Orang yang lahir atau siapa pun yang tinggal di kawasan Jawa Barat wajib kenal nama ini. Solihin GP. Nama lengkapnya Solihin Gautama Purwanegara, dengan pangkat terakhir Letnan Jenderal (Purn.). Mantan perwira Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang pernah menjabat sebagai Gubernur Jawa Barat ini dikabarkan berpulang pada hari ini, Selasa, 5 Maret 2024, pukul 3 pagi di RS Advent Bandung. Sosok yang akrab dipanggil Mang Ihin ini meninggal dunia pada usia 97 tahun.
Baca juga: Mengunjungi Makam KAR Bosscha
Aku tahu namanya saat nyemplung ke dunia media. Sebagai tokoh nasional sosoknya sudah pasti wara-wiri di media massa. Namanya beririsan juga dalam urusan musik. Ketika menyebut Nicky Astria, muncul komentar: mantunya Mang Ihin (meski kemudian mereka berpisah). Namanya kembali jadi perbincangan di kelompok kecil yang aku sempat bergabung; kelompok yang sedang mengusung sepasang nama untuk maju dalam pemilihan Walikota-Wakil Walikota Bandung. Mang Ihin menjadi salah satu tokoh, sesepuh yang akan mereka sowani, seperti kebiasaan para calon pejabat dan mereka yang berkiprah urusan politik di wilayah Jawa Barat. Sebelumnya, nama ini juga muncul di wilayah yang agak personal, obrolan dengan kawan di komunitas kucing. Dua kawan yang adalah keponakan dari Pak Jendral.
Mang Ihin, Sosok yang Dekat dengan Keluarga
Wa Ihin itu sangat generous dan loyal sama keluarga. Wejangannya selalu buat kami yang muda untuk selalu jaga silaturahmi dan saling membantu.
Begitu kata Teh Lita Purwati. Keponakan Solihin GP yang tinggal di San Diego, California Selatan, Amerika Serikat ini menceritakan beberapa peristiwa di masa kecilnya. Salah satunya adalah saat pertemuan keluarga. Dalam kebersamaan dengan keluarga besar, baik agenda arisan atau pertemuan lainnya, biasanya ada acara lelang. Barang-barangnya dari donasi anggota keluarga. Hasilnya diberikan kepada anggota keluarga lain yang membutuhkan. Semacam beasiswa keluarga.
"Wa Ihin suka mimpin acara. Saya ingat, ada selendang yang dilelang. Ia peragakan pemakaian selendangnya, jalan-jalan sambil memandu lelang. Kami yang lihatnya ketawa-ketawa, tapi jadi semangat mau beli." Cerita mamak kocheng yang kupanggil Teh Ea ini. Ia menyampaikan ceritanya saat kusampaikan ucapan belasungkawa melalui messenger.
"Wa Ihin adalah klan keluarga Purwanegara yang terakhir. Sudah habis. Hanya tinggal sepupu-sepupu aja," tambah Teh Ea yang hanya bisa mengucapkan belasungkawa atas kepergian pamannya tersebut lewat telepon, tanpa bisa pulang ke tanah air.
Baca juga: Jelajah Taman Buru Sigit-Karembi
Mengenal Kiprah Mang Ihin
Foto: detik.com |
Solihin GP lahir di Tasikmalaya pada 21 Juli 1926. Sebagai anak yang datang dari kalangan menak, ia belajar di sekolah-sekolah favorit yaitu di Europeesche Lagere School (ELS) dan Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) Bogor. Berikutnya melanjutkan sekolah ketentaraan di Sekolah Staf Komando Angkatan Darat dan US Army Infantry School.
Mang Ihin ada di masa sekolah saat Jepang datang ke Indonesia. Ia yang tergerak untuk melawan penjajahan bergabung dengan wadah kesatuan pelajar, Tentara Pelajar. Begitu memasuki sekolah menengah tinggi, dia ikut turun berperang dengan membawa senapan.
Solihin mengawali karier militernya pada masa revolusi. Saat itu ia menjadi Komandan Tentara Keamanan Rakyat Kabupaten Bogor yang kemudian bergabung dengan Divisi Siliwangi. Usai masa perang, ia melanjutkan berdinas di TNI AD. Penugasan besarnya dimulai dengan menjabat sebagai Pangdam Hasanuddin di Makassar (1964-1968). Sepulangnya ke tanah Jawa, ia ditunjuk menjadi Gubernur Akabri (1968-1970). Dua tahun di akademi, Solihin GP didapuk sebagai Gubernur Jawa Barat (1970-1975). Setelahnya, ia ditarik Presiden Soeharto ke Jakarta untuk menempati posisi yang disebut-sebut sebagai masa paling lama ia bertugas, yaitu sebagai Sekretaris Pengendalian Operasional Pembangunan (Sesdalopbang/1977-1992). Mang Ihin juga berkiprah sebagai anggota Dewan Pertimbangan Agung dan anggota MPR.
Baca juga: Tujuh Bangunan Bersejarah di Bandung
Solihin dikenal turut memperjuangkan nasib petani. Saat menjadi gubernur Jawa Barat, ia menurunkan gagasannya yakni memasyarakatkan gogo rancah sebagai upaya mengatasi krisis pangan. Sistem pertanian ini memungkinkan penanaman padi di area dengan debit air terbatas. Sesepuh masyarakat Sunda ini ikut mengangkat nama Persib di kancah persepakbolaan di Jawa Barat dan Indonesia. Saat menjadi ketua umum Persib Bandung (1976-1985), ia menciptakan program pembinaan berkesinambungan bagi para pemain muda. Program inilah yang melahirkan pemain generasi emas Persib era 1980-an. Selain terus ikut memperhatikan perkembangan kebudayaan Sunda secara umum, Mang Ihin juga ambil peran khusus dalam mengawal kondisi lingkungan di Jawa Barat sesuai kearifan leluhur dan budaya Sunda. Ia ikut mendirikan Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda (DPKLTS).
Mang Ihin dimakamkan pada pukul 13.30 WIB di Taman Makam Pahlawan Cikutra Bandung. Pileuleuyan.
Baca juga: Menjajal Kuliner Khas Pasar Cihapit
Referensi: kompas, tempo, wikipedia
No comments