Food Combining dan Latihan Hidup Berkesadaran

Urusan lambungku bermasalah sejak bertahun silam. Aneka gangguan dengan beragam gejala. Hingga terakhir yang sangat mengganggu adalah gejala GERD yang dibarengi dengan masalah kesehatan lain yang muncul lebih dulu, hipoglikemia dan hipotensi. Saat gejalanya muncul berbarengan, lengkap! Ada kawan yang menyarankan untuk mencoba Food Combining (FC). Hari ini sudah 11 hari aku menjalani pola FC, dan betapa pola ini kemudian mengingatkanku akan pola makan sekaligus sarana latihan hidup berkesadaran. 



Baca juga: Kesadaaran Spiritual, Hidup dalam Perspektif Baru 

Beberapa tahun lalu aku mengikuti pelatihan tentang "kepemimpinan berbasis kepedulian terhadap lingkungan". Dalam pelatihan yang berlangsung selama 10 hari tersebut, ada pembiasaan terkait makan, yang intinya adalah mengajak untuk hidup yang berkesadaran. Saat itu menu makanannya adalah vegetarian. Ada perbedaan, namun ada kemiripan pemahaman yang kujumpai. Tentang kesederhanaan, tentang prioritas, tentang merawat bumi. 


Pengertian Food Combining

FC pertama kali diperkenalkan dan dipublikasikan pada 1920-an, oleh ahli bedah kenamaan, Dr. William Howard Hay. Namun, konon, masyarakat di masa lalu juga telah banyak yang menerapkan pola makan FC. Terutama digunakan dalam terapi pengobatan alamiah. Disebutkan, pengobatan Ayuverda di India menggunakan pola FC ini untuk mengatasi masalah pencernaan. 

Mengacu pada informasi yang disajikan di Facebook Grup Food Combining, FC merupakan pola pengaturan makanan yang diselaraskan dengan mekanisme pencernaan alami tubuh. Bukan food terapy. Tujuannya supaya tubuh dapat memproses semua asupan demi mendapatkan hasil maksimal. Asumsinya, jika sistem cerna sehat, tubuh pun akan menyembuhkan dirinya sendiri. Begitu pula dengan berat badan. Disiplin menerapkan pola makan ini, berat badan pun dapat berada di angka ideal. 

Prinsip dasar food combining adalah pengaturan apa yang kita makan, waktu makan, dan cara memakannya. Ada istilah yang perlu dipahami dalam pula makan FC, yakni ritme sirkadian tubuh.

Baca juga: Stoikisme dan Upaya Menjalani Hhidup yang Baik


Ritme Sirkadian dan Pola Konsumsi

Ritme sirkadian merupakan proses biologis yang berpengaruh terhadap sistem fungsional tubuh manusia. Ritme ini menyesuaikan dengan siklus waktu 24 jam atau siklus pagi dan malam. Nah, dalam FC pola makan dibagi dalam penggalan tiga waktu, yakni:

Pukul 04.00 dini hari – 12.00 siang

Dalam kurun ini, sistem pencernaan tubuh manusia melakukan proses pembuangan sisa makanan hari sebelumnya. Disarankan untuk tidak makin membebani sistem cerna. Caranya? Ya, jangan makan makanan yang berat-berat. FC menyarakan untuk konsumsi buah. Hanya buah. Dalam hal ini adalah buah manis dan berair, minimal satu macam. Sarapan buah atau sarbu ini menjadi penopang tubuh sepanjang pagi hingga siang. Jadi disarankan untuk makan buah hingga kenyang.

Dari pengalamanku yang bermasalah dengan gula darah, mesti betul-betul makan buah hingga kenyang. Karena kalau tidak, sekitar jam 2-3 siang tubuh terasa lemas. Gula darah nge-drop. Sempat terjadi beberapa kali hingga terpaksa minum teh manis. Padahal dalam FC, gula adalah salah satu jenis makanan yang dihindari. 

Pukul 12.00 siang – 20.00 malam

Kurun ini merupakan saat tubuh menyerap makanan. Jadwal makan siang yang disarankan adalah antara pukul 12 hingga 2 siang, dan makan malam antara pukul 6 hingga 8 malam. 

Makanan yang disarankan adalah kombinasi karbohidrat + sayur mayur + protein nabati. Atau kombinasi sayur mayur + protein hewani. Dilarang mencampurkan karbohidrat dengan protein hewani. Selain itu, dalam FC juga lebih disarankan untuk memilih protein nabati dibandingkan hewani. Tujuannya adalah untuk tidak membebani sistem cerna. Terlebih bagi yang memiliki penyakit tertentu bahkan disarankan untuk sama sekali tak mengonsumsi protein hewani. Sebaliknya, sayuran mentah disarankan ambil porsi melimpah, sekitar 70% dari keseluruhan jumlah makanan yang dikonsumsi.  

Baca juga: KBS dan Upaya Membebaskan Diri dari Kemelekatan

Nanti kekurangan gizi, dong!

Nah, ini yang sering kali salah kaprah. Protein hewani dianggap memiliki nilai gizi lebih tinggi. Bahkan ada prestise tertentu jika mengonsumsi makanan yang terbuat dari daging hewan. Padahal, secara struktur, anatomi tubuh manusia lebih menyerupai hewan herbivora dibandingkan karnivora. 

Manusia hanya memiliki dua taring, dengan rahang yang dapat bergerak menyamping. Struktur yang pas untuk mengunyah sayur dan buah-buahan. Sedangkan karnivora secara keseluruhan berbentuk taring, besar dan tajam, yang berfungsi untuk mencabik mangsanya. Hewan karnivora akan langsung menelan makanannya dan membiarkan lambung yang bekerja untuk mencerna. Berbeda dengan manusia dan hewan herbivora yang dibekali air liur dengan kandungan enzim pencernaan. 

Lambung pun ada perbedaan. Tingkat keasaman lambung karnivora tinggi yang dibutuhkan untuk membunuh bakteri berbahaya dalam daging. Tidak demikian halnya dengan manusia dan hewan herbivora. Selain itu, usus karnivora relatif lebih pendek, hanya 3 hingga 6 kali ukuran tubuhnya. Daging yang mereka konsumsi tidak sempat membusuk karena bisa langsung dikeluarkan. Bayangkan usus yang dimiliki manusia dan hewan herbivora yang rata-rata berukuran 10 hingga 12 kali panjang tubuhnya. Daging yang dikonsumsi manusia akan bertahan cukup lama di dalam tubuh, mengalami pembusukan, dan berpotensi menyebabkan kanker. 

Pukul 20.00 malam – 04.00 dini hari

Saatnya istirahat. Pada jam-jam ini sistem pencernaan tubuh kita mengolah sari makanan dari makanan yang sudah diserap sebelumnya. Dalam kurun ini tak disarankan mengonsumsi apa pun kecuali air putih saja. 

Baca juga: Berkenalan dengan Laku Spiritual melalui Buku Tantra


Food Combining dan Latihan Berkesadaran

Kurasa bukan kebetulan kalau aku berkenalan dan mencoba menerapkan FC saat aku sedang bermasalah dengan keuangan. Sejak mengundurkan diri dari pekerjaan reguler, cash flow bermasalah. Alhasil kondisi ini pun memunculkan stres yang berlebih. Pada kondisi tertentu, trauma masa lalu yang masih dalam proses penyembuhan bermunculan tanpa kendali. Anxiety menjadi satu persoalan yang hadir kemudian. Dan seperti kita tahu, GERD dan anxiety adalah karib. Masing-masingnya dapat menjadi sebab-akibat. 

Beberapa waktu lalu, seorang kawan bercerita kalau sedang terserang GERD juga. Pasangan. Keduanya kukenal. Sang istri melakukan terapi untuk GERD-nya dan sedang dalam proses pemulihan. Sementara sang suami dalam kondisi lebih serius, dengan anxiety yang lebih kerap datang. Pemulihannya dibarengi dengan konsultasi psikiater. Penderita GERD dengan tingkat keparahan tertentu memang membutuhkan pengecekan kesehatan mental. Semoga mereka berdua segera pulih dan bisa berkarya lagi. 

Nah, kembali ke soal FC, ada hal menarik dari pengalamanku. Seperti yang kututurkan di atas, pola makan ini mengingatkanku pada pelatihan beberapa tahun lalu. Ada pembiasaan yang dilakukan sebelum makan bersama. Kami diminta untuk berdoa, saat itu semua peserta berdoa dengan cara Katolik, yang di dalamnya ada ucapan syukur dan terima kasih terhadap aneka tanaman yang tersaji di atas meja. Ucapan terima kasih untuk para petani, peladang, binatang-binatang yang membantu proses pertumbuhan tanaman, dan para juru masak yang mengolah tanaman hingga menjadi makanan yang lezat untuk dikonsumsi. Makanan disarankan untuk dikunyah sebanyak 32 kali, pelan-pelan. Dan selama makan tak seorang pun diizinkan bicara. Makan dalam kondisi hening. Sebuah prosesi makan yang begitu khidmat yang dipenuhi dengan rasa syukur berkelimpahan. Sungguh, tak jadi soal, jenis makanan apa yang tersaji di atas meja. Semuanya terasa nikmat.

Baca juga: Alaya, Kisah tentang Mimpi yang Mewujud, Takdir, dan Cinta

Itu kualami pula saat menjalankan pola FC. Bukan semata keuangan yang pas-pasan, tapi memang tak lagi menginginkan makanan yang aneh-aneh. Nasi dengan satu jenis lauk, satu jenis sayur tumis atau kuah, dan sepiring sayuran mentah. Bahkan tak ada lagi keinginan untuk ngemil. Dasarnya memang tak suka ngemil. Cuma, biasanya, sekali waktu ada keinginan untuk makan makanan yang tak biasa. Segala keinginan pun hilang. Karena tubuh sudah dipuaskan oleh kebutuhan. Nyatanya, yang dibutuhkan tubuh kita adalah nutrisi, bukan rasa yang bersumber dari keinginan lidah kita. Tak berarti makanan FC harus plain, tak berasa, bahkan disarankan untuk membuatnya senikmat mungkin tanpa menyalahi aturan dasar FC. Tetap bisa dimasak dengan enak, namun tak berlebihan. 

Jadi, bagaimana pengalaman menerapkan food combining hingga hari ke-11 ini? Menyenangkan. Memuaskan. Dan perasaan yang lebih sehat, tenang, dan bahagia. Ya, aku senang, FC ini menjadi semacam latihan tambahan buatku dalam hidup berkesadaran. 









No comments