Lelaki Harimau, buku kedua Eka Kurniawan yang kubaca. Meski sudah bikin ternganga-nganga dengan buku pertamanya, Cantik Itu Luka, tetap saja cara bertutur Eka di buku keduanya ini membuatku takjub. Sebagai orang yang merasa tak mahir menulis fiksi, aku masih berusaha menemukan cara menulis yang pas. Merasa tertantang: mampukah aku menulis seliar itu dengan ramuan kata yang menyesatkan?
Aku membaca Lelaki Harimau saat sedang melakukan kunjungan ke Bali. Dan menyelesaikannya dengan cepat. Kurasa aku perlu mengejanya di kesempatan yang lain. Sayangnya buku yang kubaca adalah milik seorang kawan. Tampaknya perlu belanja untuk koleksi pribadi.
Sinopsis
Cerita diawali dengan sesuatu yang sangat gamblang, yakni peristiwa pembunuhan Anwar Sadat oleh Margio.
Senja ketika Margio membunuh Anwar Sadat, Kyai Jahro tengah masyuk dengan ikan-ikan di kolamnya, ditemani aroma asin yang terbang di antara batang kelapa, dan bunyi falseto laut, dan badai jinak merangkak di antara ganggang, dadap, dan semak lantana.
Kisah tersebut terjadi di sebuah desa. Kawasan dengan penduduk yang saling kenal satu sama lain. Tak ayal lagi, peristiwa pembunuhan itu langsung santer menjadi bahan pembicaraan. Sebagian besarnya mendengar itu serupa dongeng. "Apa iya Margio yang pendiam itu sanggup membunuh manusia?" Bukan hanya membunuh, kabar itu menyebutkan bahwa Anwar Sadat dibunuh dengan cara digigit urat lehernya hingga kepalanya nyaris putus.
Kronologi peristiwa disampaikan secara detail. Meski demikian, kisah tak dipaparkan secara linear, menggunakan alur bolak-balik.
Margio adalah sulung pernikahan Komar bin Syurb dan Nuraeni. Keseharian Margio tidak terlepas dari kekerasan ayahnya. Bukan hanya dia, ibu dan adik semata wayangnya tak luput dari perlakuan kasar Komar. Seumur hidup, Margio menyimpan marah terhadap ayahnya. Ia bahkan bicara ke semua orang bahwa suatu kali ia akan membunuh Komar. Demi menghindari segala kemarahan di benaknya, Margio memilih lebih banyak pergi dari rumah. Ia ikut berburu babi bersama Mayor Sadrah. Bahkan sang mayor menjadikannya anak buah andalan. Untuk tidurnya, Margio sering tidur di surau. Di masa inilah Margio menyadari ada harimau yang mengikutinya. Harimau berbulu putih itu konon peninggalan dari moyangnya dan kelak akan ditunrunkan padanya.
Baca juga: Lima Cerita, Saat Seorang Desi Anwar Berkisah
Perlakuan Komar yang kasar juga telah menjadikan Nuraeni setengah gila. Ia kerap berbicara dengan dengan alat dapur seperti panci dan kompor. Juga tanaman-tanaman yang ia biarkan memenuhi halaman rumah. Komar bukan lagi seseorang yang pernah ia damba selagi muda. Bahkan lelaki itu telah menjadi orang lain buatnya pada saat mereka menikah.
Adik Margio yang sepertinya tak terlalu terdampak, nyatanya mengalami traumanya sendiri. Ia kerap dihadapkan pada kekerasan seksual yang dilakukan Komar kepada ibunya. Ia menyimpan semuanya sendiri dalam kepalanya yang membuatnya tak lebih baik dari Nuraeni.
Ledakan akhirnya terjadi. Peristiwa tersebut diawali oleh kedekatan Nuraeni dengan Anwar Sadat. Nuraeni diminta untuk bekerja kepada keluarga tersebut, untuk memasak dan aneka pekerjaan rumah tangga lainnya. Ia yang tak pernah mendapatkan perlakuan layak dari Komar, terjebak oleh kepiawaian Anwar Sadat dalam memperlakukan perempuan. Nuraeni yang pendiam, pemalu, dan setengah gila itu mendadak merasakan kehidupan yang penuh warna. Ia berusaha mencari cara untuk bisa terus berada di rumah itu. Hingga akhirnya ia hamil.
Demi mendapati istri yang tak pernah digaulinya itu hamil, Komar pun marah besar. Dihajarnya istrinya habis-habisan. Sudah dapat diduga, bayi yang dikandung Nuraeni tidak selamat. Peristiwa itu menjadikannya makin gila.
Margio yang secara tak sengaja mengetahui kedekatan ibunya dan Anwar Sadat mulai menyiapkan rencana. Agak terganjal oleh kedekatannya dengan bungsu Anwar Sadat yang tulus mencintainya. Namun saat kesempatan datang, Margio mendatangi Anwar Sadat di rumahnya. Ia meminta lelaki itu menikahi ibunya. Anwar menolak dengan kalimat yang menyakiti hati Margio. Maka kemudian ia tahu betul apa yang harus dilakukannya: menggigit urat leher Anwar Sadat hingga nyaris putus. Gejolah nafsu harimau dalam tubuh Margio menemukan jalannya.
Baca juga: World without End, Kisah Percintaan Berlatar Sejarah Kelam Gereja Katolik
Buku Tipis yang "Menyesatkan"
Jika dibandingkan dengan Cantik Itu Luka, Lelaki Harimau terbilang pendek. Ceritanya pun lebih sederhana dibandingkan novel pertamanya yang sangat komplek baik dari sisi cerita, para tokoh, dan latar belakang yang membangun kisahnya itu. Namun buku ini cukup membuatku seolah tersesat dalam labirin: ini sesungguhnya cerita apa, sih?! Terasa terbawa oleh kegilaan Nuraeni, terpenjara amarah Margio, dan terperosok kepolosan adik Margio.
Buat yang tak menyukai hal-hal yang liar, barangkali ini bukan pilihan novel yang tepat. Cerita yang liar, pemilihan diksi yang liar, cara pemaparan yang liar. Tapi bagi yang gemar mengelenai cara para penulis bercerita, aku sendiri sangat merekomendasikan buku ini. Lewat caranya, Eka menyuguhkan sebuah konflik dalam rumah tangga, tentang kegilaan yang muncul akibat hubungan tanpa komunikasi yang baik, tentang perselingkungan yang sangat dimungkinkan muncul di antara mereka tak saling bisa mengendalikan diri, tentang trauma tak terpecahkan yang melahirkan banyak drama, tentang kekerasan akibat emosi yang terpendam. Campur aduk.
Eka tidak menyodorkan teka-teki. Sedari awal kita sudah disodori fakta tentang peristiwa pembunuhan yang melibatkan Margio. Eka tidak sedang bermain di ranah tema detektif. Ia hanya mengaduk emosi dan imajinasi pembacanya lewat permainan kata. Buatku sendiri, Eka sudah sangat sukses melakukannya.
Lelaki Harimau meraih penghargaan Book of the Year IKAPI 2015. Berikutnya pada 2016 mendapatkan Long List the Man Booker International Prize. Masih di tahun yang sama, buku ini diganjar Winner Ftioppenheimerfunds Emerging Voices Awards. Dua tahun kemudian, 2018 menerima Prince Clause Award. Novel ini telah dicetak dan diedarkan ke berbagai negara dalam bahasa Inggris, Prancis, Italia, Jerman, dan Korea. Pada 2024, konon penerbit akan kembali mencetak buku ini, kali ini dalam versi hard cover.
“Bukan aku yang melakukannya.” Margio membela diri. “Ada harimau di dalam tubuhku,” tandasnya.
Baca juga: Aleph, Kisah Perjalanan Menemukan Diri
Judul: Lelaki Harimau
Penulis: Eka Kurniawan
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Terbit: Cetakan kesembilan, September 2018
Tebal: 191 halaman
ISBN: 978-602-03-2465-4
No comments