Maryam dan Mereka yang Terusir karena Iman

Kisah cinta beda keyakinan yang dituangkan dalam cerita, sudah banyak kita jumpai. Biasanya penyelesaiannya adalah berpisah atau salah satu mengikuti keyakinan yang dianut pasangannya. Mungkin ada konflik tertentu yang dimunculkan akibat perbedaan iman ini dan keputusan-keputusan yang menyertainya. Namun biasanya tak jauh dari bahasan tentang religi. Jarang yang kemudian berkembang ke persoalan sosial. Beda halnya dengan yang dikisahkan Okky Madasari lewat Maryam

Baca juga: Perjalanan Menulis Fragmen 9 Perempuan

Maryam ini buku pertama Okky Madasari yang kubaca. Entah, butuh waktu lama untuk sampai di buku ini. Padahal kisahnya cukup menarik untuk referensi karya fiksi. Ada satu lagi stok di rak buku, mungkin perlu segera dipertimbangkan untuk membacanya. 


Sinopsis

Sedari awal perbedaan keyakinan yang menjadi topik utama novel ini tak semata bicara tentang religi, namun juga persoalan sosial. Konflik sebagian muslim di tanah air dan para penganut Ahmadiyah sudah mulai merebak pada pasca reformasi '98. Ada pengusiran. Ada pembongkaran rumah yang dijadikan tempat ibadah. Ada diskriminasi dan kekerasan. Tentunya tetap menceritakan kisah manusia, hal yang tak lekang oleh waktu, kisah percintaan. 

Kisah diawali dengan kunjungan Maryam ke kampung halamannya. Lalu alur kembali ke masa lalu, saat Maryam menjalin hubungan dengan laki-laki yang tak satu keyakinan. Ia nekat meninggalkan keluarganya. Namun ia pun ternyata tak sepenuhnya diterima oleh keluarga Alam, suaminya. Ketika konflik meruncing dan tak terselesaikan, perpisahan adalah keputusan terakhirnya. Maka demikianlah, Maryam berusaha untuk merangkai kembali kisah hidupnya untuk terhubung dengan keluarganya. 

Pasca pernikahannya yang gagal dan berakhir dengan perceraian, Maryam memutuskan untuk pulang. Benaknya dipenuhi dengan keraguan. Bagaimanapun ada rasa malu, karena ia pernah menentang orang tua demi keputusannya yang berakhir dengan kegagalan. Ada rasa takut yang menyergapnya, membayangkan orang tua dan keluarganya akan menolaknya. 

Orang tua Maryam melarangnya menikah dengan Alam, karena perbedaan keyakinan mereka. Maryam bersikukuh. Keputusan yang membuat kedua orang tua Maryam menganggap anak sulungnya itu menghilang. Sebelumnya, orang tua Maryam memberikan dua pilihan, menjadikan Alam seorang Ahmadi atau Maryam meninggalkan Alam. Maryam tak memilih keduanya dan memutuskan untuk pergi. Ketka akhirnya menikah dengan Alam pun, ia tak mau memberitahu kedua orang tuanya.

Baca juga: Book Sleeve, Pembaca Buku Wajib Punya

Maryam menjadi seorang Ahmadi sejak kecil. Persisnya sejak Kakek Maryam bertemu dengan seorang Dai yang mengenalkan kepercayaan Ahmadi. Kepercayaan itu diteruskan sang kakek ke anak-anak dan keluarganya. Beberapa penganut juga tinggal di kampung yang sama. Sebagian orang menanggapi kepercayaan mereka dengan biasa saja, sebagian yang lain menganggap mereka orang-orang sesat. Tapi Maryam tak sampai berpikir bahwa keluarganya akan mendapatkan perlakuan tak layak seperti kenyataan yang ia jumpai setelah 5 tahun meninggalkan kampung halamannya itu.

Keluarga Maryam diusir dari rumah tinggal mereka sendiri. Bahkan dipaksa meninggalkan kampung halaman mereka, karena bersikukuh dengan kepercayaan mereka. Setelah melewati perjuangan panjang, Maryam akhirnya bisa kembali berkumpul dengan keluarganya. Kali ini mereka tinggal di desa Gegerung, lokasi baru bagi orang-orang Ahmadi yang terusir. Maryam menemukan kedamaian bersama keluarganya, ditambah dengan perjumpaannya dengan lelaki yang menyita perhatiannya. Meski PR untuk memperjuangkan keyakinan dan imannya masih panjang. 


Tulisan tentang Kisah yang Menggugah

Kurasa tak banyak penulis perempuan di tanah air yang menyoroti persoalan sosial. Di antara yang sedikit itu, Okky Madasari melengkapinya. Kurasa Okky melakukan riset yang cukup dalam tetang kasus serupa yang terjadi di tanah air. Iya dong, penulis blog saja mesti rajin riset, apalagi untuk buku setebal hampir 300 halaman.

Beberapa bagian dari novel ini membuatku tak sabar karena terlalu lambat dengan detail yang kurasa tak terlalu penting. Tapi secara keseluruhan tetap menjadi bacaan yang menarik. Terutama cara Okky menggugah emosi pembacanya. Seperti saat Maryam akhirnya menyadari bahwa apa yang telah dilakukannya, hal-hal yang telah dialaminya, tak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan apa yang telah dialami keluarganya. Pengusiran, penghinaan, pengucilan, segala macam penderitaan yang tak pernah Maryam bayangkan.

Di penghujung, Okky seolah sengaja menyisakan tanya, bagaimana nasib mereka? Bagaimana kelanjutan kisahnya? Mungkin mengingatkan kita bahwa pada kenyataannya memang banyak hal yang tak terselesaikan di negeri ini. Menggantung begitu saja. Sementara sekelompok orang masih terus melakukan perjuangan mereka. 

Baca juga: Menjadi Penulis, Hobi atau Pekerjaan?

Maryam merupakan novel ketiga Okky Madasari. Lewat novel ini Okky memenangkan Khatulistiwa Literary Award 2012. Novel yang bisa dinikmati tanpa perlu membuat kening berkerut. 


Judul: Maryam

Penulis: Okky Madasari

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama, 2016

Tebal: 275 halaman

No comments