Multitasking Membuat Kita Gampang Lupa?

Ada yang pernah meninggalkan kompor dalam keadaan menyala dan nyaris membakar perkakas dapur? Aku akan jadi orang pertama yang ngacung! Bukan kali ini saja aku mengalaminya. Tapi, peristiwa terakhir minggu lalu adalah yang paling parah dibandingkan pengalaman sebelumnya. Mengingatkanku pada satu artikel populer yang kubaca bertahun silam, perihal kemampuan multitasking yang pada suatu saat bisa merugikan. Membuat kita gampang lupa. Ah, betulkah multitasking membuat kita gampang lupa?

Baca juga: Doa, Meditasi, dan Vibrasi Energi

Ya, beberapa tahun lalu kutemukan artikel perihal multitasking yang berpotensi membuat orang mudah lupa. Berbaregan dengan informasi itu, pembelajaran tentang mindfulness terus mendesak untuk dipraktekkan dengan lebih serius, tak sekadar menjadi catatan dan kalimat hiasan di media sosial 😀 Tapi, baiklah, kita kenali penjelasan perihal lupa dari tinjauan medis.


Penyebab Mudah Lupa

Mengutip situs hellosehat, ada beberapa hal yang menjadi penyebab orang mudah lupa.

  1. Durasi tidur terlalu singkat. Kurang tidur ini dapat menjadikan suasana hati tak nyaman, pun dapat menurunkan konsentrasi. Selain durasi, kualitas tidur yang tak tak baik juga membuat kita mudah lupa.
  2. Pola makan tak sehat. Konsumsi makanan tak sehat, seperti makanan dengan kandungan lemak jenuh dan lemak trans, dapat mempengaruhi kemampuan otak untuk mengingat. Sebaliknya, konsumsi makanan sehat membantu kesehatan otak tetap terjaga. 
  3. Terlalu banyak konsumsi alkohol. Minuman beralkohol dapat mengganggu ingatan jangka pendek. Konsumsi yang berlebihan juga disebutkan dapat merusak kemampuan mental pengkonsumsinya.
  4. Cemas, stres, dan depresi. Gangguan tiga hal ini membuat kita mudah lupa, menurunkan kemampuan otak dalam mengingat. Dalam skala yang lebih besar, gangguan ini memunculkan trauma secara emosional yang mampu seseorang kehilangan ingatan dengan lebih permanen. 


Ada beberapa tips terkait dengan pola hidup sehat yang disarankan situs alodokter, agar ingatan kita terjaga dnegan memelihara organ otak dengan baik. Beberapa di antaranya adalah dengan: 

  1. Mengonsumsi makanan bergizi. Agar berfungsi optimal, otak membutuhkan asupan makanan bergizi. Beberapa jenis makanan yang disarankan untuk meningkatkan daya ingat, di antaranya: ikan, kacang-kacangan, sayuran hijau, dan teh hijau. Hindari atau kurangi konsumsi alkohol. 
  2. Melakukan senam otak. Senam otak yang dimaksud adalah aktivitas yang dapat meningkatkan daya ingat, seperti bermain catur, belajar bahasa asing, bermain kartu, dll. 
  3. Menjalankan pola hidup sehat. Selain memilih makanan sehat, perlu diterapkan pula olahraga rutin, durasi dan kualitas tidur yang memadai, dan mengelola stres dengan baik. 
  4. Menjaga keteraturan dalam melakukan berbagai hal. Membiasakan melakukan hal-hal sederhana dalam keseharian secara teratur dapat membantu meningkatkan daya ingat. Misalnya, dengan tertib meletakkan kembali benda di tempat yang sama, menulis catatan rutin harian, membuat postingan media sosial secara berkala di waktu yang sama, itu membantu otak kita agar lebih fokus.
  5. Berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain. Adanya stimulus dan respon yang muncul secara terus menerus saat kita berinterkasi atau berkomunikasi, menjadikan kita lebih fokus. Pikiran tidak berkelana sendiri. Tentu saja interaksi dan komunikasi yang sehat, bukan yang malah memunculkan stres. 

Nah, itu dia beberapa penyebab lupa dan cara mengatasinya, setidaknya dari dua sumber referensi yang bisa dicoba. Lalu apa kaitannya lupa dengan multitasking? 

Baca juga: Kesadaran Spiritual, Hidup dalam Perspektif Baru


Perihal Lupa dan Multitasking

Soal multitasking sebetulnya masih ada ragam pendapat. Ada studi yang menyebutkan, kelebihan orang multitasking lebih mampu mengintegrasikan informasi visual dan auditori. Dan integrasi multisensori ini berpengaruh positif terhadap kemampuan kognitif seseorang.

Sementara itu, banyak kalangan yang menganggap multitasking memberikan dampak negatif. Seperti hasil penelitian bidang komunikasi di Stanford University, multitasking dapat menjadi pemicu konsekuensi mental yang signifikan. Menurut sang peneliti, Profesor Clifford Nass, konsekuensi mental tersebut hadir karena multitasking menjadikan fokus seseorang terpecah. Akibatnya, otak bekerja ekstra untuk memproses aneka informasi yang diterimanya.

Multitasking, dalam hal ini tak melulu soal pekerjaan. Tapi aktivitas apa pun yang dilakukan dalam waktu bersamaan, spektrumnya lebih luas. Seperti memasak sambil nonton opera sabun, sambil melakukan pekerjaan rumah lainnya. 

Bagi kalangan yang diburu pekerjaan atau tugas, misalnya mahasiswa, atau pekerja-pekerja dengan deadline, multitasking menjadi semacam "padat karya", jalan pintas cepat tuntas. Sayangnya ya itu, peringkasan waktu itu dapat berpotensi menyulut hal-hal yang kontraproduktif seperti tidak cekatan, lamban, dan pelupa. Dan sejumlah penelitian, termasuk yang dilakukan tim peneliti di University of Copenhagen, Denmark, yang menyimpulkan bawha multitasking dapat menjadi penyebab gangguan ingatan, jangka panjang maupun pendek.  

Dalam laporan yang diturunkan oleh ABC News, terjadinya gangguan tersebut sebagai akibat dari kecenderungan  otak dalam menyimpan informasi. Informasi yang mestinya dikirimkan ke Hippocampus, dikirimnya ke Striatum. Hippocampus adalah bagian otak yang berperan menyimpan informasi, sedangkan Striatum adalah bagian otak yang bertanggung jawab dalam fungsi motorik. Pada tahapan berikutnya, bukan hanya menjadikan seseorang pelupa, multitaskting dapat memicu stres. Dampak ikutannya, adalah melonjaknya tekanan darah, detak jantung, dan rasa cemas.

Baca juga: Jeda dan Meditasi, bantu Redakan Pikiran yang Riuh


Lantas bagaimana solusinya?

Salah satu yang disarankan adalah manajemen waktu. Kalau gangguan ingatan dan stres itu dibiarkan begitu saja, terus menerus, ujungnya dapat mengakibatkan merosotnya kinerja otak, lo! Jadi, yuk, mari benahi kebiasaan. Ini sesungguhnya lebih ke self reminding. Jadi, yuk, lakukan sama-sama. 

Bahwa lebih baik memilih prioritas satu pekerjaan atau aktivitas, lakukan hingga tuntas baru beralih ke aktivitas lainnya. Tubuh terhindar dari penat, kualitas pekerjaan terjaga, dan kita terhindar dari bahaya dampak multitasking.

Dalam wilayah lain, kita mengenal mindfulness. 


Mindfulness dalam Keseharian

Pada dasarnya, mindfulness adalah kondisi saat pikiran berfokus pada apa yang sedang terjadi di sini dan saat ini. Tidak terpenjara oleh kenangan dari peristiwa masa lalu. Tak terobsesi oleh rencana di masa depan. Penjara dan obsesi yang seringkali membawa kita pada perasaan-perasaan yang berlebihan. 

Perasaan yang berlebihan itu mencakup apa yang orang sering kelompokkan sebagai perasaan positif dan negatif. Energi yang dihasilkan dari perasaan negatif itu dianggap mendatangkan depresi yang kemudian merangsang tubuh memproduksi hormon kortisol. Hormon ini yang dituduh sebagai penyebab berbagai penyakit seperti darah tinggi, jantung, diabetes, dan menurunnya kekebalan tubuh.

Lalu, apa kaitannya multitasking dengan mindfulness

Mindfulness mengajak untuk menikmati dan mensyukuri yang ada di sini, dan pada saat ini. Latihannya bisa diperoleh dari meditasi mindfulness yang memang bertujuan untuk kita hanya sebagai pemerhati. Tidak memberikan penilaian dan penghakiman atas berbagai peristiwa dan sensasi rasa yang menyertainya. Tidak ada posistif dan negatif, tidak ada suka dan tidak suka. 

Tapi, apa hubungannya mindfulness dan multitasking? 

Dalam keseharian, mindfulness dapat dilatih melalui pembiasaan melakukan satu hal secara fokus. Tidak melakukan banyak hal secara sekaligus. Dalam konteks pengalamanku, masak ya masak saja, jangan sambil kerja di laptop. Jadinya kan lupa, panci nyaris gosong dan terbakar. Atau contoh-contoh yang lain.

Baca juga: Mindfulness dan Upaya Mengatasi GERD

Sebagai orang yang sudah sangat terbiasa multitasking, ini memang tak mudah. Tapi sambil menuliskan ini, ingatan itu kembali kusampaikan ke diri sendiri: mulailah mengerjakan sesuatu secara fokus, menikmati prosesnya hingga tuntas. Mindfulness dalam meditasi gerak.

Semoga kita bisa sama-sama belajar untuk menjadi diri sendiri yang lebih baik. Namaste.



No comments