NPD Apakah Bisa Disembuhkan?

Istilah "narsis" banyak kita temukan dalam bahasa pergaulan sehari-hari. Biasanya ketika terlihat ada orang-orang yang berlebihan dalam unjuk diri. Bahkan jadi sekadar celotehan bagi yang ingin berswafoto: "narsis dulu, ah!" Padahal tidak sesederhana itu. Apalagi juga dikaitkan dengan gangguan kepribadian, seperti pada kasus Narsistic Personality Disorder (NPD). Rumit!





Barangkali aku terjebak dalam anggapan sederhana itu, ya? Begitu saja aku menyimpulkan bahwa perilaku narsistik dilakukan oleh orang-orang berkepribadian ekstrovert. Dan itu salah besar. NPD bisa diderita oleh siapa pun. Maka begitu mengumpulkan informasinya untuk kebutuhan pekerjaan, seperti langsung tercengang: loh, ternyata begitu, ya?


Apa itu NPD? 

narsisme/nar·sis·me/ n 1 hal (keadaan) mencintai diri sendiri secara berlebihan; 2 hal (keadaan) mempunyai kecenderungan (ke inginan) seksual dengan diri sendiri

Istilah narsisme pertama kali dimunculkan oleh tokoh psikologi ternama, Sigmund Freud. Istilah "narsisme" (dari kata Yunani: narkissos) ini digunakan untuk menggambarkan rasa cinta yang berlebihan terhadap diri sendiri.

Dalam mitologi Yunani, Narkissos adalah sosok yang dikutuk oleh Dewa untuk mencintai bayangannya sendiri. Diceritakan, Narkissos yang dikenal cantik ini menolak cinta seorang nimfa bernama Echo. Kutukan itu menjadikan Narkissos melulu melihat bayangannya di air. Ia pun akhirnya hanya bisa menghabiskan sisa hidupnya sebatas mengagumi bayangannya, lalu mati akibat rasa sedih dan kesepiannya. 

Dalam konteks psikologi, rasa cinta yang berlebihan terhadap diri sendiri itu dibarengi dengan perasaan diri sebagai yang paling penting, mengejar perhatian dan pengagungan dari orang lain, dan kurangnya empati. Dalam takaran dan kondisi tertentu, narsisme ini kemudian jatuh kepada gangguan kepribadian, yakni Narcissistic Personality Disorder atau disingkat NPD. 

Sejauh ini, belum kutemukan referensi yang dengan jelas menyebutkan penyebab NPD. Sejumlah artikel yang bersumber kalangan medis, akademis, maupun lembaga penelitian menyebutkan bahwa NPD masih belum sepenuhnya dipahami. Meski demikian disebutkan kemungkinan NPD dipengaruhi oleh faktor genetik, lingkungan --dalam hal ini adalah pola asuh, kebiasaan dalam pergaulan, dan trauma masa lalu, dan neurobiologi. 

Keluarga dengan riwayat anggotanya memiliki NPD meningkatkan risiko terjadinya NPD pada anggota keluarga yang lain. Begitu pula dengan pola asuh. Orang tua dan lingkungan yang terlalu memanjakan anak, lemah menerapkan konsep benar-salah, pujian yang berlebihan meski tanpa kontribusi, dll. 

Pengalaman traumatis juga memberikan andil munculnya NPD. Pengalaman mendapatkan kekerasan fisik maupun verbal dari orang tua dan orang-orang terdekat, penelantaran, atau sebaliknya pemanfaatkan secara sepihak berpotensi memicul NPD. Faktor lain yang secara biologis dapat menjadi penyebab adalah dari sisi neurobiologi. Ada keterkaitan antara otak dengan perilaku dan pemikiran yang memengaruhi kecenderungan narsistik. 

Meski penyebabnya belum pasti, ada sejumlah gejala yang ditengarai dapat membantu diagnosisi NPD.



Situs yang sekaligus membangun sistem kesehatan, Duke Health merangkum gejala NPD dengan istilah SPECIAL ME. Istilah ini merupakan singkatan dari: 
S, sense of self-importance. Orang dengan NPD merasa diri penting dan istimewa, sehingga selalu membutuhkan validasi dari orang lain. 
P, preoccupation with power, beauty, or success. Mereka juga menganggap bahwa kekuasaan, penampilan, kesuksesan adalah sesuatu yang sangat penting. kecantikan, atau kesuksesan)
E, entitled. Orang dengan NPD merasa punya hak atas segala sesuatu. 
C, can only be around people who are important or special. Mereka akan mengabaikan orang-orang yang dianggap tidak penting atau istimewa.
I, interpersonally exploitative for their own gain. Dengan berbagai cara, biasanya manipulatif, orang NPD memanfaatkan orang lain untuk keuntungan pribadinya.
A, arrogant. Ada kecenderungan bersikap sombong dan arogan.
L, lack empathy. Mereka masa bodoh dengan perasaan orang lain.
M, must be admired. Orang NPD menjadikan pujian sebagai kebutuhan.
E, envious of others or believe that others are envious of them. Mereka merasa iri terhadap orang lain, dan sebaliknya, menganggap orang lain iri terhadap mereka. 

Konon, para profesional kesehatan mental banyak menggunakan 9 poin di atas sebagai dasar penelusuran proses diagnosis kecenderungan NPD pada seseorang. Apakah poin ini juga digunakan di Indonesia? Aku belum menemukan referensinya. Pun, apakah para profesional Indonesia menggunakan singkatan lain untuk memudahkan poin wawancara, tak juga kudapatkan sumber yang bisa menjelaskan.



Apakah Orang dengan NPD Dapat Disembuhkan?

Orang dengan NPD tidak dapat disembuhkan dengan paksaan orang lain. Mereka hanya bisa sembuh jika mereka memang memauinya. (dr. Dhavid Avandijaya Wartono) 

Upaya pengobatan untuk orang dengan NPD sejauh ini sudah dilakukan melalui metode psikoterapi. Orang dengan NPD memang selalu menempatkan diri di atas segalanya. Namun sesungguhnya mereka adalah pribadi yang rapuh. Yang dilakukan terapis adalah melakukan pendekatan untuk membangun harga diri dan mengajak mereka untuk hidup tanpa ekspektasi atau memiliki harapan yang realistis saja. Untuk mendukung proses penyembuhan, para narsistis ini disarankan untuk rutin melakukan aktivitas, seperti yoga dan meditasi untuk mengurangi gangguan ini dan selalu berkomunikasi dengan keluarga dan orang terdekat. 

Belum kutemukan juga informasi yang menyebutkan tingkat keberhasilan metode terapi ini. 

Kembali ke pernyataan yang disampaikan dr. Dhavid di atas, orang dengan NPD hanya akan pulih jika ia mau menerima diagnosisnya dan mau berubah atas pilihannya sendiri. Dengan catatan, diagnosis dilakukan oleh ahlinya. Ini perlu digarisbawahi mengingat di masa kini banyak betul orang yang dikit-dikit main diagnosis sendiri. Nope! NPD atau bukan, kita tak bisa asal menentukan terlebih jika proses berikutnya membutuhkan penanganan medis. 

Bagaimana jika ada "kecurigaan" orang-orang terdekat memang mengidap NPD? 

Jika kita melihat ada kecenderungan NPD berdasarkan sejumlah referensi, yang bisa kita lakukan hanyalah menawarkan yang bersangkutan untuk melakukan terapi. Jika bersedia, upaya pemulihan bisa dilakukan. Dia menolak? Tak ada lagi yang bisa kita lakukan. Jika orang tersebut adalah bagian dari keseharian kita, ya tinggal kita pilih, kita belajar menerima apa pun konsekuensinya atau ambil jalan lain.

Nah, salah satu yang bisa aku secara pribadi sarankan, buat yang secara mandiri atau berdasarkan diagnosis ahli menyadari kecenderungan NPD dalam diri, yuk belajar Body Communication Resonance (BCR). Melalui metode pengenalan terhadap diri sendiri, mengoptimalkan kemampuan tubuh melakukan self healing, BCR dapat menjadi jawaban bagi yang ingin bertumbuh sebagai pribadi yang lebih berkesadaran, termasuk mengambil kontribusi dari pengalaman sebagai orang dengan NPD.



Dapatkan informasi lebih lengkap soal BCR termasuk kelas pelatihan, kelas klub buku, dan grup berbagi tentang hidup berkesadaran, hubungi aku ya di WA Ibu Meong.  

No comments