Kamu termasuk golongan yang cukup fleksibel dalam memilih sarana transportasi umum, atau fanatik terhadap sarana tertentu? Aku sendiri paling suka menggunakan kereta api, tapi cukup fleksibel jika memang tak ada pilihan lainnya, atau jika pilihannya menyangkut alasan tertentu. Namu, tak sedikit orang yang mati-matian tidak mau naik alat transportasi tertentu. Paling sering kudengar adalah pesawat.
Baca juga: Kamu Tim Mana, Perjalanan dengan atau Tanpa Rencana?
Sewaktu meninggalkan kampung halaman untuk kuliah di Bandung, aku belum mengenal kereta api. Pengalamanku hanya naik bus antarkota di wilayah Jawa Timur. Begitu mencoba menggunakan kereta api, wow, menyenangkan, meski zaman itu kondisi kereta khususnya dan transportasi umum lainnya sungguh mengenaskan. Apalagi kereta ekonomi.
Apa, sih, Keunggulan dan Kekurangan Masing-Masing Sarana Transportasi?
BUS
Secara umum bus paling banyak digunakan sebagai sarana transportasi di negeri kita. Meski tak semua infrastruktur sudah memadai, setidaknya jalan beraspal yang bisa dilalui bus sudah menjangkau hampir seluruh penjuru tanah air. Dan aku telah naik turun bus sejak usia bocah, karena kebetulan aku memiliki dua paman yang profesinya sopir bus.
Kelebihan
Jika dibandingkan dengan jenis moda transportasi darat lainnya, harga tiket bus relatif lebih murah. Kapasitas angkutnya juga besar. Untuk bus ukuran maxi bisa menampung kisaran 50 penumpang. Ukuran mini bisa 20 sekian penumpang. Dengan kapasitas besar, tentunya bus memberikan andil dalam mengurangi jumlah emisi gas buang dan polusi udara.
Ketersediaan bus bisa dibilang cukup banyak. Sejumlah PO memiliki jalur tujuan yang sama sehingga cukup memudahkan pengguna jasa untuk memilih.
Kekurangan
Waktu tempuh lebih lama. Bus biasanya singgah di setiap terminal antar kota. Kecuali bus jarak jauh, dengan tujuan tertentu. Paling-paling berhenti satu kali di tempat peristirahatan, biasanya bekerja sama dengan rumah makan. Tidak semua jalan juga dalam kondisi prima.
Di masa sekarang, waktu tempuh juga terbilang relatif, mengingat sudah tersedia fasilitas jalan tol di berbagai kota. Pun pembangunan infrastruktur juga sudah jauh lebih baik.
Baca juga: Ragam Kuliner di Bali, Halal dan Nonhalal
KERETA API
Kereta api akan selalu menjadi favoritku. Aku mengalami betul perkembangan perbaikan sarana dan prasarana perkeretapian Indonesia. Dari yang penumpang tumpuk-undhung kayak ikan reyek, bau apek keringat sana-sini plus asap rokok yang bebas mengembara, pedagang berjejal memenuhi lorong, orang tidur di mana saja, hingga sudah rapi, dingin, aroma terjaga. Pun sistemnya yang lebih rapi. Tak lagi ada keterlambatan.
Kelebihan
Sarana transportasi satu ini relatif lebih aman dan nyaman dibandingkan kendaraan lainnya. Ia punya jalur istimewa. Sediaan fasilitasnya juga beragam tergantung jenis layanan, yakni eksekutif, bisnis, dan ekonomi. Ada yang melayani semua, atau hanya salah satunya. Pengguna jasa bisa menentukan pilihan berdasarkan isi kocek.
Jika dibandingkan layanan serupa, misalnya gerbong ekonomi dan bus ekonomi, dari sisi biaya masih lebih menang kereta. Lebih terjangkau.
Kapasitas angkut yang besar sekali, menjadikan kereta api sebagai moda transportasi darat yang ramah lingkungan karena bebas dari faktor macet dan emisi.
Kekurangan
Kereta api belum menjangkau semua kawasan, terlebih wilayah luar Jawa.
Waktu tempuh juga jauh lebih lama jika dibandingkan pesawat. Bukan pilihan sarana transportasi yang membutuhkan kesegeraan. Kecuali kereta Woosh yang baru diluncurkan pada 2024 lalu, yang memangkas durasi perjalanan Jakarta-Bandung dari kisaran 3 jam menjadi setengah jam saja. Namun, ya baru jalur Jakarta-Bandung.
PESAWAT TERBANG (komersial)
Untuk perjalanan jarak jauh, pesawat masih menjadi pilihanku. Kebetulan beberapa kali melakukan perjalanan keluar pulau dalam rangka pekerjaan. Butuh kecepatan. Ingin sekali coba naik kapal, tapi tentunya bakal terlalu lama.
Kelebihan
Pesawat udara unggul dalam hal waktu. Durasi perjalanan jauh lebih singkat jika dibandingkan bus dan kereta api. Bahkan perjalanan antar pulau atau antar provinsi bisa lebih cepat dan menghemat waktu.
Kekurangan
Dengan kemampuannya yang maksimal, moda transportasi udara ini membutuhkan biaya pemeliharaan yang besar. Gaji para punggawanya pun tinggi, mengingat risiko yang haris mereka hadapi pada setiap masa tugas. Hal ini menjadikan biaya perjalanan jauh lebih mahal dibandingkan bus dan kereta api.
Pesawat dibuat sedemikian rupa sehingga tiap maskapai memastikan armadanya aman. Meski demikian semua calon penumpang juga menyadari bahwa pesawat terbang merupakan moda transportasi dengan tingkat risiko paling tinggi dibandingkan bus dan kereta api.
Bagaimana dengan kapal laut? Sayangnya aku belum punya pengalaman naik kapal laut. Dalam artian kapal besar, ya. Kalau feri penyeberangan sudah beberapa kali, pun kapal-kapal kecil di beberapa wilayah perairan. Semoga di lain kesempatan dapat menjadi cerita tersendiri: Ibu Meong naik kapal pesiar, cihuuuuy!
Baca juga: Menjumpai Naga Perak di UC Silver Gold
Pengalaman Perjalanan Denpasar - Trenggalek
Awal Januari lalu aku melakukan perjalanan dari Denpasar menuju kampung halaman. Ini adalah salah satu perjalanan absurd yang kulakukan. Memang, pernah terlintas untuk melakukan perjalanan darat (bukan terbang bersama pesawat). Dalam bayanganku, aku akan menggunakan kereta api dari Bandung menuju Surabaya, lanjut Banyuwangi. Dari situ menggunakan bus untuk menyeberang ke Gilimanuk lanjut Denpasar.
Rencana itu belum sempat terealisasi, eh, berjumpa dengan kondisi yang membuatku ambil keputusan untuk segera meninggalkan Denpasar. Sayangnya saat itu tiket pesawat sedang tinggi pasca libur tahun baru. Begitu saja, aku terpikir untuk ngelongok kampung halamanku, Desa Bendorejo, Kecamatan Pogalan, Kabupaten Trenggalek. Hasil penelusuran di mesin pencari, aku menemukan bus Surya Trans yang tarifnya paling murah, Rp290.000. Bus ini melayani rute Denpasar ke Trenggalek melalui Malang. Pilihan yang lain adalah melalui Surabaya.
Perjalanan pun dimulai. Aku mengambil pemberangkatan dari Terminal Mengwi, Kabupaten Badung. Di kemudian hari aku baru tahu kalau ternyata titik pemberangkatan ada beberapa alternatif, tinggal dibicarakan dengan pemilik jasa penyedia tiket.
Fasilitas bus standar saja. Tersedia toilet, ada stop kontak di langit-langit tiap kursi, disediakan bantal kecil dan selimut, serta kotak kemasan berisi roti dan air minum kemasan. Yang terasa tidak cukup memadai adalah jarak antarkursi yang terlalu dekat. Bikin kaki pegal. Beruntunglah bisa tidur dengan nyenyak. Dipatok di kursi saja; turun sebanyak dua kali, saat menyeberangi selat dan saat berhenti makan di daerah Probolinggo. Oiya, makan tengah malam di sini tak masuk fasilitas. Jadi mesti bayar sendiri, ya, gaeees...
Perjalanan berlangsung lancar, meski meleset dari waktu yang tertera di jadwal. Berangkal pukul 14.00 dan dijadwalkan tiba pukul 5 pagi keesokan harinya, ternyata sampainya pukul 7.
Itu pengalaman perjalanan pertama. Aku melakukan perjalanan yang sama pada Juli lalu. Ini pun merupakan pengalaman tak terencana. Berangkat ke Bali menggunakan penerbangan dari Yogyakarta, aku berharap bisa pulang Bandung menggunakan pesawat ke Bandara Kertajati. Tak dinyana, selagi ancang-ancang pesan tiket pulang, ada kabar Bandara Kertajati resmi tidak beroperasi. Bah!
Baca juga: Wisata Kuliner dan Religi di Bali, 2024
Pada perjalanan kedua aku memilih bus Ranajaya dengan pemberangkatan Terminal Ubung, Denpasar. Hanya berbeda Rp20.000, tapi fasilitas bus ini lebih memadai dibandingkan bus sebelumnya. Jarak antarkursi lebih longgar, dengan penahan kaki di bagian bawah. Di bus juga disediakan dispenser dengan stok kopi saset di atasnya. Bekal yang dibagikan ke penumpang berisi roti, air kemasan, dan mi instan kemasan gelas. Nah, kalau mau makan mi instan tinggal seduh sendiri. Atau minta bantuan kenek yang melayani penumpang dengan ramah. Dengan bus ini, jatah makan malam juga tersedia alias gratis. Cuma untuk durasi perjalanan, sami mawon. Malah lebih lama, akibat antrean panjang di Gilimanuk. Ingat peristiwa kecelakaan kapal penyeberangan? Nah, aku pulang kampung 2 hari setelah peristiwa tersebut. Sepertinya ada dampaknya terhadap pemeriksaan kapal.
Ada satu lagi PO yang beroperasi untuk jalur ini: MTrans. Besaran tiketnya antara Rp380 ribu hingga di atas Rp500 ribu. Lain waktu mungkin perlu coba yang edisi sleepers.
Itu saja dulu dongengnya, ya. Setidaknya dua pilihan PO itulah yang bisa kubagikan sedikit pengalaman. Kalau kamu punya pengalaman lain, baik berkenaan dengan transportasi ke dan dari Bali, boleh berbagi juga, ya. Terima kasih sudah membaca.
No comments