Mengenali Diri Sendiri lewat Model Johari Window

Pernah nggak punya pengalaman diingatkan oleh orang lain tentang sesuatu yang merupakan bagian dari karakter kita, tanpa kita sadari? Dulu, aku tak menyadari kalau aku adalah seseorang yang nyaris tak punya obsesi. Hingga ada di satu momentum yang memunculkan pernyataan itu dari direktur kantor aku kerja dulu. Sebetulnya mungkin aku tahu kondisinya, namun tak pernah menamai kondisi itu sebagai sesuatu. Hanya menjalaninya tanpa sadar. Nah, dalam komunikasi (dan psikologi) ada teori yang disebut Johari Window.



Baca juga: Mengenal Sabotase Diri dan Mekanisme Koping

Sebetulnya aku mengenal teori ini saat kuliah (komunikasi). Dijabarkan dalam bukunya Pak Jalaluddin Rahmat, Psikologi Komunikasi. Entah kenapa itu pelajaran tak nancep di otak, hoho! Inti dari teori ini adalah tentang konsep diri, yang tak hanya berfokus pada perspektif diri sendiri, namun juga dari perspektif orang lain. Melalui metode dari teori Johari Window ini dapat diketahui bagian mana dari diri kita yang perlu dikurangi atau dihilangkan, dan sebaliknya, bagian mana yang masih bisa dioptimalkan karena potensinya.


Perbaiki komunikasi dengan berangkat dari diri sendiri

Pada intinya, mengapa orang belajar tentang berbagai ilmu yang mempelajari tentang manusia, tak lain adalah sebagai upaya agar terjalin hubungan yang baik antarmanusia. Tak heran jika buku-buku untuk tujuan upgrade kapasitas diri banyak dicari di pasaran. Terlepas dari tujuan-tujuan lain yang barangkali sangat personal, sangat politis, dan sangat-sangat yang lain. Sebelum bicara tentang subjek yang dituju, yang perlu ditelisik pertama kali tentunya adalah diri sendiri.  

Secara ideal, manusia, sebagai makhluk sosial yang bertumbuh akan selalu berupaya untuk melakukan perbaikan atas dirinya dan hubungannya dengan orang lain serta lingkungannya. Kalau ada manusia yang memilih untuk mawa karep sorangan, meureukeudeung --dua istilah Sunda yang lebih kurang bermakna hanya mau dimengerti orang lain, ya sudah, itu tak masuk dalam bahasan kita. Biarlah itu urusan dunia lain. 

Baca juga: Berdamai dengan Inner Child

Nah, salah satu metode yang bisa dipakai adalah dari teorinya Joseph Luft dan Harry Ingham ini. Johari Window. Teori ini dipublikasikan oleh jurnal “The Western Training Labroratory in Group Development” dari University of California Los Angeles pada 1955. Berikutnya, teori ini banyak digunakan para akademisi di bidang Psikologi. Istilah “Johari” diambil dari nama depan kedua psikolog tersebut. Sedangkan istilah “Window”, bahasa Inggris dari jendela, dipilih karena bentuk konsep dari teori ini adalah diagram dengan empat kuadran yang terlihat seperti jendela.

Keempat bagian dalam jendela itu mewakili:

Open area

Kuadran pertama ini merupakan area terbuka yang meliputi hal-hal yang diketahui diri sendiri (known to self) dan orang lain (known to others). Misalnya hal-hal yang memang secara kita kenali dari diri sendiri dan secara terencana ditunjukkan kepada orang lain sehingga terbaca dengan mudah. 

Blind area

Area buta pada kuadran kedua ini mewakili hal-hal yang tidak diketahui diri sendiri (not known to self), namun diketahui oleh orang lain (known to others). Kadang kita sudah sangat biasa dengan diri sendiri sehingga tak menyadari kelebihan dan kekurangan diri sendiri, namuan malah disadari oleh orang lain.

Hidden area

Area tersembunyi di kuadran ketiga adalah tentang hal-hal yang diketahui diri sendiri (known to self), namun tidak diketahui orang lain (not known to others). Hal ini terkait hal-hal yang sangat pribadi yang memang sengaja maupun tidak, tidak akan dibagikan kepada orang lain.

Unknown area

Terakhir, area yang sama sekali tidak diketahui oleh siapa pun, baik oleh diri sendiri (not known to self) maupun orang lain (not known to others). Kuadran keempat ini terkait potensi diri yang sama sekali masih terpendam. 

Baca juga: Evaluasi Diri atau Bikin Resolusi?

Ada tes yang cukup banyak tersedia di berbagai laman dengan spesifik bahasan psikologi. Bisa dicari, untuk memastikan bagian mana saja dari diri kita yang kita kenali dan tidak. Perihal apa saja yang masih perlu kita gali, dan sebaliknya, kita buang. 

Pada intinya teori Johari Window ini adalah untuk meningkatkan kesadaran akan diri sendiri. Caranya dengan memperluas area open self

Selain itu, secara sederhana kita bisa membuat pertanyaan-pertanyaan untuk  diri kita sendiri untuk kuadran pertama, dan ke orang lain untuk kuadran-kuadran lainnya. Tentang: "Aku ini orang yang seperti apa, sih? Apa yang kira-kira dilihat orang lain dari diriku?” Itu pertanyaan utamanya, dan berikutnya bisa dibuat pertanyaan turunannya yang lebih spesifik.

Tentu saja pertanyaan-pertanyaan perlu dijawab dengan jujur, tanpa ada yang ditutupi. Begitu pula jika ditujukan kepada orang lain, tak perlu ada ewuh-pakewuh karena memang pertanyaan bertujuan untuk mendapatkan jawaban secara telanjang. Bukan berarti semua yang dijawab oleh orang lain tentang kita otomatis sebagai kebenaran. Tetap perlu disaring, mana yang bisa kita pakai dan tidak. 

Untuk area blind spot, dibutuhkan momentum untuk kita menemukannya. Atau bisa jadi dari area ini tak akan pernah kita temukan jawabannya. 

Baca juga: Empati dan Seni Berkomunikasi

Memang, apa sih pentingnya mengenal diri sendiri?

Pengenalan terhadap diri sendiri tentu saja penting. Kita bisa lebih memahami hal-hal yang menjadi kelebihan dan kekurangan kita. Dengan begitu kita bisa meningkatkan rasa percaya diri, tahu betul bagaimana harus bersikap saat menghadapati kesulitan, hambatan, dan peluang. Dapat menyikapi tekanan hidup dan stres secara sewajarnya saja. 

Itu yang pertama. Berikutnya, dengan pengenalan yang baik terhadap diri sendiri kita pun dapat meningkatkan hubungan secara lebih positif dengan orang lain. 

Teori Johari Window ini mestinya perlu dicoba di lingkungan kerja atau komunitas, agar sesama pekerja dan tim bisa saling memahami setelah  mengetahui dan mengenali sifat dan karakter masing-masing. Dengan begitu efektivitas komunikasi dalam tim dapat terjaga. Aku sendiri, selama beberapa kali berada dalam lembaga kerja belum pernah mendapati uji coba tes bersama teori ini. Ya, nggak soal jika segala sesuatunya berjalan dengan baik. Komunikasi yang terjaga dan terciptanya saling penghargaan di antara pertemanan dan rekan kerja.


No comments