Reviu Buku dan Tips Membuat Bookstagram

Pada masa lalu, secara berkala aku membuat reviu buku di blog. Buku apa pun. Selain untuk dokumentasi, juga untuk memastikan aku mencerna si buku dengan cukup baik. Karena begitu kita menuliskannya ulang, akan ketahuan pemahaman kita masih ada bolongnya apa enggak. Dalam perkembangannya, isi blog makin beragam. Bahkan buku menjadi bahasan yang bisa dibilang nyempil saja. Nah, belakangan hari agak tergoda untuk membuat 'ruang khusus buku' di instagram. Baru tahu juga, di aplikasi ini ada istilah bookstagram

Baca juga: Jangan Pelihara Kucing, Kerja Sama Perdana dengan Penerbit Epigraf

Awalnya merasa terlalu ngepop banget kalau punya akun IG khusus buku, apalagi kudu memproklamirkan diri sebagai bookstagrammer. Eh, tapi kenapa mesti ribet dengan tetek-bengek itu ya? Tujuannya memang betul-betul untuk mendokumentasikan, untuk bersenang-senang, dan siapa tahu bisa jadi cuan. Ya, nggak?

Baiklah, sambil mempelajarinya kembali untuk dipraktekkan nanti kalau sudah siap, aku coba kumpulkan berbagai referensi, siapa tahu ada yang tergoda juga untuk bergabung.


Bookstagram, Apa Itu?

Gampangnya, bookstagram adalah instagram yang digunakan untuk menginformasikan hal-hal berkaitan dengan buku. Pemiliknya bisa siapa saja. Bisa toko buku, perusahaan penerbitan, atau personal saja, baik sekadar hobi maupun untuk kebutuhan promosi atau post berbayar. 

Sebetulnya, bagi penyuka buku yang sudah membuat akun instagram dapat dipastikan akan membagikan foto-foto buku bacaannya. Namun di tahun-tahun lalu, belum muncul dan marak istilah bookstagram. Jadilah postingan buku itu sekadar bagian dari konten lain yang ditampilkan. 

Seiring dengan munculnya banyak peminat, bookstagram pun menjadi istilah yang familier bagi pencinta buku.

Baca juga: Memang, Selera Ngopi Tak Bisa Diperdebatkan


Manfaat Bookstagram

Memiliki akun khusus tentang buku, artinya kita menempatkan diri di lingkaran perbukuan. Dengan begitu, dapat saling bertukar aneka informasi terkait buku dengan bookstagrammer lainnya. Baik terkait dengan judul buku yang direkomendasikan, informasi toko buku, perpustakaan, atau taman bacaan di berbagai daerah, baik di tingkat nasional maupun internasional. Selain dengan pemilik akun lain, booksgrammer juga dapat berjejaring dengan penulis, editor, penerbit, pustakawan, agensi penulisan, blogger, atau perusahaan-perusahaan yang menerbitkan buku untuk event tertentu. 

Kebiasaan membaca yang sebelumnya "hanya kalau ingat saja" atau "sesantai mungkin" akhirnya pelan-pelan akan berubah. Mau tak mau jika sudah memutuskan membuat akun bookstagram, hukumnya wajib untuk upload foto secara berkala yang artinya ya kudu baca secara berkala juga. Maka terjadilah peningkatan skill dalam membaca.

Skill atau keterampilan lain yang ikut meningkat adalah soal pengemasan foto atau video. Seiring waktu, keinginan untuk lebih "pinter" dalam membuat foto atau video yang ciamik pasti datang. Ngaak akan berhenti pada kemampuan yang segitu-gitu aja.

Keterampilan menulis bagaimana? So pasti dibutuhkan. Meski instagram adalah aplikasi yang lebih menonjolkan gambar, namun caption atau keterangan foto yang baik dan tepat akan menjadikan foto yang kita unggah menimbulkan impresi yang kuat. 

Baca juga: Tetangga Kok Gitu, Kumpulan Catatan tentang Tetangga ala Annie Nugraha

Nah, satu hal yang barangkali sedikit rumit bagi generasi jadul adalah keterampilan dan kemampuan dalam meningkatkan performa akun. Bagaimana meningkatkan jumlah follower, meningkatkan engagement, bagaimana agar konten kita bermanfaat sehingga dibagikan oleh orang lain.

Yang terakhir, yang menjadi salah satu alasan bookstagram berkembang pesat adalah karena kontennya dapat dijual. Caranya? Ya dengan menayangkan buku-buku baru yang membutuhkan promosi. Jadilah hobi yang dibayar Asyik kan? 

Oke, sudah siap untuk menjadi bookstagrammer


Yuk, ikuti langkah-langkahnya.

1. Membuat akun

Yang pertama dan utama tentu saja adalah memiliki akun instagram. Disarankan untuk membuat username yang mengarah ke "buku". Kalau tidak, bisa diperjelas di bio profil. Buat sejelas mungkin agar pengunjung mengetahui kalau akun tersebut memang khusus untuk reviu buku. 

2. Memilih gaya dan tema

Apakah kita suka gaya yang sederhana atau semarak? Apakah kita mau feed kita warna-warni atau pastel atau monokrom? Meski konon orang lebih menyukai warna kalem, sah-sah saja kalau mau tabrak warna.

3. Menyiapkan foto beserta narasinya

Pilih foto yang dianggap paling tepat, sertakan narasi yang mendukung, jangan lupa menuliskan tagar untuk memperluas jangkauan. Kalau memungkinkan tag penulis dan penerbitnya.

4. Konsisten yaaa ....

Konsistensi menjadi hal yang penting untuk yang nyemplung di dunia media sosial. Jika kesanggupannya hanya dua atau tiga hari sekali posting, lakukan itu. Kalau bisa sigap, dua kali sehari, lakukan juga. Lakukan sesuai kemampuan, dan konsisten dengan jadwal yang sudah dibuat. 

Baca juga: Hari Buku Nasional dan Upaya Kembali Membaca


Aneka Tips 

Kapan hari, dalam sebuah grup penulisan yang kuikuti, ada sebuah pertanyaan. Begini, "Mungkin nggak mau jadi penulis tapi malas baca? Saya ingin menulis, tapi nggak pengin baca."

Sungguh sebuah pertanyaan yang nganu 😁

Bagi orang yang gemar baca, tak ada kewajiban untuk menulis. Tapi, bagi orang yang mau jadi penulis, tentu saja membaca itu hukumnya wajib. Kenapa? Panjang ah, di lain kesempatan saja ceritanya 😜

1. Menjadikan membaca sebagai kegemaran

Kalau memutuskan memiliki akun bookstagram, sudah pasti harus punya kemauan membaca. Di masa kini, reviu, resensi, sinopsi, dapat dengan mudah kita temukan dengan menuliskan kata kunci di mesin pencari. Copas, selesai. Tidak demikian halnya bagi mereka yang memang gemar membaca. Ada hal yang unik dan khas yang bisa dituliskan oleh orang yang membaca langsung sebuah buku dibandingkan mereka yang bersandar pada kemudahan.

2. Memiliki kemampuan mengolah gambar dan video

Meski tak terampil-terampil amat, kemampuan dasar memotret dan editing foto wajib dimiliki pemilik akun bookstagram. Saat ini sudah sangat dipermudah dengan aneka pilihan aplikasi editing.

3. Meningkatkan kemampuan menulis

Sekali lagi, meski instagram adalah aplikasi yang menonjolkan gambar, bukan berarti mengabaikan kualitas tulisan. Maka perlu untuk selalu berusaha meningkatkan kemampuan menulis, dalam hal ini membuat reviu buku. 

Baca juga: Mengenal Willem van Gogh lewat Novel Lust for Life

4. Menjaga kreativitas 

Ada hal-hal standar yang bisa kita temukan dari banyak referensi. Namun itu semua tak akan "hidup" jika kita tak memiliki kreativitas. Ide-ide segar akan selalu dibutuhkan. Termasuk juga peka terhadap perkembangan dan mengolahnya menjadi sesuatu yang khas-nya kita.

5. Bergabung dengan komunitas buku

Tak segan untuk bergabung dengan komunitas-komunitas buku

Yang selama ini sering nyumput atau ngumpet, saatnya untuk keluar dari persembunyian. Bisa jadi akan ada temuan dan hal-hal menarik yang dapat dijadikan sumber inspirasi sekaligus menjalin pertemanan baru di dunia buku. 

6. Aktif di media sosial

Ini nyambung dengan soal konsistensi. Kalau media sosialnya saja aktifnya hanya saat lagi mood, ya bisa jadi nggak bakalan konsisten postingannya. Selain itu keaktfan dibutuhkan untuk pasang mata, ada event buku apa saja yang tengah berlangsung. Atau ada kesempatan mengikuti tantangan dari akun-akun buku besar yang sayang jika dilewatskan. Untuk menjadikan akun kita hidup, jangan lupa juga untuk aktif berkomentar di akun-akun konten buku. Dan jika klop, jadilah follower-nya. 

Cukup lengkap kan? Gimana, masih akan lanjut bikin akun bookstagram? Aku sih, iya. Untuk tahap awal, mengumpulkan beberapa buku lama yang sudah dibuat reviu. Berikutnya baru lanjut dengan buku-buku baru. Semoga bisa konsisten 😉 Bagaimana dengan blog? Masih dong. Masih akan menuliskan reviu buku di blog, meski untuk tulisan blog-ku mah nggak akan sedetail Mbak Annie, travel blogger yang juga book reviewer. Yang kalau baca tulisannya berasa bisa sambil santai di pinggir pantai 😍 

Baca juga: Sequoia, Catatan Seorang Lelaki untuk Anaknya

Jadi, sampai ketemu di akun instagram khusus buku dan tentu saja di blog ini. Semoga nggak terlalu lama. Kalau kelamaan, curiga batal 😂😂😂

 

2 comments

  1. Aku juga loh pengen punya akun khusus bookstagram. Jadi tidak nyampur dengan yang ada sekarang. Tapi gegara mikirin sempat atau mampu gak ya ngelolanya, rencana ini jadi mundur-mundur terus hahahaha. Dasar.

    BTW makasih untuk compliment dan backlinknya ya Mbak Dhenok. Semoga berkah untuk kita semua.

    ReplyDelete
  2. bikin, mbak. kan udah banyak di blog. tinggal mindahin versi pendeknya aja. sayang, fotonya bagus-baguuuuuusssss. aku mah motretna saaya-aya. yang penting ada ruang sendiri dulu aja deh. dan buat menyemangati diri sendiri :)

    ReplyDelete