Benar kata seorang kawan yang telah membaca Loki Tua lebih dulu. Dikatakannya, "Mandasia terasa seperti kisah kolosal yang megah, sedangkan Loki adalah cerita personal yang lebih sunyi." Maka aku memilih istilah "berhikmat" untuk mewakilinya. Tidak ada perbandingan yang satu lebih bagus dari yang lain. Hanya berbeda saja. Dan kukatakan, aku menyukai kedua-duanya. Ini buku keempat Yusi Pareanom yang kubaca, dan penilaianku terhadapnya tak berubah. Ia pintar mendongeng, dan dengan segera namanya telah menjadi salah satu penulis favoritku.
Baca juga: Perjalanan Menulis dan Fragmen 9 Perempuan
Aku membaca Mandasia dalam waktu yang pendek. Terasa gegasnya karena ritmenya memang terasa memburu. Berbeda dengan Loki Tua yang lebih lamban. Justru ada kenikmatan tersendiri membacanya pelan-pelan. Di buku ini aku tak mengalami euforia kegembiraan karena menemukan istilah-istilah ganjil, tapi banyak hal yang malah membuatku terbawa dalam perenungan.
Sinopsis
Seperti sudah diceritakan sebelumnya dalam buku Mandasia, Loki Tua adalah seorang juru masak yang ahli. Di buku ini diceritakan detailnya, pengalaman apa saja yang sudah menempanya hingga menjadi begitu ahli. Bukan hanya dalam hal memasak namun juga berbagai peristiwa kehidupan.
Loki telah menjadi juru masak sejak usia muda. Kepiawaiannya tak diragukan. Raja sangat mengandalkannya dalam menyajikan masakan istimewa. Hingga suatu kali, ia kehilangan kepercayaan raja gara-gara mengambil burung istimewa istana sebagai bahan masakan. Ia pun diusir. Takdir membawanya ke Jolo-Jolo, kawasan ia dijual sebagai budak. Namun keberuntungan masaih berpihak padanya saat kepala dapur istana mendapati kepandaiannya memasak dan memintanya bekerja di dapur. Di tempat ini pulalah ia mengalami jatuh cinta kepada perempuan pertamanya, Hokulani, yang kemudian dinikahinya. Sayangnya, hidup tak selalu indah.
Tak berapa lama setelah menikah, terjadi kerusuhan di Jolo-Jolo. Sebagai bagian dari abdi Bangsawan Kiram Pahala, ia diminta untuk mengikuti junjungannya itu menuju pulau yang ditinggali keluarganya. Sebagian orang mati sia-sia karena kabar perjalanan mereka telah terendus musuh. Kisah Loki berikutnya tak begitu baik. Kiram Pahala dan tewas oleh perampok. Loki terusir.
Dalam perjalanan berikutnya ia berjumpa dengan juru masak terkenal yang juga pemilik restoran Selera Raja, Guru Pui. Kepala juru masak, Kang, yang dititipi Guru Pui hanya menjadikan Loki sebagai kacung. Nasib berkata lain. Setelah lebih dari 3 tahun hanya jadi orang suruhan, Loki diuntungkan oleh taruhan yang dibuat kelompok Sumpit Merah. Sang pemimpin, Sin Liong terpesona oleh bakat Loki Tua dan mengajaknya bergabung. Bersama kelompok ini, Loki Tua bertualang ke berbagai penjuru Zhongguo. Sayangnya kelompok ini kemudian ditumpas oleh pemerintah baru Zhongguo.
Keberuntungan mempertemukan Loki Tua dengan sebuah kafilah. Kagum kepada pemimpin kafilah, Sayid Al-Berber, Loki memutuskan untuk bergabung. Saat mengikuti sang aulia berkelana, Loki melakukan dua kali pernikahan. Pertama, dengan Zuba, anak seorang penduduk desa yang lmereka singgahi. Perempuan yang tak disentuhnya. Yang kedua, menikahi seorang janda dengan empat kali pernikahan, Galitia. Namun Loki Tua terpaksa meninggalkan istri barunya karena harus kembali berkelana bersama Sayid Al-Berber ke Paseh di Pulau Swarna. Di sinilah Loki berpikir kalau ia tak lagi satu pemahaman dengan sang aulia dan memutuskan berpisah.
Baca juga: Wuni, Persekutuan Manusia dengan Makhluk Gaib
Dalam pengelanaan berikutnya, Loki Tua berjumpa dengan Ki Ranggahasta di padepokannya. Sang pandai besi ini memintanya menjadi menantu. Menikahlah Loki Tua dengan Agnimurti, anak gadis Ki Ranggahasta. Loki Tua kembali dipaksa untuk berpisah dari istrinya. Kali ini karena serangan pelanggan mertuanya. Agni memaksanya untuk pergi sebelum ia dicari untuk dibunuh.
Pengembaraan berikutnya adalah bagian yang beririsan dengan "Mandasia" yakni kisah perjanjian Loki Tua dengan Hoyoso. Juga jawaban-jawaban atas cerita yang terasa bikin bertanya-tanya di buku itu, seperti peristiwa di Gerbang Agung yang menjadi akhir dari kisah Raden Mandasia.
Meski tak segegap-gempita buku Mandasia, petualangan Loki tua juga seru. Sejumlah bagian masih membuatku terbahak karena sikap-sikap konyol yang ditampilkan.
Lengkapnya, baca sendiri deh, ya.
Loki Tua dan Perenungan
Sungguh, membaca "Pengantin-pengantin Loki Tua" ini membuatku lebih banyak merenung. Meski, tahu betul, bahwa cerita Loki Tua ini hanya dongeng, seperti yang dikatakan sendiri oleh sang penulis, Yusi Avianto Pareanom. Loki tak menyampaikan petuah. Bahkan banyak bagian yang berisi sumpah serapah meski tak sekental yang dilakukan oleh Sungu Lembu di buku "Raden Mandasia". Tapi perjalanan hidup Loki Tua yang dibeberkan di buku ini terasa betul memperkaya wacana, bahwa banyak kehidupan lain di luar sana.
Cerita dikisahkan dari PoV orang ketiga. Berbeda dengan Raden Mandasia yang diceritakan oleh orang pertama. Ini menjadikan kisahnya lebih lentur dan leluasa.
Meski tak sebanyak di buku sebelumnya, di Loki Tua ini Yusi juga masih memasukkan kisah-kisah lain menjadi bagian yang unik, seperti cerita Ken Arok yang ada di bagian padepokan Ki Ranggahasta. Dan tentu saja, tuturan cerita soal aneka makanan begitu hidup dan menggoda. Rasanya seperti ikut menyaksikan langsung proses pengolahan makanannya. Betul-betul mengajak berimajinasi.
Pengantin-pengantin Loki Tua menjadi salah satu buku terbaik yang kubaca pada 2023.
Baca juga: Cantik Itu Luka, Kisah Perempuan-perempuan dengan Luka
Judul: Pengantin-pengantin Loki Tua
Penulis: Yusi Avianto Pareanom
Penerbit: Banana, 2023
Tebal: 343 halaman
No comments