Kesehatan Mental dan Fisik dari Tinjauan TCM dan Art Therapy sebagai Salah Satu Solusi

Ketertarikanku terhadap tema kesehatan mental membawaku ke tayangan iklan di berbagai media sosial. Tayangan-tayangan itu berisi promosi kelas-kelas berbayar terkait kesehatan mental. Betul-betul cepat sekali apa yang kita lakukan terpantau algoritma aneka platform di internet ini. Nah, salah satu sempat kujajal kelasnya adalah kelas Art Therapy yang digelar secara daring. Kelas ini bertujuan menjadi wadah belajar untuk ekspresi emosi dan pelepasan emosi yang sehat. Kebetulan saat ini aku juga tengah belajar akupunktur, yang menggunakan falsafah dasar Pengobatan Tradisional Tiongkok (Traditional Chinese Medicine/TCM).


Baca juga: Kesehatan Mental dalam Skala Hawkins

Aku baru tahu, ternyata cukup banyak platform yang juga menyelenggaran kelas serupa. Tapi algoritma mempertemukanku dengan kelas yang diampu oleh Konselor dan Energy Reader, Katherine Eka Laila. Begitulah, aku ikut kelas daringnya, dan ruang evaluasi dan konsultasi dibuka selama 14 hari ini grup whats app. 


Apa itu Art Therapy?

Sebelumnya, aku suka menggambar doodle ala-ala. Itu pun manual saja, belum sampai menggunakan aplikasi gambar, misalnya canva. Tak pernah belajar secara khusus soal teori coret-coret ini, termasuk jika dikaitkan dengan terapi kesehatan mental. Dulu, ini terhitung sering kulakukan. Sekadar karena ingin menggambar saja. Sementara buku mewarnai malah blas tak tersentuh. Niatnya belum bulat sepertinya buat mewarnai.  

Dalam kelas daring yang kuikuti, lebih kurang dijelaskan bahwa art therapy merupakan suatu bentuk psikoterapi yang menggunakan media seni sebagai sarana utama untuk membantu mengekspresikan diri dan memahami emosi untuk meningkatkan kesehatan mental. Terapi ini memudahkan kita dalam mengkomunikasikan emosi, melihat masalah dari sudut pandang yang berbeda, dan memahami diri dengan lebih baik. Beberapa persoalan yang dapat dibantu tangani antara lain peristiwa traumatis, stres berkepanjangan, kecanduan obat-obatan, gangguan mental, dan masalah perilaku pada anak.


Baca juga: Doodle sebagai Sarana Melatih Imajinasi


Dalam praktiknya, kelas-kelas art therapy menggunakan metode yang beragam. Misalnya penyaluran emosi dilakukan melalui musik, tulisan, tari, atau seni peran. Tentu saja dibutuhkan pendamping ahli atau konselor yang bertugas melakukan evaluasi dari proses yang dijalankan oleh tiap peserta. Karena yang dilihat dalam terapi ini bukanlah hasil akhir yang prima seperti lukisan yang bagus, suara yang indah, gerakan tari yang memesona, melainkan proses dari awal memulai hingga waktu terakhir yang ditentukan. 

Misalnya art therapy dilakukan dengan metode gambar. Peserta diminta untuk menggambar motif-motif tertentu yang memiliki makna masing-masing sesuai emosi yang tengah dirasakan. Seperti yang kuikuti di kelasnya Katherine Eka Laila, setelah pertemuan zoom lebih dari 2 jam, pendampingan dilakukan selama 2 minggu setelahnya. Peserta diminta untuk memotret gambar yang dibuat. Gambar pertama adalah motif sesuai dengan emosi yang sedang dialami saat melakukan coretan. Berapa pun motif yang bisa digambarkan. Tahap berikutnya adalah membuat pola baru--menimpa yang lama--yang dimaksudkan untuk mengatasi emosi yang sebelumnya. Gantinya tentunya yang lebih ceria, lebih positif. Corak lama kemungkinan besar tidak akan hilang, tetap terlihat mesti ditutupi. Hal itu menunjukkan bahwa jejak persoalan dalam hidup bisa jadi tetap ada, tapi kita sudah menyikapinya dengan cara yang berbeda. 

Baca juga: Stoikisme dan Upaya Melakoni Hidup Lebih Baik


Mengapa Kita Perlu Melepaskan Emosi?

Dalam TCM emosi merupakan salam satu penyebab penyakit fisik atau penyakit di tubuh kita. Emosi adalah energi yang bergerak. Saat ia tertahan, ia akan menjadi sumbatan, memadat dan akan menjadi pengganggu kesehatan, baik fisik maupun mental. Dengan emosi yang terjaga dan diatur pelepasannya, maka keseimbangan energi (qi) akan terjaga. Qi ini merupakan bahasan penting di TCM. Dalam filsafat Tiongkok kuno, qi diartikan sebagai "energi vital" atau "kekuatan hidup". Qi mengalir melalui alam semesta, tubuh, dan semua makhluk hidup. Qi dapat menjaga kesehatan dan keseimbangan tubuh jika mengalir dengan baik. Di lain waktu aku akan buat catatan tentang TCM secara khusus.  

Di TCM secara detail disebutkan bahwa emosi kita terhubung dengan organ-organ tertentu secara khusus.

Kemarahan dan Hati (Liver)

Kemarahan memicu naiknya qi. Gejala yang dengan mudah kita kenali adalah wajah memerah, leher kaku, sakit kepala, pusing, dan tinitus. Kemarahan juga dapat menyebabkan gangguan lambung, usus, dan jantung. Jika amarah ditekan, akan terjadi stagnasi qi hati yang menyebabkan gangguan pada organ liver.

Kegembiraan dan Jantung

Emosi yang berkaitan dengan jantung adalah gembira yang memperlambat qi. Kegembiraan berlebihan atau sebaliknya, depresi karena tidak adanya sukacita dapat mengganggu kerja jantung. Gejala yang mudah kita kenali dari kondisi ini adalah gairah berlebihan, palpitasi, insomnia, dan ujung merah ke lidah. 


Baca juga: Body Process dan Upaya Membebaskan Diri dari Depresi


Kesedihan dan Paru-Paru/Jantung

Emosi sedih dapat melarutkan qi. Gejala yang muncul adalah kelelahan, sesak napas, rasa tidak nyaman di dada, menangis tanpa alasan, depresi. Pada beberapa kasus di tubuh perempuan, kondisi ini dapat menguras darah di hati.

Kekhawatiran/Kecemasan dan Paru-Paru/Limpa

Rasa khawatir dan cemas yang berlebihan dapat mengikat qi jadi tersimpul. Gejala yang dapat dikenali berkenaan dengan organ paru adalah sensasi tidak nyaman di dada (paru-paru), sedikit sesak napas, batuk kering, suara melemah, bahu tegang, kulit pucat. Sedangkan pada limpa, gejala yang muncul adalah kehilangan napsu makan, sensasi tidak nyaman di epigastrium, distensi abdomen, kelelahan, dan kulit pucat.

Terlalu Banyak Berpikir dan Limpa

Kita di masa kini menyebutnya over thinking, kondisi yang dapat membuat qi menyimpul. Gejala yang ditimbulkan adalah nafsu makan yang memburuk, sedikit epigastrik, distensi dan rasa tidak nyaman di perut, kelelahan, dan kulit memucat.   

Ketakutan dan Ginjal

Ketakutan dapat menyebabkan qi turun. Gejala yang bisa kita kenali adalah enuresis nokturnal, inkontinensia urisn, dan diare. Pada kasus lain dapat pula terjadi qi yang justru naik dan menimbulkan gejala palpitasi, insomnia, berkeringat di malam hari, mulut kering, dan malar flush.

Keterkejutan dan Jantung

Rasa terkejut yang ekstrem dapat menceraiberaikan qi. Gejala yang muncul adalah jantung berdebar, sesak napas, dan insomnia. Jika kondisi ini berlangsung lama dan berkepanjangan dapat melukai ginjal.

Demikianlah, ketegangan emosional dapat menyebabkan ketidakharmonisa organ dalam tubuh kita. Dan sebaliknya, ketidakharmonisan organ internal dapat menyebabkan ketidaksimbangan organ tubuh. Makanya pada judul-judul kecil di atas kutuliskan menggunakan "dan" karena keduanya saling memberikan pengaruh. Dibutuhkan penanganan secara holistik untuk menjadikan keduanya selaras.


Baca juga: Waspada Kesehatan Mental dan Upaya Penanganan dengan Terapi Energetik


Jadi, persoalan emosi itu bukan hal sederhana, ya. Jangan menggampangkan. Pada jangka panjang, stagnasi emosi membuat tubuh kita digerogoti penyakit. Ingat, ya, emosi itu hadir untuk menyampaikan pesan kepada kita. Mari berdamai dengan emosi dengan cara mengelolanya. Caranya bukan dengan menekan emosi yang kita rasakan, melainkan menghormati emosi itu pengalaman batin yang menumbuhkan kesadaran kita terhadap Semesta besar dan semesta kecil, yakni tubuh kita.

Bagi yang membutuhkan bantuan melancarkan stagnasi emosi melalui terapi terapi energetik, sila kontak aku, ya: WA Ibu Meong.



No comments