Mengapa Ngeblog?

Ngeblog, pengistilahan blogging dalam bahasa Indonesia. Yakni aktivitas mengisi jurnal di weblog. Alasannya? Beragam. Terlebih yang mengenal dunia blogging jauh-jauh hari, jauuuuuuh sebelum segala yang berbau online bisa dijadikan cuan. Aku agak yakin, sebagian besar alasan utama ngeblog adalah kebutuhan untuk mengungkapkan apa yang ada dalam benak, baik untuk alasan semata sentimental atau sebagai dokumentasi untuk kebutuhan jangka panjang seperti di dunia kerja, akademis, dan lain-lain. 


Baca juga: Doodle sebagai Sarana Melatih Imajinasi

Aku tak ingat persis kapan ngeblog. Tapi kurasa di kisaran tahun 2005-2006. Menggunakan platform wordpress. Isinya cukup bervariasi. Yang kuingat, aku menulis reviu buku, film, mencatatkan perjalanan, daaan curhat urusan perasaan, haha! Tak lama berselang dengan blog pertama, aku membuat blog kedua menggunakan platform multiply. Di blog yang ini lebih terasa karya jurnalistiknya. Kalaupun bicara tentang 'rasa', tak sekadar curhat seperti di blog pertama. Hal yang membuatku merasa geli, yang lantas menghapus begitu saja blog pertama. Padahal kalau bisa menduga bahwa di kemudian hari blog dapat dikomersialkan, mungkin tak akan dihapus. 

Masih ada beberapa blog lain yang kubuat. Setelah multiply menghilang, membuat akun baru wordpress. Akun personal yang sampai sekarang masih ada, dan belum tahu mau diapakan lagi. Ditambah dua akun lain untuk kebutuhan promosi lapak. Sempat membuat akun blogspot, akun berdua dengan pasangan saat itu. Sama-sama melatih kemampuan menulis, dan menjadi ruang percakapan pribadi #uhuk 😜

Pada masa kini, orang memanfaatkan blog untuk aneka kepentingan. Dari pengalaman sendiri dan hasil mengamati yang wara-wiri di dunia maya, inilah beberapa alasan yang bisa kusimpulkan:

1. Blog sebagai wadah curahan hati

Blog yang kukenal di awal dulu rata-rata merupakan wadah bagi mereka yang suka menulis untuk mencurahkan isi hati. Perkara curahan hatinya sekadar mengeluarkan segenap uneg-uneg, atau dilengkapi dengan informasi pendukung yang pada akhirnya menjadi catatan yang juga bermanfaat bagi orang lain. Terlebih pada masa itu belum ada media sosial seperti di masa kini, yang luber-luber dengan berbagai hal bahkan hingga yang sebelumnya hanya ada di ruang-ruang privat. 

Dengan perencanaan yang lebih sistematis, blog dapat menjadi media penyembuhan diri, terutama terkait mental health.

Baca juga: Suka Jalan-jalan ke Hutan? Coba ke Taman Buru Masigit Kareumbi!


2. Blog sebagai media berlatih

Kalau diingat-ingat, sebetulnya blog pertamaku tak perlu kuhapus. Semestinya itu menjadi media pembanding bagaimana pola dan gaya penulisanku di masa lalu. Dari sis konten maupun ketepatan dalam berbahasa. 

Buat yang betul-betul ingin menjadikan blog sebagai media pembelajaran, dapat diatur tak menerima kunjungan. Alias hanya bisa dibaca sendiri. Kekuragannya, tentu saja, tak mendapatkan masukan dari orang lain, dalam hal ini pembacanya.

3. Blog sebagai media kreativitas

Ngeblog, biasanya dibarengi pula dengan saling mengunjungi blog orang lain. Meski polanya pada tahun-tahun belakangan ini kulihat berubah, namun hal mendasar itu masih berlaku. 

Saat ngeblog masih menjadi bagian dari semata hobi, kunjungan demi kunjungan pun berlangsung alami. Pada masa kini, bermunculan komunitas-komunitas blogger yang memasukkan perihal 'kunjungan' ini menjadi semacam tugas atau kewajiban. Terlepas dari alasan apa pun, dari interaksi dengan para pemilig blog, paling tidak ada ide-ide baru. Ada proses evaluasi, sehingga berikutnya memicu kreativitas untuk memunculkan hal-hal yang baru. 

4. Blog sebagai laci dokumentasi

Dengan berkembangnya teknologi komunikasi, blog pun kini menjadi media alternatif dari lembaga-lembaga formal dunia pendidikan. Siswa dan mahasiswa mendapatkan tugas untuk mencatatkan hasil pembelajaran mereka ke blog personal masing-masing. 

Apakah tugas semacam ini juga diberlakukan di kantor-kantor pemerintah/swasta? Mungkin ada. Kalau iya, menarik juga ya..

5. Blog untuk menyebarkan semangat berbagi

Apalah gunanya memiliki kemampuan dan pengetahuan tertentu namun tak dibagikan? 

Banyak orang yang tidak beraktivitas di lingkungan formal, bahkan tak menemukan wadah yang tepat untuk berbagi. Atau, kalaupun ada kesempatan, ada pertimbangan tertentu yang akhirnya tak dijabanin. Misalnya, lebih memilih menjadi tak tampil sebagai persona di depan publik. Ide-idenya dapat dituangkan dalam bentuk tulisan di blog. 

Salah satu yang masih berencana kutulis dalam blog adalah menuliskan sosok-sosok blogger. Baik yang dalam lingkaran pertemanan maupun di luar. Dalam lingkaran misalnya, aku suka gaya celoteh Ambu Maria. Aku suka konten-konten yang dibagikan Mbak Annie. Nanti bakal colek-colek akun kawan-kawan yang lain seperti Triani Retno, Siswiyanti Sugi, Ugik Madyo, dan lain-lain. 

Baca juga: Mengenali Orang lewat Temperamen dan Zodiak

6. Blog sebagai media pengembangan diri

Media sosial yang belakangan makin banyak berkembang, baik pengelolanya maupun fitur-fiturnya, memberikan banyak ruang untuk penggunanya memanfaatkan secara optimal bagi kebutuhannya masing-masing. 

Ya, sama, media sosial menyediakan ruang untuk itu. Bedanya, blog lebih melatih kita untuk membuat catatannya secara lebih sistematis, terencana, dengan respon yang tak terlalu hingar seperti di media sosial. Dengan begitu lebih memudahkan dalam melakukan evaluasi.

7. Blog sebagai media personal branding

Zaman baheula, mana kita berpikir tentang personal branding ya? Nulis di blog ya nulis saja. Apa yang ada di kepala, tuangkan dalam tulisan. Pada masa kini, blogging dapat menjadi sarana orang 'mencitrakan' dirinya seperti apa. Konten pun dibuat lebih terencana. 

8. Blog sebagai sumber penghasilan

Nah, ini yang membedakan banget blog di masa lalu dan masa kini. Lagi-lagi, terkait perkembangan teknologi informasi, media berbasis internet menjadi sumber informasi. Blog menjadi salah satu alternatif. Dengan gaya penyajiannya yang khas, pendekatan lebih personal, kemudahan akses tanpa deretan prasyarat birokratis, blog dijadikan pilihan untuk beriklan, baik soft maupun hard promo. Meaning: cuan! 

9. Blog sebagai warisan

Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.

Tak perlu diperjelas apa yang disampaikan oleh Pramoedya Ananta Toer dari kalimat di atas bukan? Tak mau hilang dari sejarah? Menulislah. Tulisan itu yang menjadi warisan kita bagi peradaban. 

Baca juga: Berkenalan dengan Laku Spiritual Tantra

Aku sendiri, hingga kini masih terus berusaha menulis blog dengan baik. Meski tak ada aturan baku tentang menulis di blog, aku merasa tulisanku kurang cair. Dengan latar belakang jurnalistik, rasa-rasanya tulisanku memang terkesan 'jurnalistik banget'. Ingin bisa menuliskannya lebih cair dan personal. PR! Ada 3 blog yang saat ini kukelola, masih dengan terseok-seok karena harus berbagi dengan banyak fokus: 

www.dhenokhastuti.comwww.rumahronin.comwww.pecandumusik.com.

Semoga ke depan bisa lebih baik membagi waktu dan konsentrasinya.

Sedangkan terkait tulis-menulis, saat ini juga sedang menggiatkan produk tulisan tercetak. Ada yang mau bikin buku? Yuk, boleh kontak aku ya: WA Ibu Meong.


No comments