Berhati-hatilah dengan Siapa Kamu Bercinta

Beberapa waktu lalu, bersliweran foto Keanu Reeves di jejaring media sosial. Dalam foto itu dijelaskan betapa sopannya seorang Keanu. Di kalangan peminat laku spiritual, hal itu menjadi bahan diskusi. Tentang bagaimana energi spiritual bekerja. Bahwa energi dapat terpindahkan, tertransfer, dari satu tubuh ke tubuh yang lainnya. Persentuhan sekadarnya saja dapat terjadi transfer energi, terlebih jika sampai terjadi hubungan seksual. Itu menjadi semacam shortcut, transfer langsung tanpa tertunda. Maka pesannya kemudian: berhati-hatilah dengan siapa kamu bercinta.



Baca juga: Cancer New Moon dan Olah Batin saat Purnama

Sosok Keanu Reeves telah lama menjadi sorotan untuk hal kebaikan. Soal ia yang tak hirau dengan popularitasnya, tetap menggunakan angkutan umum, atau soal ia yang bermurah hati menyisihkan bayarannya untuk para stuntman, atau ia yang juga menyisihkan sebagian besarnya uangnya untuk yayasan yang mengelola penelitian soal kanker. Tapi bahasan yang kali ini berbeda, soal ia yang --terlihat dalam foto-foto tersebut-- menjaga jarak terhadap para perempuan yang bersamanya. Dalam hal ini mereka bukan perempuan yang berelasi dekat dengannya, tampak seperti para penggemarnya saja. 

Sebagai orang yang meyakini perkara energi spiritual, aku coba tuliskan kembali hal-hal yang pernah menjadi bahan diskusi, pun informasi dari sumber-sumber lainnya. 


Seks, Tantra, dan Pengalaman Orgasme


Pengertian seks dan bercinta dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia:

Seks: 1/ jenis kelamin; 2/ hal yang berhubungan dengan alat kelamin, seperti sanggama; 3/ berahi

Bercinta: menaruh (rasa) cinta, bersanggama atau bersetubuh


Jika mengacu kepada istilah, seolah seks merupakan semata kegiatan mekanistis. Pertemuan dua kelamin. Namun bagi makhluk yang berbudaya, seks dan aktivitas bercinta bukanlah sesuatu yang mekanistis belaka. Bukan sekadar aktivitas saling menyentuh, saling mencumbu, yang berujung pada persanggamaan. Ada dimensi spiritual dalam seks. Dan seks diyakini dapat menjadi jalan untuk mencapai pengalaman spiritual.

Dulu, tema ini terasa asing buatku. Selain minim pengalaman, juga referensiku sama sekali tak berkelindan dengan bahasan tersebut. Dalam novelnya, DaVinci Code, Dan Brown menceritakan soal ritual suci sekte agama pada masa lampau. Digambarkan bagaimana para penganut sekte tersebut menjalankan ritual keagamaan dengan melakukan hubungan intim. Dalam ceritanya, Brown menyebutkan bahwa orgasme merupakan titik ekstase terdekat pengalaman manusia untuk menyatu dengan Tuhannya. Ketika itu, bahasan tersebut sama sekali tak bisa kupahami. Belakangan hari, aku mulai bisa mengerti yang terceritakan --salah satunya-- dalam novel tersebut.

Di antaranya yang kupelajari adalah yang dituliskan I Ketut Sandhika dalam bukunya, Tantra. Kata ini saja sudah mendapatkan banyak tafsir. Istilah yang acapkali dianggap sebagai erotisme, ajaran tentang teknik bercinta. Sering disandingkan dengan dengan istilah Kamasutra. Sayangnya, memang banyak yang memanfaatkan istilah ini. Coba cek saja kata kunci "tantra" dan "orgasme", maka akan muncul bejibun artikel tentang pemuasan seksual dengan teknik tantra. Padahal, sesungguhnya tidaklah demikian. 

Tantra, sejatinya merupakan pembebasan diri dari belenggu duniawi. Pada masa lalu, ilmu Tantra sangat dirasahasiakan untuk menghindari persepsi dan penyalahgunaan. Pembelajarannya dilakukan secara tertutup dan secara turun temurun. 

Baca juga: Berkenalan dengan Laku Spiritual melalui Buku Tantra

Terkait dengan seksualitas, catatan yang kutemukan dalam buku Tantra ini adalah perihal penyatuan spirit. Dalam jagad kecil, tubuh kita ini, ada energi butha dan energi ilahi. Dengan teknik tertentu yang bisa dipelajari, dapat terjadi penyatuan. Itulah penggambaran seks dalam Tantra yang sesungguhnya. Persanggamaan batin yang memunculkan orgasme, kedekatan, penyatuan dalam kerangka keilahian. 

Perihal penyatuan spirit ini bukan hanya dilakoni para tantrik (pelaku tantra), namun siapa saja yang menjalani laku spiritual. Beberapa waktu lalu, dalam sebuah diskusi kecil dengan seorang kawan, tercetus bahasan tersebut. Tanpa kau bertanya dan mengulik kehidupan pribadinya, ia bercerita bahwa ia sudah mengalami orgasme dalam perspektif energi tersebut. "Dulu, aku suka bercinta. Tidak dengan bapaknya anak-anak, karena kami memang sudah tak pernah melakukannya. Ya, aku berhubungan dengan beberapa orang, karena aku memang suka seks. Tapi itu dulu. Setelah rutin menjalani meditasi, aku sudah tak membutuhkan lagi aktivitas seks untuk mendapatkan orgasme." Begitu lebih kurang cerita si kawan. 


Seks dan Pertukaran Energi

Setiap interaksi manusia memberikan dampak kepada jiwa. Ada energi yang dilibatkan. Termasuk dalam hubungan seksual. Sejauh ini, memang belum ada penelitian yang serius mendalami bahasan tentang pertukaran energi seksual, namun dapat diterapkan sesuai logika yang berlaku. Bagi banyak orang yang sensitif, keberadaan orang lain di sekitar dapat memberikan sensasi energi tertentu. Pada banyak kasus, ini bukan hal yang baik. Sering disebut residu emosional. Maka bagi yang memiliki tingkat sensivitas ekstra kuat disarankan untuk belajar melakukan blocking agar tak terpengaruhi oleh residu emosional yang disumbangkan oleh orang-orang di sekitar. Nah, mereka yang tak bersentuhan langsung saja dapat memberikan dampak yang begitu besar, apalagi jika terjadi kontak fisik. Terlebih lagi jika kontak fisik tersebut berupa pertemuan organ genital. 

"Itu seperti kita memasukkan USB ke perangkat elektronik orang lain. Berbagai virus yang ada di perangkat tersebut bisa ikut tertransfer. Hal-hal yang tak kita kehendaki, bisa ikut terpisahkan." Demikian lebih kurang kata Henri Johan, seorang praktisi hipnoterapi asal Pekalongan. 

Seorang psikolog klinis, Carla Manly, menyebutkan bahwa para peneliti dari Universitas Stanford menyimpulkan emosi sangat mungkin ditransfer. Maka yang disarankan adalah mengatur emosi diri sendiri dan mulai dengan serius memilih lingkungan untuk kita beraktivitas.

Baca juga: Empati dan Seni Berkomunikasi

Seorang terapis seks di Amerika Serikat, Lena Elkhatib, mengingatkan juga tentang pentingnya kesadaran. Bahwa dalam sebuah hubungan seksual dibutuhkan kesadaran diri dalam menuangkan energi dalam bentuk perhatian, penerimaan, intensionalitas, yang diselaraskan dengan tubuh, emosi, dan pasangan. Disebutkannya, terlepas dari apa keyakinan spiritual kitaa, tingkat kesadaran diri ini dapat mengarah pada keselarasan seksual yang lebih besar. Dapat dikatakan, hal yang sebaliknya sangat mungkin terjadi. Ketidakselarasan yang muncul sebagai akibat pemaksaan oleh kehendak tubuh yang menyerah kepada naluri hewani semata. 

"Melakukan hubungan seks dengan sembarang orang, berpeluang untuk mengundang energi-energi negatif ikut terlibat. Marah, malu, benci, kecewa, sakit hati, dan hal-hal lain yang sedang disandang oleh si pemilik tubuh. Akhirnya hal-hal negatif itu pun menempel dan menjadi bagian dari diri kita. Termasuk di dalamnya adalah karma." Begitu tambahan dari Henri Johan. 

Ia juga mencontohkan, energi tubuh orang yang sering berganti cenderung kacau. Kekacauan tersebut jika terus bertumpuk akan terakumulasi dan termanifestasi dalam berbagai bentuk penyakit fisik. 

Seks merupakan ritual pertukaran energi, pikiran, emosi, dan jiwa. Berhati-hatilah.

Kalangan rohaniwan mengingatkan tentang berhubungan seks dengan pasangan yang sah. Pasangan yang terikat dalam pernikahan. Pertimbangannya, karena pasangan menikah terikat oleh janji sehidup semati, bersetia sampai akhir. Jadi, kalaupun ada pertukaran energi yang tak semestinya, toh sebagai pasangan mereka bersepakat untuk saling membangun. 

Baca juga: Doa, Meditasi, dan Vibrasi Energi

Aku sendiri, secara pribadi tak terpaku pada aturan normatif. Bukan soal "pasangan resmi" atau "pasangan menikah". Namun intinya lebih pada memilih orang yang tepat, yang dipercaya mampu saling menjaga, saling mengisi ulang energi, saling menyembuhkan, dan menambahkan semangat, bukan sekadar orang dikenal selewat saja. Ini merupakan bagian dari tanggung jawab kita untuk menjaga energi kehidupan, baik bagi kita sendiri maupun segenap semesta beserta isinya. Semoga kita dimampukan untuk melakukannya. Namaste

No comments