Midnight in Paris, Komedi Fantasi ala Woody Allen

Awalnya aku tak berharap banyak dari film ini. Seperti biasa, aku nonton tanpa diawali dengan mencari referensi. Dalam bayanganku, ya, Owen Wilson dan Rachel McAdams-lah, biasanya tampil dalam film-film manis seperti beberapa film mereka yang pernah kutonton. Tak tahunya, Midnight in Paris ini film unik. Setelah beberapa lama baru engah, sutradaranya adalah Woody Allen, yang dikenal dengan film-filmnya yang nyleneh.  



Baca juga: Film Mafia yang Perlu Dipilih sebagai Teman Bermalam Minggu 

Midnight in Paris mengusung genre drama komedi fantasi. Pada 2012, film ini memenangkan Oscar untuk kategori Best Original Screenplay. Dan menjadi nominator untuk kategori Best Motion Picture of the Year, Best Achievement in Directing, dan Best Achievement in Art Direction.


Sinopsis

Gil Pender (Owen Wilson) dan Inez (Rachel McAdams) adalah sepasang kekasih yang tengah berlibur ke Paris. Gil yang adalah seorang penulis naskah, selain mengikuti ajakan kekasihnya yang menemani orang tuanya, juga karena sedang jenuh berjibaku dengan novelnya. Baru kali pertama mengunjungi Paris, telah membuatnya jatuh cinta pada kota tersebut. Lalu dengan impulsif ia mengajak Inez tinggal di kota itu kelak setelah mereka menikah. Sayangnya Inez tak suka dengan ide tersebut.

Mulailah terjadi ketidaksinkronan di antara mereka berdua. Terlebih saat bergabung dengan teman-teman Inez, Paul dan Carol, yang komentar-komentarnya sering ditanggapi Gil dengan sengit. Kemudian, tibalah ia pada hari itu. 

Sebuah malam, saat Gil dan Inez mendatangi acara wine-tasting. Saat pulang, Inez dan teman-temannya masih ingin melanjutkan menikmati malam. Gil memutuskan kembali lebih dulu ke hotel dengan berjalan kaki. Dengan setengah mabuk, Gil kesulitan menemukan jalan menuju penginapan. Ia memutuskan diam sejenak di sebuah sudut kota, di bawah jam yang dipajang nun di atas bangunan. 

Memasuki tengah malam, sebuah mobil keluaran era 1920-an berhenti di depannya. Terlihat ada beberapa orang dalam mobil tersebut. Mereka menawari Gil untuk bergabung. Awalnya laki-laki itu ragu, tapi, ya, "kenapa tidak?" Maka ia pun bergabung dengan mobil yang bergerak menuju sebuah pesta.

Dalam pesta, Gil berjumpa dengan para seniman dan sastrawan Prancis di masa lalu, seperti Zelda dan Scott Fitzgerald, Cole Porter, dan Jean Cocteau. Sosok-sosok yang membuat Gil terbengong-bengong. Tak selesai di situ. Zelda dan Scott mengajaknya ke kafe lain dan mempertemukan Gil dengan  Ernest Hemingway, yang memicu Gil menceritakan soal novelnya yang menemui jalan buntu. 

Baca juga: The Intouchable, Film yang Hangat tentang Relasi Manusia

Malam berikutnya, Gil mencari cara untuk bisa kembali ke lokasi yang sama, untuk bisa mengulangi petualangannya. Kali ini, di dalam mobil yang sama sudah ada Hemingway di dalamnya. Penulis itu mengajak Gil menemui Gertrude Stein, yang akan mereviu novelnya. Di tempat Stein, Gil terpikat oleh kekasih Pablo Picasso, Adriana.

Baiklah, itu pengantar saja untuk runtutan peristiwa ajaib yang dialami Gil. Tontonlah sendiri untuk kelanjutannya. Kalau kuceritakan lengkap, film ini tak akan menarik lagi. Karena kejutan-kejutannyalah yang sebetulnya seru. Terutama bagi penggemar buku, musik, film, ada euforia tertentu setiap kali melihat sosok-sosok legenda itu muncul dalam adegan.


Film dengan Open Ending

Sebagai orang yang paspor aja nggak punya, aku senang mengamati detail kota-kota di belahan dunia lain yang ditampilkan dalam film. Dan menyenangkan sekali nonton film ini, yang menunjukkan detail Paris mulai pagi hingga malam hari; saat langit benderang atau berhujan. Tak terkecuali bangunan-bangunannya yang dikenal dunia, seperti Menara Eiffel, Museum Lovre, Monumen Arc de Triomphe. Bahkan Sungai Seine juga tampil dalam wujud yang berbeda. Itu ya, yang dibilang orang bahwa Paris adalah kota yang romantis ... 

Selain gambaran kekinian, film ini juga sukses membawa kita berkelana ke Paris di masa lalu. Dengan nuansa klasiknya tentu saja.  

Dari sisi permainan para pemeran, menurutku sih, tak istimewa. Owen Wilson dan Rachel McAdams, ya, begitu saja. Tak buruk tapi juga tak istimewa. Memang yang menjadikan film ini istimewa adalah ide ceritanya. Ah, ya, dan akhir yang "open ending". Akhir cerita yang membuat penontonnya bertanya-tanya, adegan-adegan itu nyata atau hanya dalam khayalan Gil? Atau, penonton bahkan dibebaskan untuk membuat kesimpulan sendiri.  

Baca juga: Serendipity, tentang Menemukan Pasangan dan Takdir


Judul film: Midnight in Paris

Sutradara: Woody Allen

Pemeran: Owen Wilson, Rachel McAdams, Marion Cotillard, Lea Seydoux

Produksi: 2011

No comments