Adakah film yang sudah kamu tonton lebih dari sekali dan tetap bikin kamu nangis? Aku: Hachiko! Film tentang anjing Jepang versi Hollywood yang dibintangi Richard Gere itu sukses membuatku berurai air mata dalam tiga kali nonton. Bukan mau berbagi tentang tontonan, tapi tentang sensasi sedih yang sama yang kualami saat membaca kisah tentang Laika, anjing yang dikirim ke luar angkasa bersama Sputnik 2. Ini bukan film. Ini kisah nyata yang menyisakan pertanyaan: mengapa demi terobosan teknologi kita bebas menggunakan makhluk lain untuk berkorban?
Baca juga: Berkaca dari Kasus Tiara, Femisida dan Pencegahannya
Beberapa hari ingatanku dipenuhi dengan tatapan mata Laika. Aku merasa perlu menuliskannya untuk melepaskan ingatan yang sedih itu. Kucari beberapa referensi sebagai sumber informasi.
Sekilas Wahana Antariksa USSR
Sebelum Sputnik 2 dengan awak Laika, Uni Soviet telah meluncurkan satelit buatan pertama. Sputnik 1 diorbitkan pada 4 Oktober 1957 dari Kazakh SSR (sekarang dikenal sebagai Kosmodrom Baikonur). Peristiwa yang terjadi pada puncak Perang Dingin ini mengejutkan dunia Barat, terutama Amerika Serikat yang juga telah membuat ancang-ancang peluncuran satelit buatan.
Sputnik 1 mengorbit dengan kecepatan sekitar 29.000 kilometer per jam dan tiap orbit diselesaikan dalam waktu 96,2 menit. Mengutip wikipedia, operator radio di seluruh dunia memantau pergerakan satelit yang ditransmisikan pada 20.005 dan 40.002 MHz ini. Sinyal terpantau selama 21 hari sebelum satelit kehabisan baterai pemancar (26 Oktober 1957). Sputnik 1 terbakar saat memasuki atmosfer bumi pada 4 Januari 1958.
Sputnik 2 diagendakan sebagai wahana antariksa yang membawa kehidupan. Tujuannya adalah menguji kemampuan binatang bertahan hidup di luar angkasa, yang kelak disiapkan bagi manusia dalam penerbangan di masa depan.
Sputnik 2 dilengkapi dengan berbagai peralatan, seperti sistem telemetri dan pemancar radio. Di kabin terpisah tempat Laika, ada sistem pemantau kondisi vital seperti untuk detak jantung dan pernapasan, serta sistem pendukung kehidupan dasar seperti makanan dan minuman. Pesawat ini tidak dirancang untuk kembali ke Bumi. Setelah hampir 200 hari di orbit dan mengorbit Bumi sebanyak 2.570 kali, Sputnik 2 terbakar saat memasuki atmosfer Bumi (14 April 1958).
Baca juga: Balakosa, Kisah Mistis Berlatar Tumbal Manusia
Laika, Anjing yang Dikorbankan demi Peradaban Manusia
Peristiwanya sudah jauh terlewati, hampir 7 dekade. Namun, barangkali bagi para pencinta binatang, khususnya anjing, kisah Laika ini tak lekang dari ingatan.
Pada 3 November 1957, Uni Soviet meluncurkan pesawat Sputnik 2. Seperti dilansir laman britannica.com, Laika secara resmi mendapat tugas sebagai awak pesawat. Anjing ini tercatat sebagai makhluk hidup pertama yang dikirim ke luar angkasa untuk mengorbit bumi. Istilah "mendapat tugas" itu bukanlah istilah yang tepat. Karena ia bukan tim manusia yang punya cita-cita memajukan peradabannya itu. Ia hanya anjing biasa; anjing liar yang tak akan ada yang kehilangan jika ia tak ada.
Nama dia sesungguhnya adalah Kudrjavka, yang dalam bahasa Rusia artinya keriting. Anjing yang kemudian dinamai Laika itu ditemukan tim pemerintah saat berkeliaran di sepanjang jalanan Moskow. Ia digambarkan sebagai anjing yang kalem meski juga gemar menggonggong. Tim memilih anjing sebagai binatang uji coba karena mereka mudah dilatih.
Ada beberapa perbedaan informasi terkait persiapan dan peristiwa kematian Laika. Ada yang menyebutkan telah disiapkan makanan berisi racun agar kematian Laikan berlangsung secara tidak menyakitkan. Namun, fakta lain dimunculkan pada 2002 lewat pengakuan salah satu ilmuwan yang pernah terlibat dalam proyek tersebut, Dimitri Malashenkov. Ia menceritakan Laika tewas dalam kurun 7 jam saat orbit keempatnya mengelilingi bumi. Sistem kontrol temperatur mengalami malfungsi yang mengakibatkan suhu di dalam pesawat tidak terkendali. Laika--menurut Dimitri--mati dengan brutal.
Laika memberikan kontribusi yang luar biasa dalam perkembangan teknologi satelit di Soviet. Berkat jasa Laika, akhirnya Soviet berhasil mengirim manusia pertama yang tercatat dalam sejarah. Pada 12 April 1961, Soviet meluncurkan Vostok 1 yang membawa kosmonot Yuri Gagarin. Dengan misi yang sama--mengelilingi orbit Bumi, tapi kali ini Yuri bisa kembali dengan selamat ke Bumi.
Baca juga: Tetap Bahagia dan Berkarya Meski Hidup Sendiri
Ya, Laika memberikan kontribusi besar. Pertanyaannya, haruskah dia dikorbankan? Karena, konon, sesungguhnya pesawat dilengkapi dengan perangkat yang memungkinkan Laika kembali pulang ke Bumi dengan selamat. Rencana itu dibatalkan. Kepada tim yang mengembangkan Sputnik 2, pemimpin Uni Soviet saat itu, Nikita Khrushchev menginstruksikan agar pesawat itu dapat diluncurkan persis daat perayaan peringatan 40 tahun Revolusi Bolshevik.
Kenapa? Kenapa tidak menunggu dulu pesawat lebih sempurna? Rasanya pertanyaan itu terus berkecamuk di kepalaku saat membaca kisah Laika. Membayangkan anjing hitam putih itu berada di ruang hampa sendirian, tidak tahu ia ada di situ untuk apa, apa pedulinya dia dengan perkembangan sains kalangan manusia, tak paham juga soal perang pamor antarnegara. Membayangkan bagaimana ia merasakan sakitnya ... mungkin disertai gonggongan yang makin melemah. Ah, aku patah hati.
Barangkali jika dibuatkan film, Laika juga akan membuatku patah hati berkali-kali seperti Hachiko, kisah anjing ala Hollywood yang kutonton itu. Entah apa ada film Korea soal anjing yang diangkat dari kisah nyata. Mesti tanya Mbak Rani Noona sebagai blogger yang cermat bikin blog review drakor, dracin, dan dorama.
Konon, tak lama setelah penerbangan, Soviet membuat pin enamel sebagai perayakan atas adanya “Penumpang Pertama di Luar Angkasa.” Dikabarkan pula, sekutu-sekutu Soviet masa itu (Rumania, Albania, Mongolia, Polandia, dan Korea Utara) ikut mendukung dengan mengeluarkan perangko Laika antara tahun 1957 dan 1987. Pada 2015, Soviet yang telah berubah menjadi Rusia juga membuat patung peringatan bagi Laika yang dibangun di atas roket di fasilitas penelitian militer Moskow.
Baca juga: Portrait of A Lady on Fire, Kisah Cinta Terlarang Abad 18
Kalangan peneliti dan mereka yang berkecimpung di dunia teknologi terutama antariksa, barangkali hingga kini menganggap Laikan sebagai penyumbang andil besar. Namun yang masih menetap di benakku adalah tatapan matanya seperti di foto terakhirnya.
Ah, Laika, aku patah hati. Baik-baik ya, di dunia mana pun kamu kini.
No comments