perasaan' yang sudah terbangun sekian lama. Karena kalau itu yang terjadi artinya kita tak sedang bertumbuh ke arah mana pun.

Itu beberapa hal yang cukup detail bisa kubagikan dari buku ini. Selebihnya? Masih banyak sekali. Hawkins detail membahas anatomi emosi, aneka macam perasaan, transformasi apa saja yang mungkin terjadi, bagaimana menangani sakit yang diakibatkan tekanan perasaan, perihal hubungan antar manusia, dan lain-lain yang dibagikan dalam 21 bab, sepanjang 396 halaman.

Baca juga: Mengenali Karakter Orang lewat Temperamen dan Zodiak

Buku dengan landasan teori yang sudah teruji, lengkap dengan panduan teknis yang sangat membantu. Ini buku menurutku lengkap sebagai referensi dan bahan pembelajaran bagi yang ingin mengalami keajaiban berkat pengalaman hidup yang berpasrah.


Judul      : Letting Go

Penulis    : David R.Hawkins

Penerjemah : Shalahudin GH

Penerbit   : Javanica

Tebal      : 424 Halaman

Cetakan I  : Juni 2020

ISBN       : 978-6026-799548

19 comments

  1. Wahh bukunya bagus banget ya, baca reviewnya saja sudah bisa lihat bahwa buku ini bisa sangat membantu kita menjalani kehidupan. Buku-buku yang bia buat kehidupan bermutu seperti ini saya suka sekali!

    ReplyDelete
  2. Menarik bukunya ya, lengkap sebagai referensi dan bahan pembelajaran bagi yang ingin mengalami keajaiban berkat pengalaman hidup yang berpasrah. Suka dengan kalimat terakhirnya

    ReplyDelete
  3. Sangat tertarik dengan buku ini, sebuah karya dari David R.Hawkins berjudul Letting Go, bisa mengispirasi dalam menjalankan hidup

    ReplyDelete
  4. Selalu butuh waktu yang nggak sedikit ya dalam upaya pelepasan atau letting go, namun tak masalah berjalan lambat dan halus, setidaknya kita berusaha untuk itu.
    Bagus nih bukunya :)

    ReplyDelete
  5. Reviewnya mendalam sekali kak Dhenok. Ini yang menarik mengapa aku harus baca buku ini karena referensi dan bahan pembelajaran bagi yang ingin mengalami keajaiban berkat pengalaman hidup yang berpasrah. Wow luar biasa. Semoga hal itu aku alami ya

    ReplyDelete
  6. Buku yang dibaca Mbak Dhenok selalu menarik
    kayanya saya harus baca karena masih penasaran dengan pelepasan
    Gimana kalo pelepasan dilakukan pada anak atau istri yang disayangi
    bukankah akan menyakiti?

    ReplyDelete
  7. Bener banget mbak perasaan negatif emang bisa jadi sebagai sumber masalah. Sepertinya bagus nih baca Letting Go ini. Banyak pelajaran yang bisa kita ambil dari buku ini.

    ReplyDelete
  8. Karena berbagai tekanan dan mencoba bahagia dengan menemukan diri melalui berbagai cara. Hhm ya dl aku pernah melakukannya. Aku menyebutnya sebuah proses menuju dewasa😊

    ReplyDelete
  9. Mengekspresikan perasaan memang harus di lakukan bukan hanya baik untuk kesehatan paling tidak untuk memotivasi diri agar menjadi lebih baik, bagus ya bukunya kak👌

    ReplyDelete
  10. bagus banget nh isi bukunya, bisa jadi referensi saya
    terima kasih ya ka

    ReplyDelete
  11. Saya suka ulasannya. Bikin buku yang isinya sangat menarik itu jadi tersampaikan dengan jelas. Saya jadi ingin punya dan baca bukunya sampai tuntas.

    Semisal merasa sedih, sedih saja. Rasakan, terima, hadapi, dan biarkan sampai nanti pergi sendiri. Yang begini, relate gak mbak dengan langkah pelepasan nomor 1 itu ? :D

    ReplyDelete
  12. Bahaya memang perasaan negatif itu ya Mbak. Merambat ke pikiran akhirnya jadi penyakit psikis. Fisik pun akhirnya terpengaruhi bahkan sampai menjadi penyakit yang tak ada obatnya. Bagus nih sepertinya buku ini. Intinya belajar ikhlas, melepaskan hingga akhirnya menemukan kebaikan bagi spiritual dan mental kita.

    ReplyDelete
  13. Buku Letting Go by David Hawkins ini kudu saya baca juga nih. Secara terkadang sulit banget melepaskan hal-hal yg dipicu oleh pikiran negatif. Padahal merusak diri sendiri ya. Makasih referensi bacaannya mba.

    ReplyDelete
  14. Letting Go..teknik pelepasan , pasrah, ikhlas...benar juga ini. Aku jleb di bagian ketidakmampuan mencintai dan mempercayai orang lain, yang berujung pada kebencian terhadap diri sendiri.huhu. Bagus banget ini bukunya David Hawkins, bakal bantu refleksi diri

    ReplyDelete
  15. Bagus nih bukunya, pas banget lagi baca uraianmu, aku lagi merasa tertekan, baperan gitu. Dalam ini memang gak boleh nyalahin orang lain, tetap kembali pada kitanya yaa, sanggup gak melepas rasa yg menekan itu, letting go

    ReplyDelete
  16. Bukunya ini sangat mengena karena hal tentang perasaan pastinya dirasakan semua orang, cuma dalam mengatasinya yang belum tentu bisa diselesaikan

    ReplyDelete
  17. Menarik juga nih bukunya, banyak lho yang dihadapkan dengan kondisi ini. Perihal perasaan gini tuh, gak semua orang ingin terbuka. Padahal sungguh berat bagi mereka dalam mengelolanya.

    ReplyDelete
  18. Wah buku yang sangat menarik ya mbak
    Ulasannya juga enak banget, bikin penasaran pengen baca bukunya juga

    ReplyDelete
  19. Letting go perlu dibaca untuk menambah khasanah informasi baru karya penulis besar.

    ReplyDelete