Perbedaan Darah Rendah dan Kurang Darah

Suatu ketika, saat pulang ke kampung halaman, aku mengalami sakit kepala hebat. Kukatakan kepada keluarga, kemungkinan tensiku ngedrop. Bisa jadi karena terlalu lelah, perjalanan 13 jam dari Bandung, lantas langsung datang ke acara. Tanpa jeda. Beberapa saudara panik, menyebut-nyebut soal transfusi darah. Bah! Membayangkannya saja sudah seram. Tapi, kuingatkan ke mereka, aku (kemungkinan) sedang ngedrop tensinya. Bukan kurang darah. Lupa persisnya saat itu eksekusinya seperti apa. Sepertinya sih, hanya istirahat dan makan daging merah. Lupa. Namun satu, hal, hingga kini masih banyak kudapati banyak orang yang sulit membedakan darah rendah dan kurang darah.  


Baca juga: Mindfulness dan Upaya Mengatasi GERD

Bertahun sebelumnya, memang, pernah ada kejadian Bapak yang harus mendapatkan transfusi darah karena HB yang ngedrop. Nah, mungkin pengalaman itu yang menjadi acuan keluargaku di kampung halaman yang notabene tak banyak bersentuhan dengan informasi yang detail soal kesehatan. Yang terjadi saat itu Bapak perlu transfusi, menginap beberapa hari di rumah sakit, dan selama kurun beberapa waktu melakukan kontrol rutin. 

Teringatkan bahasan ini karena baru menemukan catatan jadul, saat mengelola program kesehatan selagi masih gawe di radio. Kapan hari kebetulan sempat berbagi cerita tentang pengalamanku yang selalu ditolak untuk mendonorkan darah karena: tensi rendah, HB rendah, BB rendah. Baiklah, untuk kembali mengingatkan diri sendiri, kutuliskan kembali catatan soal darah rendah dan kurang darah ini.


Tekanan Darah Rendah 

Seseorang dikatakan mengalami tekanan darah rendah jika angka pengukur tensi menunjukkan 90/60 mmHg atau kurang. Gejala tiap orang berbeda-beda. Seperti yang kualami, sangat lelah, mendadak pusing, mual. Ada yang hingga mengalami pingsan. Tapi, tak sedikit --dan kurasa ini bisa lebih berbahaya-- yang tanpa gejala. 

Hipotensi bisa dialami orang dari berbagai usia. Namun ada kekhasan tertentu yang muncul sebagai serangan darah rendah. Mengutip situs kementerian kesehatan, ada 4 jenis serangan darah rendah:

Hipotensi Ortotastik

Serangan ini terjadi saat seseorang tiba-tiba berdiri dari posisi duduk, jongkok, atau berbaring. Kondisi ini pada umumnya dialami oleh kalangan lansia, tapi tak tertutup kemungkinan menyerah dewasa muda dan anak-anak.

Hipotensi Posprandial

Gejalanya mirip dengan hipotensi ortotastik. Bedanya, serangan terjadi pada kisaran 1-2 jam setelah makan. Dugaannya, aliran darah lebih banyak mengalir ke saluran cerna untuk mendukung proses pencernaan. Kondisi ini sering dialami kaum lansia.

Hipotensi Akut

Serangan hipotensi terjadi secara mendadak, misalnya kondisi syok. Saat berada dalam kondisi syok, tekanan darah turun secara tiba-tiba ke tingkat yang sangat rendah. Akibatnya, otak dan organ tubuh lainnya tidak mendapatkan asupan darah yang cukup sehingga fungsinya tak bisa optimal.

Hipotensi Vasovagal

Hipotensi ini terjadi ketika sistem saraf merangsang pembuluh darah untuk menurunkan tekanannya. Serangan ini terjadi saat seseorang berdiri terlalu lama atau kelelahan saat menjalankan sebuah aktivitas. Gejalanya berupa keringat dingin, pusing, hingga pingsan. Hipotensi vasovagal menyerang kalangan anak-anak hingga dewasa muda. 

Yang terakhir ini mengingatkanku pada masa sekolah. Ada beberapa kawan yang menjadi langganan pingsan saat mengikuti upacara bendera. Hal itu menjadi bahan ledekan di antara teman-teman. Dibully, istilah yang banyak dipakai di masa kini. Mengingat peristiwa itu, di masa sekarang jadi bertanya-tanya, "kenapa guru kok nggak waspada, ya?". Jika siswa memiliki kecenderungan itu, mungkin sebaiknya dibebaskan dari kewajiban mengikuti upacara. Atau ditempatkan di posisi teduh. Atau, kalau tak sanggup berdiri, disediakan kursi. Tentu saja acuannya adalah bahwa upacara merupakan salah satu cara melatih kedisiplinan. La, tapi kalau jadinya celaka, bagaimana? Ah, semoga di masa kini, para guru dan pembimbing sekolah lebih peka terhadap kondisi kesehatan para siswa.   

Tekanan darah rendah atau hipotensi ini bisa disebabkan oleh banyak faktor, di antaranya keturunan, adanya infeksi, perdarahan, kehamilan, dehidrasi, gangguan jantung. Konsumsi obat tertentu juga berpotensi menjadi penyebab hipotensi. 

Baca juga: Berdamai dengan Inner Child

Untuk menghindarkan diri gangguan kesehatan yang lebih jauh akibat hipotensi, seperti gangguan hingga serangan jantung, stroke, gangguan ginjal, dan gejala penyakit lain, ada beberapa upaya dan pembiasaan yang bisa dilakukan.

  1. Konsumsi air putih lebih banyak
  2. Konsumsi makanan bergizi, terutama yang mengandung garam atau natrium
  3. Hindari mengubah posisi tubuh secara mendadak
  4. Hindari/kurangi konsumsi alkohol
  5. Konsumsi secangkir kopi pada pagi hari
  6. Berolahraga secara teratur


Kurang Darah

Kurang darah adalah istilah awam untuk menyebutkan keadaan anemia yaitu kadar hemoglobin (HB) darah yang rendah atau kurang dari normal. Saat ikut mengelola media internal Kementerian Kesehatan, aku menjumpai catatan tentang banyaknya temuan di lapangan terkait anak-anak remaja yang mengalami anemia. Sampai kemudian ada program pemberian tablet khusus tambah darah, terutama untuk para remaja putri. Urusan parenting juga perlu banyak menyinggung perihal kesehatan anak-anak, ya, selain hal-hal penting lain terkait interaksi orang tua dan anak. Bisa coba cek catatan Mbak Eny soal parenting di Malang yang menceritakan soal Sekolah Parenting Harum.

Hemoglobin terdapat pada sel darah merah (eritrosit) yang berfungsi untuk membawa oksigen ke seluruh organ tubuh. Oleh karena itu seseorang kurang darah (anemia) akan mengeluh lemah (fatique) karena oksigen yang ke jaringan dan organ tubuh berkurang. Penyebab paling umum anemia adalah kekurangan zat besi. Dan perempuan memiliki risiko anemia lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Hal ini dikarenakan setiap bulannya perempuan kehilangan darah pada saat menstruasi dan harus memproduksi banyak darah. Sayangnya, kebanyakan perempuan tidak menyadari bahwa dirinya mengalami anemia hingga menjalani tes darah seperti pada waktu donor darah atau tes darah lengkap. 

Namun, ada cara yang dipercaya cukup signifikan dalam mencegah anemia. Yaitu diet ketat zat besi. Salah satu makanan tinggi zat besi adalah daging dan sayuran hijau. Dan perlu diingat kalau tannin dalam teh dapat menghambat penyerapan zat besi di usus. Oleh karena itu, sebaiknya tidak meminum teh sehabis makan daging.

Vitamin C juga memiliki efek yang bagus untuk penyerapan zat besi. Satu porsi steak daging dengan segelas jus jeruk merupakan kombinasi yang bagus untuk mencegah anemia.

Patokan ukuran hemoglobin, untuk laki-laki (13,8 - 17,2 mg/dL) dan perempuan (12,1 - 15,1 mg/dL). 

Baca juga: Ngeblog untuk Bantu Cegah Stres


Tanda-tanda anemia

  • Mata berkunang-kunang
  • Gampang mengantuk
  • Pucat
  • Lemah, letih, lesu
  • Lidah, bibir, kuku pucat
  • Wajah pucat


Penyebab anemia

  • Kekurangan nutrisi (terutama yang mengandung zat besi, protein, dan asam folat)
  • Kehilangan darah atau mengalami perdarahan
  • Penyakit kronis, misalnya TBC, cacingan


Penatalaksanaan anemia

  • Istirahat dan batasi aktivitas
  • Meningkatkan asupan nutrisi terutama yang mengandung zat besi/Fe, protein, dan asam folat
  • Transfusi


Nutrisi untuk penderita anemia

  • Nutrisi adalah makanan yang mengandung cukup nilai gizi dan tenaga untuk perkembangan dan pemeliharaan kesehatan secara optimal
  • Makanan yang dianjurkan bagi penderita anemia adalah yang mengandung:

    1. Zat besi (Fe), seperti hati dan daging sapi, kuning telur, buah-buahan yang dikeringkan    (misal: kismis), sayur-sayuran yang berwarna hijau (kangkung, daun katuk, daun ubi jalar, bayam, daun singkong, kacang buncis, kacang panjang, dll.)
    2. Asam folat, seperti hati sapi, jamur, pisang, apel
    3. Protein, seperti telur, susu, tahu, tempe, kacang-kacangan


Kalau mengeja deretan nutrisi yang perlu dipenuhi bagi penderita anemia, terlihat menyenangkan, ya? Ketika penderita gangguan kesehatan lainnya harus mengerem konsumsi daging, penderita anemia malah disarankan. Gampang, kan, sebetulnya? Yuk, sehat, yuk! 

Baca juga: Pola Hidup Sehat untuk Cegah Diabetes dan Virus Korona

Jadi, demikianlah sekilas menjawab seringnya kekeliruan soal "darah rendah dan kurang darah". Secara sederhana mungkin bisa dibedakan bahwa "tekanan darah rendah" yaitu tekanan darah dalam pembuluh darah yang berkurang sedangkan "darah rendah" yaitu zat dalam darah itu sendiri berkurang. Belum kutemukan informasi tentang kecenderungan orang dengan tensi rendah apakah juga bermasalah dengan HB. 


No comments